Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Senin, 29 April 2013

34. SEBAIK-BAIK SAHABAT DALAM BERGAUL


 
Wala-an tashhaba jaahilaan laa yardhaa ‘an nafsihi khairun laka min an tashhaba ‘aalimaan yardhaa ‘an nafsihi ga-ayyu’ilmin li’aalimin yardhaa ‘an nafsihi wa-ayyu jahlin lijaahilin laa yardhaa ‘an nafsihi.
Artinya : Demi sungguh, seandainya engkau bersabar dengan orang bodoh yang tidak rela mengumbar nafsu amarahnya itu lebih baik bagimu daripada engkau bersahabat dengan oaring alim (pandai) yang rela mengumbar nafsu amarahnya. Maka manakah ada ilmu bagi orang yang berilmu rela mengumbar nafsu amarahnya? Dan manakah kebodohan bagi orang yang bodoh yang ia tidak rela mengumbar nafsu amarahnya?”.

Dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang tak akan terlepas dari pergaulan dengan sesamanya. Walaupun demikian, seseorang haruslah pandai memilih menentukan kawan dalam bergaul. Karena sesungguhnya pengaruh pergaulan itu amat besar bagi perkembangan jiwa seseorang.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah mengumpamakan sahabat yang baik itu seperti pembawa minyak wangi. Adakalanya kamu diberi dan ada kalanya pula kamu memberi. Dan yang pasti, kamu akan rasakan bau harum dari minyak wangi yang dibawanya. Sedangkan sahabat yang buruk diumpamakan sebagai peniup api. Kalau tidak terbakar pakaianmu, tentulah engkau akan mencium bau busuk darinya.
Perlu dikatahui pula, bahwa bergaul dengan orang bodoh tetapi tidak suka mengumbar hawa nafsunya, adalah lebih baik dari pada bergaul dengan orang alim (berilmu) tetapi suka mengumbar hawa nafsunya.
Dalam hal ini kita perlu memperhatikan kata-kata mutiara yang pernah diucapkan Khalifah Ali bin Abi Thalib sebagai berikut ini, sebagai pedoman dalam memilih sahabat: jangan bersahabat, kecuali dengan yang taqwa, terdidik, terhormat, cerdik, cendikiawan, tepat dengan janji-janjinya. Teguhkan keyakinanmu kepada Allah dalam setiap peristiwa, niscaya Tuhan akan menolongmu di setiap saat, dari kejahatan dengki tukang hasut”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar