Syu’a’ul
bashiirati yusyhiduka qurbahu minka wa’ainulbshiirati yusyhiduka ‘adamaka
liwujuudihi wahaqqulbashiirati yusyhiduka wujuudahu laa’adamaka walaawujuudaka.
Artinya : cahaya bashirah itu menyaksikanmu betapa
dekatnya Allah dari padamu, dan ‘ainul bashirah menyaksikanmu akan ketiadaanmu
karma wujud-Nya. Serta haqqul bashirah menyaksikan akan wujud-Nya, tidak pada
ketiadaanmu dan tidak pula pada wujudmu”.
Ada tiga macam cahaya yang merupakan bekal bagi
manusia untuk dapat mengetahui dan mensifati tentang wujudnya Allah. Ketiga
macam cahaya tersebut adalah :
1.
Syu’a’ul
bashiirah. Yakni dengan akalnya, manusia dapat mengetahui akan hakekat
dirinya dan mengerti bahwa Allah itu dekat dengannya”.
2.
‘Ainul
Bashiirah. Yakni dengan ilmunya, manusia mengetahui bahwa dirinya itu sama
sekali tidak ada di dalam wujudnya Allah.
3.
Haqqul
Bashiirah. Yakni dengan kesaksiannya, manusia bisa mengetahui bahwa dirinya
yang semula tidak ada kemudian menjadi ada, kemudian menjadi tidak ada lagi,
sama sekali tidak bisa disamakan dengan-Nya Allah yang tiada berawal dan tiada
berakhir.
Dengan ketiga macam cahaya itulah manusia dapat mengetahui
dan mensifati tentang wujudnya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar