Dalla biwuujuudi aatsaarihi ‘alaa wujuudi asmaa-ihi biwuujuudi
‘alaa tsubuuti aushafihi watsubuuti aushafihi ‘alaa wujuudi dzaatihi idzmahalun
anyaquumul washfi binafsihi fa-arbaabul jadzbi yuksyafu lahum ‘an kamaali
dzaatihi tsumma yarudduhum ilaa syuhuudi shifaatihi tsumma yarji’uhum
ilatta’alluqi bi asmaa-ihi tsumma yarudduhum ilaa syuhuudi aatssrihi.
Wassalikuuna ‘alaa ‘aksii hadzaa fanihaayatus-saalikiina nidzaayatul
mahdzuubiina laakin laa bima’naa wahidin farubbamaat-taqayaafiith-thariiqi
hadza fii taraqqiihi wahadzaa fii tadalliihi.
Artinya : Dengan
adanya alam (makhluq), Allah menunjukkan
adanya nama-nama-Nya, dengan adanya nama-nama-Nya menunjukkan adanya
sifat-sifat-Nya dengan adanya sifat-sifat-Nya menunjukkan adanya Dzat-Nya.
Karena muhal (tidak mungkin) sifat dapat berdiri dengansendirinya (tanpa adanya
dzat yang disifati). Maka orang-orang jadzab (orang-orang yang ditarik untuk
mengenal Allah) dibukakan kepada mereka akan kesempurnaan Dzat-Nya kemudian
dikembalikan melihat sifat-sifat-Nya, kemudian dikembalikan melihat
makhluq-makhluq-Nya. Sedang salik (orang yang berjalan menuju kepada Allah)
adalah kembalikan dari itu semua, maka puncak yang dicapai salik adalah
permualaan yang dicapai (majdzub). Dan permulaan dicapai salik merupakan puncak
(akhir) yang dicapai orang majdzub. Akan tetapi tidak dengan arti yang
satu/sama dalam segalanya. Maka kadang-kadang keduanya bertemu di tengah jalan
salik yang sedang meningkat kepada Allah yang di tengah jalan orang majdzub
yang menurunkan dari pada-Nya”.
Adanya benda-benda
di ala mini, baik yang nyata mapun yang ghaib membuktikan akan adanya nama-nama
Allah yang menunjukkan pula sifat-sifat-Nya. Dan sifat-sifat ini selalu
bergantung dan berkaitan erat dengandzat-Nya, sebab mustahil akan ada
sifat-sifat yang sempurna, melainkan hanya Allah semata.
Dengan memahami
nama-nama Allah yang luhur serta sifat-sifat-Nya yang sempurna akan dapat
menghantarkan seseorang untuk berma’rifat kepada Allah.
Dalam kaitannya
dengan hal ini Allah berfirman dalam Al-Qur’an
surat Al-Isro’
ayat 110, yang artinya :
“katakanlah
:Serulah Allah atau Rohman. Mana saja nama Tuhan yang kamu semua seru. Dia
adalah mempunyai nama-nama yang baik”.
Dengan nama-nama
Allah yang mulia itu kita di perintahkan untuk sering-sering menyebutnya. Hal
ini sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an
surat Al-A’rof
ayat 180, yang artinya :
“Bagi Allah adalah
nama-nama yang baik, maka serulah Allah dengan menggunakan nama-nama itu”.
Adapun tentang
jumlah nama-nama Allah itu, Imam Bikhary, Muslim dan Tarmidzi telah menjelaskan
dalam sebuah hadits yang bersumber dari Abu Khuroiroh r.a. yang artinya :
“ Allah itu mempunyai
sembilan puluh sembilan nama. Barangsiapa yang menghafalnya, ia masuk syurga.
Sesungghunya Allah itu Maha Ganjil (tidak genap) dan cinta sekali kepda yang
ganjil”.
Maksud dari kata
“menghafal” pada Hadits di atas bukanlah berarti dihafalkan dilur kepala begitu
saja, tetapi lebih pada itu adalah harus diresapkan ke dalam hati dan difahami
maknanya betul-betuk, sehingga menimbulkan bekas dalam jiwa dan tercermin dalam
amal perbuatan.
Selanjutnya dalam
sebuah riwayat berikut ini :
Huwallaahulladzii
laa ilaaha ilaa huwarrahmaanu-rahiimu al-maliku, al-quddusu, as-salamu,
al-mukminu, al-muhaiminu, al-’aziizu, al-jabbaaru, al-mutakabbiru, al-khaliqu
al-baari-u, al-mushawwiru, al-ghaffaaru, al-qahharu, al-wahabbu, ar-razaqu,
al-fattahu, al-’aliimu, al-qaabidhu, al-baasithu, al-khafidhu, ar-rafi’u,
al-mu’izzu,al-mudzillu, as-samii’u, al-bashiiru, al-hakamu, al-’adlu,
al-lathiifu, al-khabiiru, al-haliimu, al-ghafuuru, ays-syakuuru, al-’aliyyu,
al-kabiiru, al-hafizhu, al-muqiitu, al-hasiibu, al-jaliili, al-kariimu,
ar-raqiibu, al-mujiibu, al-wasi’u al-hakiimu, al-waduudu, al-majiidu,
al-baa’itsu, asy-syahiidu, al-haqqu, al-wakiilu, al-qawiyyu, al-matiinu,
al-waliyyu, al-hamiidu, al-muhshi, al-mubdi-u, al-mu’iidu, al-muhyi,
al-mumiitu, al-hayyu, al-qayyuumu, al-wajidu, al-majidu, al-wahidu,
ash-shamadu, al-qaadiru, al-muqtadiru, almuqaddimu, al-mu-akhkhiru, al-awwalu,
al-akhiru, azh-zhahiru, al-bathinu, al-walii, al-muta’alii, al-barru,
at-tawabu, al-muntaqimu, al-‘afuwwu, ar-ra-ufu, malikul mulki, dzuljalaali
wal-ikraami, almuqsithu, al-jami’u, al-ghaniyyu, al-mughnii, al-mani’u,
aldh-dharru, an-nafi’u, an-nuuru, al-hadii, al-badii’u, al-baqi, al-waritsu,
ar-rasyiidu, as-shabuuru, jalla jalaalahu.
Kesembilan puluh
sembilan nama Allah yang baik (Asmaaul Husna) sebagaimana yang tersebut dalam
hadits di atas apabila dikelompokkan maka akan terbagi menjadi (8) kelompok.
Kedelapan kelompok
tersebut sebagaimana yang tersebut dalam kitab”Ad-Diinul Islami” adalah sebagai
berikut :
1.
Nama-nama yang
berkaitan dengan dzat-Nya, yaitu :
-
Al-Haq (Maha Benar).
-
Al-Waahid (Maha Esa/Tunggal).
-
Al-Ghaniyyu (Maha Kaya).
-
Al-Ahad (Maha Esa/Tunggal).
-
Al-Aakhir (Maha Penghabisan).
-
Ash-Shamad (Maha dibutuhkan).
-
Al-Quddus (Maha Suci).
-
Al-Qoyyuum (Maha Berdiri).
-
Al-Awwalu (Maha Permulaan).
2.
Nama-nama yang
berkaiatan dengan hal penciptaan, yaitu :
-
Al-Mushawwiru (Maha Pembentuk).
-
Al-Baari’ (Maha Pembuat).
-
Al-Badi’ (Maha Pencipta yang baru).
-
Al-Khooliq (Maha Pencipta).
3.
Nama-nama yang
berkaitan dengan sifat kasih sayang dan kerahmatan, selain dari lafadz Rob
(Tuhan). Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan Ar-Rahiim (Maha penyayang). Yaitu :
-
Al-Waduud (Maha Pencipta).
-
Al-‘Awuf (Maha Pemaaf).
-
Al-bar (Maha Dermawan).
-
Ar-Rauufu (Maha Pengasih).
-
Al-Mu’min (Maha Pemelihara Keamanan).
-
Al-Haliim (Maha Penghiba).
-
Al-Waasi’ (Maha Luas).
-
Ar-Razzaq (Maha Pemberi rizqi).
-
Asy-Syakuur (Maha Pembalas/Pemberi karunia).
-
Al-Wahaab (Maha Pemberi).
-
Al-Lathiif (Maha Halus).
-
Rofi’ud-darojat (Maha Tinggi derajat-Nya).
4.
Nama-nama yang
berkaitan dengan keagungan dan kemuliaan Allah, yaitu :
-
Al-Kabiir (Maha Besar).
-
Al-Qowiy (Maha Kuat).
-
Al-Mutakabbir (Maha Megah).
-
Al-Aziz (Maha Mulia).
-
Al-Jabbaar (Maha Perkasa).
-
Al-‘Aliy (Maha Tinggi).
-
Al-Khamiid (Maha Terpuji).
-
Al-Adhiim (Maha Agung).
-
Al-Matiin (Maha Kuat).
-
Al-Muta’aalii (Maha Suci).
-
Al-Karim (Maha Pemurah).
-
Azh-Zhaahir (Maha Nyata).
-
Al-Majiid (Maha Mulia).
-
Al-Qohhaar (Maha Perkasa).
-
Dzuljalaali Wal Ikram (Maha memiliki kebesaran dan kemuliaan).
5.
Nama-nama yang
berkaitan dengan ilmu-Nya Allah, yaitu :
-
Al-Bashiir (Maha Melihat).
-
Al-‘Alim (Maha mengetahui).
-
Al-Kabir (Maha waspada).
-
Asy-Syahiid (Maha Menyaksiakan).
-
As-Samii’ (Maha Mendengar).
-
Al-Hakim (Maha Bijaksana).
-
Al-Muhaimin (Maha Menjaga).
-
Al-Bathin (Maha Tersembunyi).
-
Ar-Roqiib (Maha Meneliti).
6.
Nama-nama yang
berkaitan dengan kekuasaan dan pengaturan Allah terhadap segala sesuatu, yaitu
:
-
Al-Maalik (Maha Merajai).
-
Al-Hafizh (Maha Memelihara0.
-
Al-Hasiib (Maha Penjamin).
-
Al-Muqiit (Maha Pemberi kecukupan).
-
Al-Mutaqim (Maha Penyiksa).
-
Al-Wakiil (Maha Pemelihara Penyerahan).
-
Al-Waliy (Maha Melindungi).
-
Al-Fattah (Maha pembuka).
7.
Nama-nama yang
tersebut di bawah ini tidak tercantum dalam Al-Qur’an, tetapi berkaitan dengan
sifat--sifat perbuatan Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an, yaitu :
-
Al-Ba’ats (Maha Membangkitkan).
-
Ar-Roofi (Maha Mengangkat).
-
Al-Mubdi’ (Maha Mulia).
-
Al-Qoobid (Maha Pencabut).
-
Al-Mudzil (Maha Pemberi kehidupan).
-
Al-Baaqi (Maha Kekal).
-
Al-Mughni (Maha Pemberi kekayaan).
-
Al-Maani’ (Maha Membela atau menolak).
-
Al-Jaami’ (Maha Mengumpulkan).
-
Al-Baasith (Maha Meluaskan).
-
Al-Mumit (Maha Mematikan).
-
Al-Muhshii (Maha Penghitung).
-
Al-Mu’iz (Maha Pemberi kemuliaan).
-
Al-Mu’thi (Maha Pemberi).
-
Al-Mu’id (Maha Mengulangi).
-
Al-Mujib (Maha Mengabulkan).
-
Al-Warits (Maha pewaris).
-
Al-Haadid (Maha Pemberi Petunjuk).
8.
Nama-nama lain bagi
Allah yang diambil berdasarkan makna atau pengertian nama-nama yang terdapat
dalam Al-Qur’an yaitu :
-
Al-Waali (Maha Menguasai).
-
Al-Muakhir (Maha Mengakhiri).
-
Al-Waajid (Maha Kaya).
-
Al-Adl (Maha Adil).
-
An-Naafi’ (Maha Pemberi kemanfaatan)
-
Ar-Rosyiid (Maha Cendikiawan).
-
An-Nuur (Maha Bercahaya).
-
Al-Jaliil (Maha Luhur).
-
Al-Muqoddim (Maha Mendahulukan).
-
Al-Khaafidl (Maha Menjatuhykan).
-
Al-Muqsith (MAha Mengadili).
-
Adl-Dlaar (Maha Pemberi bahaya).
-
Ash-Shobuur (Maha Penyabar).
Sebagaimana yang
disebutkan di aras tadi, bahwa ada dua macam orang yang mendapat keistimewaan
sehingga dapat berma’rifat kepada Allah melalui nama-nama-Nya.
Kedua macam orang
tersebut yaitu :
1.
Orang Madzud.
Yaitu orang yang
oleh Allah di bukakan tirai-Nya secara langsung sehingga dia dapat mengenal-Nya
(dengan menggunakan mata hatinya). Jadi dalam mengenal Allah itu langsung dari
atas dengan melihat kesempurnaan-kesempurnaan Dzat-Nya, kemudian melihat
sifat-sifat-Nya, lalu kembali bergantung kepada nama-nama-Nya yang baik, baru
setelah itu melihat kepada benda-benda ciptaan-Nya.
2.
Orang Salik.
Yaitu orang yang
dalam mengenal Allah melalui jalan biasa (dari bawah), yakni pada mulanya
mengenal benda-benda ciptaan-Nya, kemudian mengenal nama-nama-Nya, lalu
mengenal sifat-sifat-Nya, baru kemudian mengenal Sang Pencipta dan sekaligus Pemiliknya
(Allah).
Dengan demikian
dapat dikatakan, bahwa jalannya orang madzub dalam mengenal Allah itu merupakan
kebalikan jalannya orang salik. Begitu pula dengan jalannya orang salik dalam
mengenal Allah juga merupakan kebalikan dari jalannya orang madzub, sehingga
mungkin saja keduanya dapat bertemu di tengah jalan.
Alhamdulillah bertambah ilmu saya setelah membaca blog ini.sukron katiran
BalasHapus