Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Rabu, 24 April 2013

94. KENIKMATAN ADALAH MERUPAKAN KEBUTUHAN MANUSIA SEJAK SEMULA (LAHIR)



Faqatuka laka dzaniyatun wawuruudul-asbaabi mudzakiratun laka bimaakhafii ‘alaika minhaa walfaaqatudz-dzatiyatu laatarfa’uhaa.

Artinya : Rasa butuhmu, bagimu merupakan sifat (dzatiyah) yang dibawa sejak semula. Dan sampainya berbagai macam sebab itu memperingatkan kepadamu apa yang tersembunyi (samara) atasmu dari rasa butuhmu. Sedanga rasa butuh yang bersifat (dzatuyah) itu tidak dapat dilenyapkan oleh suatu perkara yang baru”.

Semenjak dilahirkan, manusia sudah membutuhkan kenikmata. Hal ini sudah merupakan sifat bawaan. Karena itu tidak dapat dilenyapkan oleh apapun juga.
Namun demikian, apabila kenikmata yang diinginkan sudah terpenuhi, manusia menjadi sombong dan seakan-akan ia tidak membutuhkan kenikmatan itu lagi. Seperti halnya pada orang yang sehat. Jika ia sehat terus menerus dan tidak pernah merasakan sakit, maka kenikmatan yang berupa sehat tersebut tidak akan dapat dirasakannya lagi dan seakan-akan ia tidak membutuhkan kesehatan itu lagi. Baru ketika terserang penyakit, ia lalu merasakan betapa penting dan perlunya kenikmatan yang berupa sehat tersebut.
Terhadap orang-orang yang lupa diri ketika mendapatkan kenikmatan, Allah memperingatkan melalui Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7, yang artinya :
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”.

Karena itu sebagai orang yang beriman, hendaknya kita senantiasa mensyukuri kenikmatan-kenikmatan yang sekian besar dan banyaknya ini yang telah diberikan Allah kepada kita. Agar jangan sampai kita menerima dan merasakan adzab Allah yang begitu pedih yang disebabkan oleh kesalahan dan dosa-dosa kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar