Laa’amala
arjaa lilqubuuli min ‘amalin yaghiibu ‘anka syuhuuduhu wayahtaqiru ‘indaka
wujuuduhu.
Artinya : Tidak ada amal (kebaikan) yang lebih
diharapkan untuk diterima dari amal yang kamu samara melihatnya serta dianggap
rendah wujudnya menurut kamu”.
Setiap orang mukmin yang beramal, pastilah ia
mengharapkan bahwa amalnya tersebut akan diterima oleh Allah. Adapun menurut
keterangan di atas tadi, bahwa amal yang diterima Allah adalah amal yang tidak
dimengerti maksudnya, ia beramal tapi sebenarnya ia sendiri tidak merasa kalau
sedang beramal. Hal ini disebabkan karma ia merasa bahwa apa yang dikerjakan
atau ia malakan itu tak akan terwujud tanpa pertolongan dan petunjuk dari-Nya.
Selain itu, syarat blain yang harus dipenuhi agar
suatu amal dapat diterima adalah, kalau seseorang beramal maka hendaknya ia
tidak menggantungkan amalnya tersbut untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan
kepada amalnya tersebut untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan, misalnya
agar mendapatkan pangkat, kedudukan, pujian dan sebagainya.
Menurut kalangan ahli ma’rifat tanda-tanda amal yang
diterima adalah : Kelalaianmu dan terputusnya penglihatanmu (angan-anganmu) dari
amal (yang kau kerjakan) itu.
Juga Ali bin Hasan ra, pernah berkata, yang artinya :
“Segala sesuatu dari amal-amalmu jika masih kamu
angan-angan, maka yang demikian itu menunjukkan bahwa amalmu itu tidak diterima
Allah. Karena sesungguhnya amal yang dapat diterima Allah itu akan naik hingga
sirnja pnglihatanmu (tidak diangan-angan). Maka yang demikian itu menunjukkan
diterimanya amalmu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar