Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Sabtu, 20 April 2013

178.BAIK KETAATAN MAUPUN KEMAKSIATAN TIDAK AKAN MEMBERIKAN MANFAAT ATAU MADHOROT LEPADA ALLAH



Laa tanfa’uhu ‘atuka walaa tadhurruhu ma’shiyatuka wainnamaa amaraka bihaadzihi wanahaaka ‘anhadzihi lima ya’uudu’laika

Artinya : “Tidak akan memberi kemanfaatan kepada Allah ketaatan dan tidak akan membari kemadhorotan pada-Nya kemaksiatan. Dan bahwasanya Allah memerintahkan ketaatan ini kepadamu dan dicegah-Nya kemaksiatan ini kepadamu, karena sesuatu yang bakal kembali kepadamu”.

Setiap ketaatan yang dilakukan manusia, sedikitpun tidak akan memberikan manfaat kepada Allah. Tetapi kemanfaatan itu akan kembali kepada dirinya sendiri.
Begitu juga jika manusia melakukan kemaksiatan, sedikitpun tidak akan memberikan kemadhorot kepada Allah. Tetapi kemadhorotannya akan kemabali kepada dirinya sendiri.
Kedudukan dan kemulyaan Allah selamanya tidak akan dapat dirubah oleh ketaatan maupun oleh kemaksiatan. Maha Suci Allah dari sifat menggantungkan diri pada sesuatu yang lain.
Sehubungan dengan hak ini Syekh Ibnu Atho’ pernah mengatakan :
“Tidak akan menambah di dalam kemulyaan-Nya kebaktian orang yang berbakti kepada-Nya, dan tidak akan mengurangi kemulyaan-Nya pemaling (kemaksiatan) orang yang berpaling dari pada-Nya”.

Adapun cirri-ciri atau sifat orang yang memelihara peraturan-peraturan Allah adalah seperti yang tersebut dalam Hadits Riwayat Tirmidzi berikut ini, yang artinya :
“dari Abu Abbas Abdullah bin Abbas r.a. berkata : Ketika pada suatu hari aku berada di belakng Rasulullah SAW. (di atas punggung unta), maka beliau berkata : Hai anak, aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat (yang menjadi pegangan), yaitu : Peliharalah (peraturan-peraturan) Allah dimana saja kamu berada, niscaya Dia akan menjaga kamu. Apabila kamu memohon, maka mohonlah kepada Allah, dan jika kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada-Nya.  Ketahuilah, bahwa bahwa walupun seluruh manusia berkumpul untuk memberikan sesuatu manfaat kepadamu, mereka tidak akan dapat memberikan kemanfaatan itu, kecuali sekedar yang telah ditentukan Tuhan untukmu. Begitu pula mereka tidak akan berhasil menimpakan suatu bencana kepadamu, kecuali bencana yang sudah di tentukan Tuhan atasmu. Pena sudah diangkat (kering) dan buku sudah ditutup”.

Sesuai dengan petunjuk rasulullah di atas, ada (tiga) hal pokok yang berkaitan dengan memelihara diri terhadap ketentuan Allah. Ketiga hal pokok tersebut adalah :
1.       memelihara diri dalam setiap situasi.
Yang dimaksud dengan memelihara diri disini  adalah menjaga agar jangan sampai terjerumus kedalam perbuatan dosa dan ma’siat.
Pada dasarnya, pemeliharaan diri kepada ketentuan-ketentuan Allah itu ada (dua) macam, yaitu terhadap kenikmatan hidup di dunia, seperti kesehatan badan, harta benda, istri yang sholihat, anak yang berbakti dan sebagainya, dan terhadap kenikmatan hidup di akhirat, seperti amal kebajikan, terhindar dari perbuatan dosa, terjauh dari kemaksiatan, tidak menuruti hawa nafsu dan sebagainya.
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa diri terhadap ketentuan-ketentuan Allah harus dilaksanakan dalam segala situasi atau keadaan, baik dalam keadaan suka maupun duka, dalam keadaan lapang maupun sempit.
Dalam hal ini rasulullah Saw. Pernah bersabda, yang artinya :
“Kenallah senantiasa kepada Allah diwaktu lapang, niscaya Tuhan akan mengenal (membantu) engkau diwaktu menghadapi masa yang sulit”.

2. Hanya meminta pertolongan kepada Allah.
Dalam keadaan bagaimanapun juga seseorang tidak akan mampu berbuat atau berkehendak atas kemampuannya sendiri, dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seseorang selalu membutuhkan pertolongan.
Dalam halaman terdahulu telah diterangkan, bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat memberikan manfaat atau modhorot kepada seseorang kecuali Allah semata.
Karena itu dalam meminta pertolongan seseorang hendaknya hanya memintanya kepada allah. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam Al-qur’an Surat Yunus ayat 106, yang artinya :
“Dan janganlah kamu berdo’a (memohon) kepada Allah, yaitu barang yang tidak mendatangkan manfaat kepadamu dan tidak pula memberikan bahaya (modhorot), jika kamu berbuat demikian, maka kamu akan termasuk dalam golongan orang-orang yang (zalim)”.

1.       segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah.
Kalau segala sesuatu itu terjadi menurut kehendak allah, maka hal ini berarti kekuasaan Allah itu (mutlak) adanya. Karena kalau tidak (mutlak), maka segalanya mungkin tidak akan terjadi atau berganti dengan kejadian yang lain.
Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Hadid ayat 22, yang artinya :
“Tiada satu bencanapun yang menimpa di muka bumi ini dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul Mahfudz) sebelum menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah soal yang mudah bagi Tuhan”.

Dengan berpedoman pada ayat di atas, maka hendaklah menjadikan kita lebih berani dan tidak gentar dalam menghadapi apapun, terutama dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar