Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Sabtu, 20 April 2013

179.PENGERTIAN WUSHUL (SAMPAI) KEPADA ALLAH MENURUT PANDANGAN PARA AHLI THOREQOH



Washuuluka ilallaahi washuuluka ilal’ilmibihi waillaa fajalla rabbunaa anyattashilabihi syai-un auyattashila huwa bisyai-in.

Artinya : “Sampaimu kepada Allah berarti sampaimu kepada keyakinan kepada-Nya. Dan bila demikian, maka Maha Luhur Tuhan kami apabila berhubungan dengan-Nya atau berhubungan Dia denga sesuatu”

Menurut para ahli thoreqot, pengertian wushul 9sampai) kepada allah itu adalah melihat Allah dengan mata hatinya (bashiro) yang dengan penglihatannya ini ia sudah merasa 9yaqin) dan bahkan (haqqul yaqin) akan adanya Allah. Hal ini berbeda sekali dengan penglihatan mata (lahir) yang apabila dalam melihat Allah masih memerlukan bukti-bukti, atau dalil-dalil. Apabila semakin hari penglihatan mata hati dalam melihat Allah itu semakin kuat, maka berarti orang tersebut telah wushul (sampai) kepada Allah.
Selanjutnya para ahli waris thoreqot itu menerangkan, bahwa wushul itu mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :
1.       tingkatan pertama, yaitu meyakini bahwa tidak ada satupun pekerjaan yang dikerjakan oleh seseorang kecuali Allahlah yang telah mengerjakannya, sehingga ia akan keluar dari pengaturan-pengaturan dan wushul.
2.       tingkat kedua, yaitu meyakini akan terangnya sifat-sifat Allah, sehingga, hatinya akan merasa meyakini dalam menghadapi apapun juga.
3.       tingkat ketiga, yaitu meyakini akan adanya maqom (fana) dimana didalam hatinya telah terkandung cahaya-cahaya (yaqin) dan (masyahadah) sehingga segala sesuatu yang ada dihadapannya menjadi hilang dan yang ada hanyalah Allah semata.

Jadi kalalu ada seseorang yang ingin membuktikan adanya Allah, hendaklah ia memandang sesuatu yang ada dihadapannya, kemudian gunakan akal dan hati yang sehat untuk merenungkannya, maka pada saat itu lah hati akan mengakui adanya Allah sebagai penciptanya.
Sehubungan dengan hal ini ada beberapa persoalan yang harus kita bicarakan, persolan-persoalan tersebut adalah :

1.       percaya dan mengakui Adanya Tuhan.
Yang pertama kali harus dipercaya dan di akui oleh orang mukmin adalah tentang adanya Tuhan.
Dalam al-qur’an yang sudah tidak ada lagi keraguan didalamnya, banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan adanya Tuhan. Diantaranya yang terdapat dalam surat As-Sajadah ayat 4, yang artinya :
“Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam (enam masa), kemudian Dia bersemayam diatas (Arsy) tidak ada lagi kamu selain daripada-Nya seorang penolongpun  dan tidak (pula) seorang memberi syafaat, maka apakah kamu tidak memperhatikan?”

Seandainya saja ada diantara yang kita belum merasa (yaqin) dan puas dengan keterangan Al-Qur’an di atas, maka cobalah engkau pergi kepuncak gunung ketepi pantai atau layangkan saja pandangan anda keatas langit yang cerah disana bertaburan bintang-bintang dengan gemerlapan, kemudian pikirkan dan renungkan semuanya itu dengan menggunakan akal yang sehat dan hati yang bersih, niscaya pemikiranmu akan sampai pada satu kesimpulan, bahwa semuanya itu tidak akan pernah ada atau tidak akan pernah tercipta tanpa adanya keberadaan dan kekuasaan Allah.

2.       Membuktikan adanya Tuhan di tempat yang ramai.
Membuktikan adanya tuhan di tempat yang sunyi sudah kita buktikan di atas tadi. Dan kita akan membuktikannya sekali lagi di tempat keramaian.
Coba Anda pergi ke sebuah keramaian yang terjadi disekitar Anda, misalnya ke pasar, ketempat pertunjukkan, kepusat=pusat perbelanjaan dan sebagainya. Maka di sana Anda akan mendapati berbagai macam bentuk  wajah, berbagai macam bentuk tubuh, berbagai macam bentuk watak dan sebagainya dari para pengunjungnya, yang sama lain tidak ada satupun yang sama. Kalau diantara mereka ada yang merupakan saudara kembar, maka telitilah sekali lagi pasti masih ada perbedaannya walaupun itu hanya sedikit.
Dari pemantauan itu maka akan timbul pertanyaan, bagaimana dan siapakah yang bisa menciptakan berbagai macam bentuk wajah, bentuk tubuh dan watak orang-orang yang sekian banyaknya itu?. Lalu bayangkan juga berapa banyak jumlahnya penduduk dunia ini dan siapakah yang menciptakannya dengan berbagai perbedaan-perbedaannya?.
Bagi yang berakal sehat dan mau menggunaka dengan baik, niscaya ia akan mendapati satu kesimpulan, bahwa yang menciptakan semuanya itu adalah Yang Maha Pencipta. Dan siapa lagi yang Maha Pencipta itu kalau bukan Allah?
Kenyataan ini dipertegas lagi dengan firman allah dalam Al-qur’an Surat Al-Haj ayat 73, yang artinya :
“Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah itu sekali-sekali Allah, maka sebagai konsekwensinya kita mau menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

13 komentar: