Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Jumat, 26 April 2013

44. SETIAP PERBUATAN SELALU MENGIKUTI KEADAAN HATI



Husnul ‘amali tana-iju husnil-ahwali walahusnul-ahwali minattahaqquqi fii maqamatil-inzali
Artinya : Baiklanya suatu amal itu adalah merupakan hasil dari baiknya keadaan hati. Sedang baiknya kadaan hati itu adalah merupakan sebagian tanda ketetapan di dalam kdudukan (orang yang diberi cahaya ke-Tuhanan) yang turun ke dalam hati”.
Keadaan hati sseorang bias terpancar melalui amal yang dikerjakannya. Jika hatinya baik, maka amal perbuatannya akan baik. Begitu pula jika di dalam hatinya terdapat sifat-sifat buruk, maka amal perbuatannya pun akan buruk.
Sehubungan dengan keadaan hati ini, Rasulullah saw, telah menerangkan, sebagaimana yang terdapat dalam hadits riwayat Bukhary dan Muslim, yang artinya :
“Dari Ibnu Ababas ra. Dari Rasulullah saw, yang meriwayatkan suatu sabda dari Tuhannya Tabaaroka Wata’ala firmannya : Sesungguhnya Allah telah menetapkan nilai kebaikan-kebaikan dan kjahatan-kejahatan, kemudian menerangkannya, maka barangsiapa bermaksud mengerjakan kebaikan kemudian tidak dikerjakan, Allah mencatatnya sebagai suatu kebaikan yang sempurna. Dan jika ia mempunyai niat untuk berbuat kebaikan lalu ia mengerjakannya, Allah mencatatkannya nilai kebaikan itu berlipat (10x) sampai (700x) sampai berlipat yang sangat banyak. Dan jika ia mempunyai niat untuk melakukan kejahatan tetapi ia tidak dikerjakannya, Allah mencatatkan padanya suatu kebaikan yang sempurna. Dan jika ia mempunyai niat berbuat kejahatan, lalu mengerjakannya, Allah mencatatkan padanya satu kejahatan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar