Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Senin, 29 April 2013

1. PENGANTAR MA’RIFAT



Mnurut ahli bahasa, kata ma’rifat berarti mngetahui atau mengenal.
Pengrtian tersebut bisa diperluas lagi menjadi   :  cara mengtahui atau mengnal Allah, melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya yang berupa makhluq-makhluq ciptaan-Nya. Dsebab dengan hanya memperhatikan tanda-tanda kekuasaan-Nya kita bisa mengetahui keberaaan dan kebesaran Allah SWT. Kita tentu yakin dan faham betul, bahwa tidak aa satu makhluqpun, walaupun sekcil apapun, yang aa dengan sndirinya. Semuanya itu pasti ada yang menciptakan. Dan siapa lagi yang mnciptakan segala macam makhluq tersebut kalau bukan Allah?
Tanda-tanda tentang adanya Allah sudah jelas terlihat disekeliling kita. Setiap hari kita bisa mlihat terbitnya matahari dari ufuk timur dan kmudian tenggelam di ufuk barat. Satu kali pun tidak pernah terbalik. Kita juga bisa melihat betapa indahnya bulan dan begitu gemerlapnya bintang-bintang yang bertaburan di malam hari. Semua itu yang menciptakan dan yang mengatur peredarannya adalah Allah. Siapa yang tak mengenal Allah lewat tanda-tanda kekuasan-Nya, ia adalah sebuta-buta manusia. Bukan buta matanya, akan tetapi buta hatinya. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah berikut ini :
ømD÷¡üL÷ËüCëÖü÷P÷Ë D÷æû÷ÙùD÷º , ×êbû nÆCÛ|ÖbûnÆCÓC×sL
.ùmüÜøj@ûø¡ÆC ëùº ëùQ@û÷ÆC  øKüÝ@øÇø¿üÆC  ë÷Ö@ü²÷P  üÛ@ùÃ|Æ ÷Ü
Fainnaha laa ta’maal abshaaru walaakin ta’maal quluubul-latii fiish-shuduuri.

Artinya : “Sesungguhnya bukan matanya yang buta, tapi mata hatinya (yang buta) yang berada dalam rongga dadanya”.

Adapun cara memprhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang berupa makhluq-makhluq-Nya tersebut buklan sekedar dengan menggunakan penglihatan lahir saja. Tetapi harus pula ditunjang dengan penglihatan mata batin (hati) yang jernih dan bersih dari berbagai macam dosa. Perhatikanlah Sabda Rasulullah saw. Kepada sahabat Abu Dzar Al-Ghafari berikut ini :
÷ÓC ùj@@øMü±C ûùm÷k D÷L÷C D÷é , ×êbû nÆCÛ|ÖbûnÆCÓC×sL
÷ÁC÷n@÷é  øç@û÷ÙùD÷º  øäC÷n@÷P÷Ë  ÷R@üÚø  üØùD÷º  øäC÷n÷P ÷Äû÷Ù ÷D÷Â
Yaa-abadzarri’budillaaha ka-annaka tarahu fain kunta laataraahu fainnahu yaraka.

Artinya : “Wahai Abu Dzar. Sembahlah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Bila kamu tidak melihat Allah. Maka yakinkan (dalam hatimu) bahwa Allah melihatmu”.

Pembaca buta mata belum tentu membawa bencana. Tetapi buta hati, sudah pasti akan mendatangkan siksa. Karena apabila manusia sudah menderita penyakit buta hati., selama ia belum mendapatkan cahaya ialah yang berupa petunjuk-petunjuk kbenaran, maka selama itu pula ia akan tersesat jalannya. Bukan jalan mnuju surga yang ia tempuh, melainkan jalan menuju Neraka. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Isra’ ayat 72 yang berbunyi seperti berikut ini:
C÷l÷å ëùº  ÷ØD÷  üÛ÷Õ÷Ü , ×êbû nÆCÛ|ÖbûnÆCÓC×sL
.úÌüêùM÷r  øûÈ÷¤C÷Ü  ë|Öü±÷C  ùõ÷nùf|ËüC ëùº  ÷Ýøæ÷º  ë|Öü±÷C
Waman kana fii haadzihi a’maa fahuwa fiil-akhirati a’maa wa adhallu sabiilan

Artinya : Dan barangsiapa yang buta (hati) di (dunia) ini, maka ia buta di akhirat nanti dan bahkan lebih sesat jalannya”.

Setelah kita mengenal dan mengetahui akan keberadaan Allah. Apakah lantas pengenalan dan pengetahuan kita tersebut berhenti sampai di situ saja?. Tentu saja tidak. Akan tetapi lebih daripada itu, kita sebagai hamba-Nya dan sebagai salah satu makhluq ciptaan-Nya, maka sudah sepetutnya apabila kita senantiasa mengabdikan diri secara bulat dan utuh semata-mata demi mengharapkan keridhaan-Nya.
Salah satu tanda-tanda orang yang ma’rifat kepa Allah adalah, bahwa ia senantisa bersandar an bersrah diri kepaa Allah semata. Apa pun yang telah dan akan terjadi paa dirinya, selalu ditrima dengan baik. Apabila ia menapatkan kenikmatan, ia bersyukur. Sedang apabila mendapatkan musibah, ia terima cobaan itu ngan sabar. Orang yang emikian ini prcaya bahwa semua itu datangnya ari Allah untuk kbaikan irinya. Sebab tiak aa ssuatupun yang terjai di dunia ini, kecuali ada manfaatnya atau hikmah di balik peristiwa tersbut.
Selain itu, orang yang ma’rifat kepada Allah tidak pernah menyombongkan iri. Sebagai makhluq yang lemah dan tampa aya, manusia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas pertolongan dan izin ari Allah Yang Maha Perkasa. Karna itu ia pun selalu mencari jalan untuk lebih mendekatkan diri kepaa-Nya guna menapatkan pertolongan, perlindungan an karunia-Nya. Seang apapun yang apat menghalangi jalannya untuk (untuk bertaqarrub kepada Allah SWT. Ia singkirkan jauh-jauh ari lubuk hatinya, seperti (sifat serakah) kepada (dunia), kikir, sombong, riya, dan sebagai sifat tercla lainnya.
Menurut seorang ahli ma’rifat terknal bernama (Al-Junaid), bahwa seorang belum bisa disebut sebagai ahli ma’rifat sbelum dirinya mempunyai sifat-sifat :
-                Mngnal Allah secara menalam, hingga seakan-akan dapat berhubungan secara langsung ngan-Nya.
-                Dalam beramal selalu berpedoman kpada ptunjuk-ptunjuk Rasulullah saw. (AlHadts)
-                Berserah diri kepaa Allah dalam hal yang mengnalikan hawa nafsunya.
-                Merasa bahwa dirinya adalah kepunyaan Allah dan kelak pasti akan kembali kpaa-Nya.
Adapun menurut Imam Al-Ghazali sebagaimana yang ditulis alam kitab (Ihya ‘Ulumuin), di situ disebutkan bahwa ada empat hal yang harus ikenal dan kemudia dipelajari oleh ssorang yang berma’rifat kepada Allah. Keempat hal tersebut adalah :
1.            MEngnal siapa dirinya.
2.            Mengenal siapa Tuhannya.
3.            Mengnal Dunianya.
4.            Mengnal Akhiratnya.
Demikianlah hal-hal yang harus terlebih dahulu diketahui sbelum mlangkah kpaa topik pembahasan selanjutnya.
1. TanDa-taDna orang yang menyombongkan perilakunya di hadapanj Allah.
ùmD÷ÖùQü±ùËüC ùö÷Õ÷Ì÷± üÛùÕ , ×êbû nÆCÛ|ÖbûnÆCÓC×sL
.ùÈ÷Æ û÷pÆC ùiüÝøXøÜ ÷jüÚÖ± ùôD÷X ÷ûnÆC øØD÷¡ü¿øÙ ùÈ÷Ö÷²üÆ ÷Ì÷±
Min ‘alamatil ‘itimari ‘alaal ‘amali nuqshanur-rajaa-I’inda wujuudiz-zalali.

Artinya : Sebagaimana dari tana-tana orang yang senantiasa membanggakan amal prbuatannya, brarti kurang mempunyai pngharapan terhaap rahmat Allah, tatkala terjadi kkhilafan paa dirinya.
Suah menjadi sunnatullah, bahwa manusia mempunyai sifat khilaf an lupa. Walau bagaimanapun kepanaian sseorang, sekali waktu ia pasti berbuat khilaf. Karena itu, sebagai makhluq yang lemah kita harus senantiasa mmohon rahmat an ampunan ari-Nya atas segala kekhilafan ari kesalahan kita, baik yang kita sngaja maupun yang tiak.
Apabila aa sseorang yang berbuat kekhilafan atau ksalahan, kemudian ia tiak mau mmohon rahmat dan ampunan ari Allah, bahkan dia lalu menyombongkan diri atas amal perbuatannya, maka orang itu seperti inilah yang disbut sebagai kurang mempunyai pengharapan terhaap rahmat Allah padahal alam Al-Quran ayat 87 disebutkan, bahwa sesungguhnya tiaa berputus asa dari mengharap rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir.
Tersbutlah beberapa kisah tentang kesombongan makhluq Allah baik dari kalangan bangsa manusia sendiri maupun dari bangsa jin, yang dengan sombong tidak mengharap rahmat ari Allah dan hanya menyombongkan amal perbuatan diri sendiri. Beberapa kisah tersebut antara lain :
1.            Kisah tentang Abu Lahab.
(Tercantum dalam Al-Quran Surat Al-Lahb ayat 1-5)
2.            Kisah tentang Qarun.
(Tercantum dalam Al-Quran Surat Al-Qoshosh ayat 78)
3.            Kisah tentang Iblis.
(Tercamtum dalam Al-Quran Surat Al-‘Araf ayat 12-13)
Dari beberapa kisah di atas, apat diambil ksimpulan bahwa orang yang menyombongkan diri dan tiada mengharap rahmat Allah, ssungguhnya ia telah mncelakakan diri mereka sndiri, baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Adapun tana-tanda orang celaka, sbagaimana yang pernah ucapkan oleh Ibnu Qayim Al-Jauzi,alah sebagai berikut :
-                Sesungguhnya semakin bertambah ilmunya, semakin bertambah pula kesombongan dan kecongkakannya.
-                Setiap bertambah amalnya, semakin bertambah kbanggaannya dan mmanang rndah orang lain, serta semakin bertambah prasangka baiknya terhadap diri sndiri.
-                Semakin brtambah usianya, smakin bertambah rakus dan serakahnya kepada dunia.
-                Semakin menumpuk harta dan kekayaannya, semakin bertambah bahil dan kikirnya.
-                Semakin mningkat derajat dan pangkatnya, semakin meningkat pula kesombongan dan keangkuhannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar