Faqatuka laka
dzaniyatun wawuruudul-asbaabi mudzakiratun laka bimaakhafii ‘alaika minhaa
walfaaqatudz-dzatiyatu laatarfa’uhaa.
Artinya
: Rasa butuhmu, bagimu merupakan sifat (dzatiyah) yang dibawa sejak semula. Dan
sampainya berbagai macam sebab itu memperingatkan kepadamu apa yang tersembunyi
(samara) atasmu dari rasa butuhmu. Sedanga rasa butuh yang bersifat (dzatuyah)
itu tidak dapat dilenyapkan oleh suatu perkara yang baru”.
Semenjak
dilahirkan, manusia sudah membutuhkan kenikmata. Hal ini sudah merupakan sifat
bawaan. Karena itu tidak dapat dilenyapkan oleh apapun juga.
Namun
demikian, apabila kenikmata yang diinginkan sudah terpenuhi, manusia menjadi
sombong dan seakan-akan ia tidak membutuhkan kenikmatan itu lagi. Seperti
halnya pada orang yang sehat. Jika ia sehat terus menerus dan tidak pernah
merasakan sakit, maka kenikmatan yang berupa sehat tersebut tidak akan dapat
dirasakannya lagi dan seakan-akan ia tidak membutuhkan kesehatan itu lagi. Baru
ketika terserang penyakit, ia lalu merasakan betapa penting dan perlunya
kenikmatan yang berupa sehat tersebut.
Terhadap
orang-orang yang lupa diri ketika mendapatkan kenikmatan, Allah memperingatkan
melalui Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7, yang artinya :
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memaklumkan:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat
pedih”.
Karena itu sebagai orang yang beriman, hendaknya
kita senantiasa mensyukuri kenikmatan-kenikmatan yang sekian besar dan
banyaknya ini yang telah diberikan Allah kepada kita. Agar jangan sampai kita
menerima dan merasakan adzab Allah yang begitu pedih yang disebabkan oleh
kesalahan dan dosa-dosa kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar