Laatarfa’ananna
ilaa ghairihi haajatan huwa muuriduhaa ‘alaika fakaifa yarfa’u ghairahu
maakaana huwalahu waadhi’aan man laayastathii’u an yarfa’a haajatan ‘an nafsihi
fakaifa yastathii’u an yakuuna lahaa ‘an ghairihi raafi’aan.
Artinya : Janganlah sekali-kali kamu mengangkat
(menginginkan) suatu hajat kepada selain Allah. Padahal Dia-lah yang
menyampaikan hajat kepadamu. Maka bagaimanakah selain Allah itu dapat
menghilangkan sesuatu hajat yang telah diletakkannya?. Orang tiada akan mampu
menghilangkan sesuatu hdari dirinya sendiri, maka bagaimanakah dia akan mampu
menghilangkan hajat orang lain?”.
Segala sesuatu yang terjadi dan menimpa diri manusia,
itu adalah merupakan cobaan yang datangnya dari Allah. Dan oleh karena segala sesuatu itu datangnya dari Allah, maka
hanya Allah pulalah yang dapat menyingkirkannya, sebagaimana firman-Nya yang
tersebut dalam Al-Quran Surat Yunus ayat
107, yang artinya :
Apabila Allah menimpakan suatu kemadharatan, maka
tidak akan ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan apabila Allah
menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak akan ada yang dapat menolak
karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikendaki-Nya di
antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Oleh karena itu, apabila suatu saat kita mendapatkan
musibah, maka hendaknya kita memohon pertolongan kepada Allah, karena hanya
Dia-lah yang dapat menghindarkan hamba-hamba-Nya dari berbagai macam musibah atau
bencana.
Sehubungan dengan hal ini, tersebutlah riwayat pada
suatu hari Muhammad bin Husen bin Hamdan sedang duduk di beranda masjid bersama
Yazid bin Harun. Kemudian tiba-tiba muncullah seorang laki-laki asing yang
lantas bertanya kepada Muhammad bin Husen tentang bagaimana cara menghilangkan
bencana yang telah lama dialaminya akan tetapi belum jug berakhir.
Setelah mndengarkan pengaduan dari orang asing tersebut, kemudian Muhammad
bin Husen membacakan kepadanya sebuah kitab yang di dalamnya tertulis firman
Allah, yang artinya :
“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla berfirman : Demi
kemulyaan-Ku, kebesaran-Ku, kemurahan-Ku, dan ketinggian-Ku di atas Arsy-Ku.
Sungguh aku putuskan harapan orang yang mengharap kepada selain Aku dengan
kekecewaan. Dan Aku kenakan pakaian kepadanya dari kehinaan di kalangan
manusia. Dan Aku jauhkan dia dari dekat-Ku serta Aku putuskan hubungan
dengan-Ku. Mengapa dia mengharap selain Aku di dalam kesukaran, padahal
kesukaran itu ada dalam genggaman-Ku dan hanya Akulah yang dapat menyingkirkannya.
Dan dia berharap kepada selain Aku dan dia mengetuk pintu selain pintu-Ku
padahal pintu-pintu itu tertutup, hanya pintu-Kulah yang terbuka bagi siapa
saja yang mau berdo’a kepada-Ku. Siapakah yang pernah mengharap kepada-Ku untuk
melepaskan kesukarannya lalu aku kecewakan. Dan siapakah yang pernah mengharap
kepada-Ku dengan membawa dosa yang besar, kemudian aku putuskan harapannya?
Atau siapa yang pernah mengutuk pintu-Ku lalu dia kubukakan?. Sesungguhnya Aku
telah mengadakan hubungan langsung antara Aku dengan cita-cita dan harapan
semua makhluq-Ku, lalu mengapa kamu bersandar selain Aku? Dan Aku rela dengan
perlindungan-Ku. Dan Aku telah memenuhi langit-Ku dengan Malaikat yang tak
bosan-bosan-Nya bertasbih kepada-Ku. Kemudian Aku perintahkan kepada Malaikat
supaya tidak menutup pintu yang mendindingi antara Aku dengan hamba-hamba-Ku.
Aku akan tetapi mereka tidak percaya akan firman-Ku. Tidakkah mereka mengerti
bahwa siapa saja yang ditimpa bencana yang Aku turunkan, tidak ada seorangpun
yang dapat menyingkirkannya kecuali hanya Aku. Lalu mengapakah Aku melihat dia
dengan semua angan-angan dan harapannya selalu berpaling dari dapa-Ku. Mengapa
dia tertipu oleh selain Aku?”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar