Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Senin, 29 April 2013

8. Pucuk Kebesaran Nikmat Aalah Ketika Terbuka Alam Menuju Ma’rifat Kepada Allah.



þö÷æüXùÜ ÷Ä÷Æ ÷d÷Q÷ºC÷kùC , ×êbû nÆCÛ|ÖbûnÆCÓC×sL
øçû÷ÙùD÷º ÷ÄøÇ÷Ö÷±û÷È÷¾ üØùC D÷æ÷²÷ÕùÅD÷MøP ÷Ì÷º ù¹ûøn÷²û÷QÆC ÷ÛùÕ
øäøiùmüÝøÕ÷Ýøå ÷¹ û÷n÷²û÷QÆCû÷Ø÷C øjüéùnøé ÷Ýøå÷Ü û÷ËùC ÷Ä÷ÆD÷æ÷c÷Q÷º
÷Û@üé÷C÷Ü ùçüê@÷ÆùC  D÷æüé ùjüæøÕ  ÷RüÙ÷C øÅD÷Öü±÷ËüC ÷Ü  ÷Äüê÷Ç÷±
÷Äüê@@÷Ç÷±  øäøiùmÝ@øÕ÷Ý@øå  Dû÷ÖùÕ  ùçüê@÷ÆùC  ùç@üéùjüæ@øPD÷Õ
Idzaa fataha laka wijhatun minatta’arufi falaa tubali ma’aha in qalla ‘amaluka fainnahu maafatahaha laka illa wahuwa muuriduhu ‘alaika wal’maalu anta muhdiiha ilaihi wa aina maa tuhdiihi ilaihi mimma huwa muuriduhu ‘alaika.

Artinya: Apabila dirimu telah dikabulkan jalan (menuju) ma’rifat kepaa Allah, maka sungguh dengan kema’rifatan itu jangan engkau peulikan amalanmu yang sedikit. Maka ssungguhnya Allah tiak membuka jalan kema’rifatan bagimu, kecuali hanya Dia menghendaki pengenalan kepadamu. Tidakkah engkau mengerti bahwasanya ma’rifat itu aalah anugrah Allah kepadamu, sedangkan amal perbuatanmu itu hanya merupakan sebagai imbalan jasa kepadanya, kalau begitu di manakah sekarang letak perbandingan antara imbalan jasamu kepadanya dengan apa yang telah dianugrahkan oleh Allah kepadamu”.
Suah menjadi fitrahnya, bahwa orang yang beriman selalu ingin mengenal Tuhan yang telah menciptakan dan melindunginya. Akan tetapi pada kenyataannya, tiak semua orang dapat mengenal-Nya. Hanya orang-orang tertentu yang telah mendapatkan jalan menuju ma’rifat kepada Allah sajalah yang dapat mengenal Allah lewat penglihatan mata hatinya. Dan ini adalah merupakan sebesar-besar nikmat telah diberikan Allah kepaanya.
Tersebutlah dalam Al-Quran Surat Al-An’am ayat 75-79. sebagaimana kisah Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhannya. Beliau telah berjumpa dengan bintang yang gemerlap, bulan yang indah, dan juga matahari yang sangat terang sinarnya. Mula-mula beliau menganggap, bahwa yang dijumpai itu Tuhannya. Namun ketika mereka satu persatu tenggelam dan sirna, maka beliau berpikir, bahwa tidak mungkin Tuhan itu apat tenggelam atau sirna. Akhirnya setelah menapat sinar terang yang menerangi kalbunya. Nabi Ibrahim dapat mengenal Allah sebagai Tuhan yang telah menciptakan dirinya serta menciptakan alam engan segala isinya.
Setelah mendapatkan jalan menuju ma’rifat kepada Allah tersebut jiwa Nabi Ibrahim menjadi tenang dan tenteram. Begitu pula dengan jiwa kaum mukmin lainnya yang telah mendapatkan jalan sebagaimana jalannya Nabi Ibrahim, merekapun merasakan ketenangan dan ketentraman yang tidak dialami oleh orang lain. Dan hal ini patutlah disyukuri dengan kesyukuran yang sebesar-besarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar