Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Jumat, 19 April 2013

205. CAHAYA HATI BESERTA RAHASI-RAHASIA YANG ADA DI DALAMNYA ITU HANYA DAPAT DILIHAT DI AKHIRAT



La ya’lamu qadru anwaaril qalbi wal asraari ilaa fii ghaibil malakuuti kamaa laa tazhharu anwaarus-samaa-i ilaa fii syahaadatil malki.
Artinya : Tidak dapat diketahui kadar (nilai) berbagai cahaya hati dan rahasia-rahasianya kecuali di dalam alam malakut yang ghaib sebagaimana tidak terlihatnya cahaya-cahaya langit (benda-benda langit yang bercahaya) kecuali di alam mulk (dunia ini)”.
Cahaya-cahaya yang ada di dalam hati beserta rahasia-rahasianya yang ada di dalamnya itu hanya dapat dilihat di alam akhirat nanti sebagaimana terlihatnya benda-benda yang bersinar di angkasa, seperti matahari, bulan dan bintang-bintang ketika di dunia ini.
Dengan adanya cahaya yang ada di dalam hati menjadikan seseorang dapat mengetahui dengan jelas mana jalan lurus yang harus ditempuhnya dan mana jalan sesat yang harus dihindarinya, sehingga kelak di akhirat ia akan sampai pada tempat yang penuh dengan rahmat dan karunia-Nya (syurga).
 Membicarakan tentang alam akhirat tentunya tidak bisa terlepas dari membicarakan tentang rukun (Iman). Karena alam akhirat merupakan salah satu rukun (Iman) yang harus kita yakini atau kita percayai adanya.
Sebagaimana yang telah kita ketahui, rukun (iman) itu ada enam yakni :
1.       Iman kepada Allah.
2.       Iman kepada Malaikat-malaikat Allah.
3.       Iman kepada Kitab-kitab Allah.
4.       Iman kepada Rasul-rasul Allah.
5.       Iman kepada Hari akhir.
6.       Iman kepada Qodlo dan qodar.

 Dari keenam rukun iman di atas, yang terpokok adalah mengenai kepercayaan terhadap Allah dan hari akhir (kehidupan di akhirat). Hal ini terbukti dengan paling seringnya kedua masalah itu disebut-sebut dalam Al-Qur’an maupun dalam Hadits. Slah satu di antaranya seperti hadits berikut ini :
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berlaku baik terhadap tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah menghormati tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau diam”.

Tentang kehidupan akhirat itu sendiri Allah dan Rasul-Nya telah sering kali menegaskan, bahwa kehidupan akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan, karenanya ia menjadi jauh lebih penting dari pada kehidupan dunia yang hanya sementara dan merupakan permainan belaka.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an Suraty Al-An’am ayat 32, yang artinya :
“Dan tidaklah kehidupan di dunia ini kecuali hanya sebagai permaian belaka, sedang kehidupan di akhirat itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Apakah kamu tidak mau memikirkannya?”.

Juga dalam hal ini Rasulullah S.A.W. pernah bersabda, yang artinya :
“perbandingan kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat ialah seperti seorang berlayar kelaut, kemudian memesukkan satu jarinya ke laut, lalu mengangkatnya. Maka air yang melekat pada jari itulah dunia ini. (sedang air yang masih tertinggal di lantai yang dalam dan luas itulah kehidupan akhirat)”
Karena itu alangkah ruginya seseorang yang bersusah payah kesenangan ketika hidup di dunia tetapi melupakan hidupnya di akhirat. Mungkin saja ia dapat bergembira dan bersuka ria ketika di dunia, tetapi di akhirat nanti siksa Allah telah menyambutnya.

Perhatikan firman Allah dalam Al-qur’an Surat Al-An’am ayat 27-28, yang artinya :
“Dan alangkah hebatnya sekiranya engkau melihat tatkala mereka disuruh berdiri di pinggi neraka, lalu mereka berkata menyesal :alangkah baiknya sekiranya kami dikembalikan hidup di dunia sekali lagi, kami tidak akan mendustakan akan ayat-ayat Allah, dan kami akan menjadi orang-orang yang benar-benar beriman. Bahkan kami telah nyata bagi mereka apa yang dulunya tersembunyi (ghaib) bagi mereka. Sesungguhnya begitu, sekiranya mereka dikembalikan dapat hidup sekali lagi di dunia, mereka pasti kembali kafir, kembali melakukan apa yang pernah mereka lakukan. Sesungguhnya mereka itu adalah pembohong”.

Betapa besar dan hebatnya penyesalan orang-orang yang ingkar kepada-Nya. Akan tetapi apalah gunanya penyesalan pada waktu itu, karena bagaimanapun siksa Tuhan akan tetap berlaku.
Oleh karena itu sebelum segalanya terlambat dan menimbulkan penyesalan yang berkepanjangan, maka hendaklah banyak melakukan amal kebajikan agar kelak di akhirat kita terlepas dari siksa Allah. Bahkan akan mendapatkan pahala yang besar sebagai balasan bagi amal kebajikan yang telah kita lakukan.
Firman Allah dalam Al-qur’an surat at-Tin ayat 6, yang artinya :
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”.

A.     Pengetahuan tentang alam akhirat.

Di dunia ini ada bermacam-macam pengetahuan, seperti pengetahuan tentang kesehatan, ekonomi, tehnik, hukum, pertanian, peternakan dan sebagainya yang kesemuanya itu penting untuk kehidupan manusia.
Akan tetapi diantara pengetahuan-pengatahuan tadi masih ada satu lagi ilmu pengetahuan yang paling penting yang harus di ketahui oleh manusia, yaitu pengetahuan tentang alam akhirat.
Paling penting karena kehidupan akhirat itu lebih besar, lebih kekal, lebih utama dan lebih segala-galanya apabila dibandingkan dengan kehidupan dunia.
Antara ilmu pengetahuan biasa denganilmu pengetahuan akhirat mempunyai beberapa perbedaan yang sangat prinsip. Perbedaan-perbedaan tersebut di antaranya :
-          Ilmu pengetahuan biasa hanya menghantarkan manusia ke dalam kebahagiaan dan kesenangan hudup yang sementara, sedangkan ilmu pengetahuan akhirat menghantarkan manusia ke dalam kebahagiaan dan kesenangan yang kekal dan abadi.
-          Ilmu pengetahuan biasa mempelajari hal-hal yang sudah terjadi dan sudah jelas fakta-faktanya,sedangkan ilmu pengetahuan akhirat mempelajari tentang hal-hal yang belum terjadi dan belum terbukti kejadiannya.
-          Ilmu pengetahuan biasa bersumber dari penyelidikan atau pengamatan manusia, sedang ilmu pengetahuan akhirat bersumber dari Kitab Suci.
Adalah jelas sekali pengaruhnya orang-orang yang mempelajari ilmu pengetahuan tentang alam akhirat kemudian mempercayai segala macam kejadian atau peristiwa yang terjadi di dalamnya di bandingkan dengan orang yang tidak mau mempelajari apalagi mempercayainya.
Seseorang yang mempercayai kehidupan akhirat, maka segala tingkah laku dan perbuatannya senantiasa ditujukan untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat itu.
Sedangkan bagi orang-orang yang mengingkari akan adanya kehidupan di akhirat, maka yang dipikirkannya adalah kesenangan hidup di dunia saja. Sehingga untuk mencapai kesenangan itu ia tidak segan-segan untuk melanggar larangan-larangan yang telah ditetapkan, asal saja kesenangan yang dikejarnya itu bisa dicapai.
Akan tetapi yang lebih penting dari itu semua, dengan mempercayai dan meyakini akan adanya kehidupan di akhirat itu, maka hendaknya dapat menggugah hati kita untuk lebih bersemangat dalam beramal dan mendekatkan diri kepda-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar