Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Kamis, 18 April 2013

216. FIKIRAN ITU IBARAT PELITA YANG MENERANGI SETIAP HATI MANUSIA



Alfikratu siraajul qalbi fa-idzaa dzahabat falaa idhaa-atalahu.

Artinya : Fikiran itu merupakan pelita hati, maka apabila ia padam, maka tidak ada penerangan (lagi) baginya”.
Apabila fikiran itu sama sekali tidak digunakan untuk memikirkan kebesaran Allah melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya, yakni yangberupa alam dengan segala isinya ini, maka hati akan menjadi gelap gulita tanpa ada berkas sinar pun yang meneranginya.
Sebaliknya jika fikiran-fikiran itu senantiasa digunakan untuk memikirkan kebesaran Allah melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya, maka di dalam hatinya akan muncul sinar yang menerangi dirinya sehingga akan jelas baginya mana yang benar dan mana yang salah.
Di dalam Al-qur’an telah banyak sekali ayat-ayat yang mengajak pembacanya untuk memikirkan makna yang terkandung di dalmnya, agar menangkap maksud yang sebenarnya dari perumpamaan-perumpamaan yang disebutkan. Hal ini sebagaimana Firman Allah dalam Al-qur’an surat Az-zumar ayat 27, yang artinya :
“Sesungguhnya telah kami buatlah bagi manusia dalam Al-qur’an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka pelajari”.

Dari sekian banyak ayat-ayat yang dimaksud di sini, beberapa di antaranya adalah terdapat pada :
1.    Surat Al-Baqarah ayat 171, yang artinya :
       “ Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti pegembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka itu tuli dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti”.
Maksudnya adalah, Allah menyamakan orang-orang kafir itu yang tidak mau menerima panggilan iman dengan binatang gembala. Mereka itu hanya mendengar seruan atau panggilan, tetapi tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh pengembalanya. Dan hal ini adalah tidak berbeda dengan orang yang tuli lagi buta yang tidak bisa membedakan mana jalan yang lurus dan mana jalan yang bengkok tetapi juga tidak mau menerima petunjuk dari orang yang mengetahuinya.
2.   Surat Al-Baqarah ayat 266, yang artinya :
       “ Apakah ada salah seorang di antara kamu mempunyai sebidang kebun korma dan anggur, sedangkan air sungai mengalir di bawahnya dan lagi dalam kebun itu ada bermacam-macam buah-buahan, seseorang itu sudah tua dan baginya ada anak cucu yang lemah, kemudian kebunnya itu?. Demikianlah Allah menyatakan tanda-tanda (kekuasaan-Nya) kepadamu, mudah-mudahan kamu memikirkannya”.
Maksudnya adalah, bahwa Allah menggambarkan keadaan seseorang yang berhasil dalam usahanya, tetapi segala apa yang diusahakannya itu tidak disertai dengan harapan mendapatkan (keridhoan) dari Allah. Akibatnya semua usaha (amalannya) itu menjadi hilang percuma dan tidak bisa diharapkan sama sekali, sedangkan masih banyak yang harus ia pertanggung jawabkan di hadapan Tuhannya.
3.   Surat Ibrahim ayat 24, yang artinya :
“Tidakah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat-kalimat yang baik seperti pohon-pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan izin Allah, ia membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk yang telah disebutkan dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun”.
Maksudnya adalah, bahwa kalimat yang baik itu seperti pohon yang rindang dan buah lebat sepanjang musim, sehingga kemanfaatan yang besar pada orang banyak. Sedangkan kalimat yang jelek di ibaratkan dengan pohon yang jelek banyak durinya, tidak berguna dan hanya merupakan pemandangan saja. Karena itu harus segera dicabut dan di hilangkan.
4.   Surat Al-Jumu’ah ayat 5, yang artinya :
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan Taurat kepadanya (diberati, supaya mengamalkan isinya), kemudian mereka tidak memikulnya (mengikut perintahnya), adalah mereka seperti himar (kuda beban) yang memikul kitab. (Itulah) sejahat-jahat contoh bagi kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Allah tidak menunjuki kaum yang aniaya”.
Maksudnya adalah, bahwa kebanyakan orang yahudi yang itu hanya mau membaca dan memahami isi Taurat saja tanpa mau mengamalkan ajaran-ajarannya. Oleh karena itu orang-orang yahudi yang demikian itu diumpamakan oleh Allah dengan keledai yang membawa kitab. (perlu diketahui, menurut kebanyakan orang, bahwa di antara sekian banyak jenis binatang, yang paling bodoh dan paling sulit diajari adalah keledai). Begitu juga apabila kita tidak mau mengamalkan isinya ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadits kecuali hanya sekedar membaca atau mendengarnya saja, maka perumpamaan seperti itu tentunya juga berlaku pada diri kita.

Demikianlah Allah mengemukakan beberapa contoh atau perumpamaan-perumpamaan di dalam ayat-ayat-Nya agar manusia mau berpikir dan akhirnya mendapatkan cahaya yang terang dalam hatinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar