Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Senin, 29 April 2013

30. MENGOREKSI KESALAHAN YANG TERJADI PADA DIRI SENDIRI



×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC×sL
þnüê÷f ùKüÝøêø·üÆC ÷ÛùÕ ÷Äüêùº ÷Û÷©÷LD÷Õ ë|ÆùC  ÷Äøº û÷Ý÷w÷P
øKüÝøêø·üÆC ÷ÛùÕ ÷ÄüÚ÷± ÷NùYøbD÷Õ ë|ÆùC ÷Ä÷º ûøÝ÷w÷P üÛùÕ
tasyawwu  fuka ilaa maabathana fiika minal’uyuubi kharun min tasyawwufika ilaa maahujiba ‘anka minalghuyuubi.

Artinya : “Usahamu untuk mengetahui apa yang tersimpan di dalam dirimu dari berbagai macam cela itu adalah lebih baik, daripada usahamu kepada apa yang terlarang dari kamu dari berbagai macam perkara yang ghaib.
Gajah di pelupuk mata tiada kelihatan, tapi semut di sebrang lautan jelas kelihatan. Itulah sebuah peribahasa yang mengungkapkan watak manusia yang suka melihat dan meneliti kesalahan orang lain walaupun yang sekecil-kecilnya, akan tetapi lupa atau memang sengaja melupakan diri terhadap ksalahan diri sendiri.
Perbuatan seperti itu sesungguhnya sangat dilarang oleh Allah sebagaimana firman-Nya yang tersebut dalam Al-Quran Surat Al_Hujarat ayat 12, yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kbanyakan dari perasangka sesungguhnya sebagian perasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mncari-cari orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang di antara kamu memekan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang”.
Dan dalam sebuah Hadits hasan yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar. Rasulullah saw. Bersabda, artinya :
“Berbahagialah orang yang selalu diingatkan oleh ‘aibnya sendiri.daripada ‘aibnya orang lain”.
Maka dari itu, sebagai orang yang beriman, hendaknya kita senantiasa pandai-pandai mengoreksi dan membersihkan aib atau kesalahan-kesalahan yang terjadi pada diri sendiri dan berusaha dengan segala daya dan upaya untuk mengekang (hawa nafsu). Karena pada dasarnya, kesalahan-kesalahan yang terjadi itu adalah karena menurut hawa nafsu.
Perhatikan firman Allah dalam Al-Quran Surat All-Naziaat ayat 40-41, yang artinya :
“Dan adapun orang-orang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya”.
Perlu diketahui pula, bahwa bergjolaknya hawa nafsu itu bersumber dari empat hal, yakni :
1.            Sering melanggar larangan Allah.
2.            Sering berlaku riya’ (berbuat baik bukan karena Allah, melainkan supaya mendapat pujian, sanjungan dan sebagainya).
3.            Suka membuang-buang waktu dengan percuma.
4.            malas mengerjakan perintah-perintah Allah.
Agar kita dapat mngatasi keempat sumber bergejolak hawa nafsu tersebut, maka hendaknya kita mengisi jiwa ini dengan ma’rifat, taat dalam menjalankan perintah-printahnya dan menjauhi larangan-larangannya. Baik yang bersumber dari Al-Quran maupun dari Hadits Rasulullah saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar