Laa yalzamu min tsubuutil khushuushiyyati ‘adamu washfil
basyariyyati innamaamatsalul khushushiyyati ka-isyraqin nahaari zhaharat fiil-ufuqi
walaisat minhu taratan tasyraqu syumuusu aushafihi ‘alaa daliili wujuudika
wataratan yaqbidhu dzaalika ‘anka fayadduka ilaa huduudika fannahaaru laisa
minka wailaika walaakinnahu waridun ‘alaika.
Artinya : tidak
melazimkan (memastikan) dari tetapnya sifat-sifat khushususiyah untuk
melengkapi sifat-sifat bashariyah, sesungguhnya perumpamaan sifat khususiyah
itu bagaikan (cahaya matahari) di waktu siang yang nampak dari ufuk tapi bukan
dari ufuk. Kadang-kadang menerangi sifat-sifat Allah kepada kegelapan wujudmu.
Dan kadang-kadang pula Allah mencabut cahaya itu dari padamu, suhingga dia
mengembalikan ke dalam batas-batas asal kejadianmu, akan tetapi dia datang
mengenaimu”.
Sifat-sifat khususiyah yaitu sifat-sifat tertentu (istimewa) yang dimiliki seseorang yang
merupakan (kerunia) dari Allah, seperti bisa berupa phon menjadi emas, bisa
berjalan di atas air dan sebagainya.
Sedangkan
sifat-sifat bashariyah adalah sifat-sifat umum atau biasa yang dimiliki manusia
sejak lahir, seperti lemah, bodoh, banyak kekurangan, miskin dan sebagainya.
Meskipun seseorang
sudah memiliki sifat khususiyah, namun sifat-sifat bashariyah yang ada padanya
tidak akan bisa lenyap dengan begitu saja. Sebab keberadaan sifat-sifat
khususiyah itu laksana matahari yang bersinar terang pada siang hari. Namun
apabila malam sudah tiba, maka segalanya menjadi gelap kembali seperti
sediakala.
Begitu pula apabila
sifat khususiyah yang dimiliki seseorang sudah dicabut kembali oleh Allah, maka
kembalilah ia kepada sifat bashariyahnya yang semula.
nambah ilmu agama ;)
BalasHapus