Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Jumat, 19 April 2013

206. TIGA HAL (PERKARA) YANG MENJADIKAN IMAN SESEORANG SEMPURNA



Wujdanu tsamaratith-tha’ati ‘aajilaan basya-irul’aamiliina biwujuudiljzaa-I’alaihaa ajilaan

Artinya : Terasanya kelezatan buah ketaatan ketika hidup di dunia sebagai bukti (berita gembira) bagi orang-orang yang beramal atas adanya pahala yang segera (spontan)”.

Buah dari keimanan seseorang itu tidak hanya akan dinikmati di akhirat saja, tetapi ketika masih hidup di dunia pun kelezatan buah keimanan itu sudah dapat dirasakannya.
Akan tetapi buah kelezatan iman itu tidaklah dengan begitu saja dapat dirasakan, namun harus mencukupi atau menyempurnakan lebih dulu syarat-syaratnya.
Syarat-syarat tersebut adalah sebagaimana yang tercamtum dalam sebuah hadits Riwayat Bukhary berunt ini, yang artinya :
“dari Anas r.a. ia berkata, bahwasanya Rasulullah S.A.W.bersabda: Ada (tiga) hal, barangsiapa melaksanakan ketiga-tiganya, niscaya ia akan mendapatkan kelezatan (kenikmatan) iman.(ketiga hal tersebut adalah):
1.       Orang yang cinta kepada Allah dan rasul-Nya melebihi dari cintanya kepada yang lain dari pada keduanya.
2.       Orang yang mencintai orang lain karena allah semata-mata.
3.       Orang yang benci untuk kembali kepada kekafiran itu, sebagaimana bencinya akan dijatuhikan ke dalam neraka”.
Di antara beberapa kenikmatan dari sekian banyak kenikmatan yang akan dirasakan oleh seseorang yang di dalam hatinya tertanam keimanan, adalah sebagaimana yang tersebut dalam Hadits Riwayat Bukhory berikut ini, yang artinya :
“dari abu Al-Hudry, dari nabi S.A.W. sabdanya : Setelah penduduk syurga masuk dan penduduk neraka masuk ke dalam neraka, maka Allah berfirman : keluarkanlah dari neraka orang-orang yang ada iman di dalam dadanya (walaupun hanya) sebesar biji sawi. Lalu mereka dikeluarkan dari neraka, (tetapi) tubuh mereka hitam bagaikan arang. Karena itu mereka dilemparkan ke dalam sungai (Haya’ atau Hayat) Imam Malik ragu antara Haya’ ataukah Hayat).kemudian tubuh mereka berubah bagaikan benih yang tumbuh sesudah banjir. Tidakkah engkau lihat benih itu tumbuh berwarna kuning dan berlipat-lipat”.

Dan di dalam sebuah hadits lain Imam Bukhory meriwayatkan, yang artinya :
“Dari Anas r.a. ia berkata, nabi S.A.W. bersabda : Akan dikeluarkan dari neraka orang yang menyebut “Laa Ilaaha Illaalaahu” (Tiada Tuhan selain Allah) apabila di dalam hatinya terdapat kebaikan (iman) seberat (sya’iroh), dan akan dikeluarkan dari neraka orang yang menyebut “Laa Illaaha Illallaahu” apabila di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat (burroh), dan akan dikeluarkan dari neraka orang yang menyebut “Laa Ilaaha Illaalaahu” apabila di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat (dzarroh)”.
Demikianlah pahala iman yang tertanam di dalam (hati0. walaupun sangat kecil, tetapi susah dapat mengeluarkan seseorang dari dalam neraka. Tak dapat dibayangkan lagi apa balasannya seandainya nilai iman yang tertanam dalam hati itu lebih tinggi dan lebih besar kadarnya. Padahal dikeluarkan dari neraka itu sudah merupakan karunia yang sangat besar, bahkan lebih besar dari duani beserta isinya ini.

A.     Akhlaq yang terpuji sebagai buah dari iman
Di dalam sebuah Hadits Riwayat Bukhary dan Muslim disebutkan, bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda, yang artinya :
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia mengucapkan kata-kata yang baik atau bersikap diam. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya”.

Dari Hadits di atas dapat kita ketahui, bahwa keimanan itu dapat membuahkan akhlaq yang baik. Di antaranya :
1.       mengucapkan kata-kata yang baik.
2.       menghormati tetanga-tetangganya.
3.       memuliakan tamu-tamunya.

Adapun uraian mengenai ketiga macam akhlaq yang baik tersebut adalah sebagai berikut :
1.       mengucapkan kata-kata yang bauk.
Di dalam pergaulan sehari-hari, peranan perkataan sangat penting artinya. Antara orang yang satu denga orang yang lain bisa terjalin persahabatan yang erat oleh sebab perkataan. Dan bisa pula timbul permusuhan yang hebat juga oleh sebab perkataan. Seseorang bisa disegani dan dipercaya oleh sebab perkataannya. Dan seseorang bisa pula dibenci setengah mati oleh orang-orang sekampung juga oleh sebab perkataannya.
Mengingat demikian besar manfaat dan akibat yang ditimbulkan oleh perkataan, maka Agama Islam telah mewasiatkan kepada orang-orang mukmin untuk senantiasa menjaga perkataannya.
Di antara wasiat-wasiat tersebut terdapat dalam Al-qur’an Surat Al-Ahzab ayat 70, yang artinya :
“Hai orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar”.
Perkataan yang baik dan yang benar itu tidak hanya harus diucapkan kepada orang-orang yang kita cintai saja. Akan tetapi terhadap orang-orang yang kita benci sekalipun kita harus mengucapkan kata-kata yang baik dan tidak melukai perasaannya. Sebab bisa jadi dengan perkataan yang baik itu seseorang bisa insaf dan menyadari kesalahan-kesalahannya. Hal ini sebagaimana yang diperintahkan Allah kepda (Nabi Musa dan Harun) ketika menghadap Fir’aun, seperti yang disebut dalam Al-Qur’an Surat Thoha ayat 44, yang artinya :
“Berbicaralah kamu berdua (Musa dan Harun) kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut. Mudah-mudahan ia ingat (sadar) dan takut”.
Sehuibungan dengan hal ini di dalam sebuah Hadits Ahmad juga disebutkan, bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda, yang artinya :
“Tidak bisa tegak lurus iman seseorang hamba sampai lurus pula hatinya, dan hati ini para ulama, para cendikiawan dan juga para ahli hikmah banyak yang memberikan nasehat-nasehatnya di antaranya :
-          Dari Ali bin Abi Thalib :
“Lidah orang yang beramal itu terletak di belakang hatinya, sedang hati orang yang bodoh terletak di belakang lidahnya”.
- Lidah itu laksana pedang bermata dua. Bila tidak pandai-pandai menggunakannya, maka salah satu sisinya akan menikam pemiliknya sendiri”.
Menurut Prof. ‘Athiyah Al-Abrasyi, ada tiga perkara yang perlu dijauhkan dalam ucapan-ucapan. Ketiga perkara itu merupakan hal yang paling di murkai Allah dan paling di benci manusia, yaitu :
1.       berdusta.
2.       Mengeluarkan perkataan-perkataan yang tidak berfaedah.
3.       mengeluarkan ucapan-ucapan yang keras dan bernada tinggi terutama terhadap orang-orang yang lebih tua dan patut di hormati.

2.       Menghormati tetangga-tetangganya
Dalam kehidupan bermasyarakat, tetangga adalah merupakan orang yang paling dekat dengan kita, sehingga mereka pulalah yang paling dulu memberikan pertolongan apabila kita tertimpa kesusahan. Dengan keadaan yang seperti ini maka seharusnya apabila kita selalu menjaga dan memelihara hubungan baik dengan tetangga.
Demikian pentingnya menjaga dan memelihara hubungan baik dengan tetangga itu, sampai-sampai perintah ini di sejajarkan dengan kewajiban berbuat baik, kepada kedua orang tua, anak yatim, sanak famili dan sebagainya, hal ini sebagaimana yang terdapat dalam Al-qur’an Surat An-Nisa ayat 36, yang artinya :
“dan berbuat baiklah kedua orang (Ibu Bapak), sanak famili, ana-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dengan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibny sabil dan hamba sahay. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri”.
Bahkan sebelum mendirikan rumah di suatu tempat, Rasulullah telah memerintahkan terlebih dulu untuk menyilidiki para calon tetangganya, sebab perilaku dan perangai para tetanga itu sangat berpengaruh kepada kebahagiaan hidup berumah tangga.
Dalam sebuah riwayat diceritakan, bahwa ada seseorang wanita ahli ibadah yang masuk neraka disebabkan karena kebiasaannya yang sering menyakitkan hati tetangganya, dan ada pula seorang wanita yang kurang begitu taat dalam menjalankan ibadah tetapi masuk syurga disebabkan karena kebiasaannya yang sering menyenangkan hati tetangganya.
Oleh karena itu hendaklah kita suka bretbuat sesuatu yang dapat menyenangkan hati tetangga-tetangga kita dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dapat menyakitkan hati tetangga.

3.       Memuliakan para tamu.
 “tamu adalah raja”.begitu kata pepatah. Oleh karena itu ia harus dihormati dan dimuliakan, memang pendapat seperti ini tidaklah salah dan bahkan sesuai dengan ajaran agama.
Dalam banyak riwayat sering dikisahkan bagaimana Akhlaq Rasulullah dan para sahabatnya dalam memuliakan tamu-tamunya, sehingga mau tidak mau kita harus mencontoh akhlaq Rasulullah dan para sahabatnya yang terpuji itu.
Perlu diketahui bahwa kewajiban menerima, melayani dan memuliakan para tamu itu adalah selama (tiga hari) berturut-turut. Sedang selebihnya merupakan 9shodaqoh) yang sangat dianjurkan. Selain itu juga dalam memuliakan para tamu tersebut tidak boleh memandang status dan kedudukannya. Karena tamu-siapapun dia adanya-mempunyai hak yang sama yang harus kita penuhi hak-haknya itu dengan baik dan sesuai dengan tuntunan agama.
Demikianlah Akhlaq yang sangat terpuji yang merupakan buah dari keimanan. Semoga kita semua dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga nantinya kita dapat merasakan kelezatan dan kemanisannya baik semasa hidup di dunia dan lebih-lebih ketika di akhirat nanti. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar