La ya’lamu qadru anwaaril qalbi wal asraari ilaa fii ghaibil
malakuuti kamaa laa tazhharu anwaarus-samaa-i ilaa fii syahaadatil malki.
Artinya : Tidak
dapat diketahui kadar (nilai)
berbagai cahaya hati dan rahasia-rahasianya kecuali di dalam alam malakut yang
ghaib sebagaimana tidak terlihatnya cahaya-cahaya langit (benda-benda langit yang bercahaya) kecuali di alam mulk (dunia ini)”.
Cahaya-cahaya yang
ada di dalam hati beserta rahasia-rahasianya yang ada di dalamnya itu hanya dapat dilihat di alam akhirat nanti sebagaimana terlihatnya benda-benda yang
bersinar di angkasa, seperti matahari, bulan dan bintang-bintang ketika di
dunia ini.
Dengan adanya cahaya
yang ada di dalam hati menjadikan seseorang dapat mengetahui dengan jelas mana jalan lurus yang harus ditempuhnya dan
mana jalan sesat yang harus
dihindarinya, sehingga kelak di akhirat ia akan sampai pada tempat yang penuh
dengan rahmat dan karunia-Nya (syurga).
Membicarakan tentang alam akhirat tentunya
tidak bisa terlepas dari membicarakan tentang rukun (Iman). Karena alam akhirat
merupakan salah satu rukun (Iman) yang harus kita yakini atau kita percayai
adanya.
Sebagaimana yang telah kita
ketahui, rukun (iman) itu ada enam yakni :
1. Iman kepada Allah.
2. Iman kepada Malaikat-malaikat
Allah.
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah.
4. Iman kepada Rasul-rasul Allah.
5. Iman kepada Hari akhir.
6. Iman kepada Qodlo dan qodar.
Dari keenam rukun iman di atas, yang terpokok
adalah mengenai kepercayaan terhadap Allah dan hari akhir (kehidupan di akhirat). Hal ini terbukti dengan paling seringnya
kedua masalah itu disebut-sebut dalam Al-Qur’an maupun dalam Hadits. Slah satu
di antaranya seperti hadits berikut ini :
“Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berlaku baik terhadap tetangganya.
Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah
menghormati tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka hendaklah berkata yang baik atau diam”.
Tentang kehidupan akhirat itu
sendiri Allah dan Rasul-Nya telah sering kali menegaskan, bahwa kehidupan
akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan, karenanya ia menjadi jauh lebih
penting dari pada kehidupan dunia yang hanya sementara dan merupakan permainan
belaka.
Hal ini sebagaimana firman
Allah dalam Al-qur’an Suraty Al-An’am
ayat 32, yang artinya :
“Dan tidaklah kehidupan di
dunia ini kecuali hanya sebagai permaian belaka, sedang kehidupan di akhirat
itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Apakah kamu tidak mau
memikirkannya?”.
Juga dalam hal ini Rasulullah
S.A.W. pernah bersabda, yang artinya :
“perbandingan
kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat ialah seperti seorang berlayar kelaut, kemudian memesukkan satu jarinya ke laut,
lalu mengangkatnya. Maka air yang
melekat pada jari itulah dunia ini. (sedang air yang masih tertinggal di
lantai yang dalam dan luas itulah kehidupan akhirat)”
Karena itu alangkah
ruginya seseorang yang bersusah payah kesenangan ketika hidup di dunia tetapi
melupakan hidupnya di akhirat. Mungkin saja ia dapat bergembira dan bersuka ria
ketika di dunia, tetapi di akhirat nanti siksa Allah telah menyambutnya.
Perhatikan firman
Allah dalam Al-qur’an Surat Al-An’am ayat 27-28, yang artinya :
“Dan alangkah
hebatnya sekiranya engkau melihat tatkala mereka disuruh berdiri di pinggi
neraka, lalu mereka berkata menyesal :alangkah baiknya sekiranya kami
dikembalikan hidup di dunia sekali lagi, kami tidak akan mendustakan akan
ayat-ayat Allah, dan kami akan menjadi orang-orang yang benar-benar beriman.
Bahkan kami telah nyata bagi mereka apa yang dulunya tersembunyi (ghaib) bagi mereka. Sesungguhnya
begitu, sekiranya mereka dikembalikan dapat hidup sekali lagi di dunia, mereka
pasti kembali kafir, kembali
melakukan apa yang pernah mereka lakukan. Sesungguhnya mereka itu adalah
pembohong”.
Betapa besar dan
hebatnya penyesalan orang-orang yang ingkar kepada-Nya. Akan tetapi apalah
gunanya penyesalan pada waktu itu, karena bagaimanapun siksa Tuhan akan tetap
berlaku.
Oleh karena itu
sebelum segalanya terlambat dan menimbulkan penyesalan yang berkepanjangan,
maka hendaklah banyak melakukan amal kebajikan agar kelak di akhirat kita
terlepas dari siksa Allah. Bahkan akan mendapatkan pahala yang besar sebagai
balasan bagi amal kebajikan yang telah kita lakukan.
Firman Allah dalam
Al-qur’an surat
at-Tin ayat 6, yang artinya :
“Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, maka bagi mereka pahala
yang tiada putus-putusnya”.
A.
Pengetahuan tentang
alam akhirat.
Di dunia ini ada
bermacam-macam pengetahuan, seperti pengetahuan tentang kesehatan, ekonomi,
tehnik, hukum, pertanian, peternakan dan sebagainya yang kesemuanya itu penting
untuk kehidupan manusia.
Akan tetapi
diantara pengetahuan-pengatahuan tadi masih ada satu lagi ilmu pengetahuan yang
paling penting yang harus di ketahui oleh manusia, yaitu pengetahuan tentang
alam akhirat.
Paling penting
karena kehidupan akhirat itu lebih besar, lebih kekal, lebih utama dan lebih
segala-galanya apabila dibandingkan dengan kehidupan dunia.
Antara ilmu
pengetahuan biasa denganilmu pengetahuan akhirat mempunyai beberapa perbedaan
yang sangat prinsip. Perbedaan-perbedaan tersebut di antaranya :
-
Ilmu pengetahuan
biasa hanya menghantarkan manusia ke dalam kebahagiaan dan kesenangan
hudup yang sementara, sedangkan ilmu
pengetahuan akhirat menghantarkan manusia ke dalam kebahagiaan dan
kesenangan yang kekal dan abadi.
-
Ilmu pengetahuan
biasa mempelajari hal-hal yang sudah terjadi dan sudah jelas fakta-faktanya,sedangkan
ilmu pengetahuan akhirat mempelajari tentang hal-hal yang belum terjadi dan
belum terbukti kejadiannya.
-
Ilmu pengetahuan
biasa bersumber dari penyelidikan atau pengamatan manusia, sedang ilmu
pengetahuan akhirat bersumber dari Kitab Suci.
Adalah jelas sekali pengaruhnya orang-orang yang
mempelajari ilmu pengetahuan tentang alam akhirat kemudian mempercayai segala
macam kejadian atau peristiwa yang terjadi di dalamnya di bandingkan dengan
orang yang tidak mau mempelajari apalagi mempercayainya.
Seseorang yang
mempercayai kehidupan akhirat, maka segala tingkah laku dan perbuatannya
senantiasa ditujukan untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat itu.
Sedangkan bagi
orang-orang yang mengingkari akan adanya kehidupan di akhirat, maka yang
dipikirkannya adalah kesenangan hidup di dunia saja. Sehingga untuk mencapai
kesenangan itu ia tidak segan-segan untuk melanggar larangan-larangan yang
telah ditetapkan, asal saja kesenangan yang dikejarnya itu bisa dicapai.
Akan tetapi yang
lebih penting dari itu semua, dengan mempercayai dan meyakini akan adanya
kehidupan di akhirat itu, maka hendaknya dapat menggugah hati kita untuk lebih
bersemangat dalam beramal dan mendekatkan diri kepda-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar