Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Jumat, 19 April 2013

203. SIFAT-SIFAT KHUSUSIYAH (KEWALIAN) TIDAK BISA MELENYAPKAN SIFAT-SIFAT BASYARIAH (SIFAT-SIFAT MANUSIA PADA UMUMNYA).



Laa yalzamu min tsubuutil khushuushiyyati ‘adamu washfil basyariyyati innamaamatsalul khushushiyyati ka-isyraqin nahaari zhaharat fiil-ufuqi walaisat minhu taratan tasyraqu syumuusu aushafihi ‘alaa daliili wujuudika wataratan yaqbidhu dzaalika ‘anka fayadduka ilaa huduudika fannahaaru laisa minka wailaika walaakinnahu waridun ‘alaika.

Artinya : tidak melazimkan (memastikan) dari tetapnya sifat-sifat khushususiyah untuk melengkapi sifat-sifat bashariyah, sesungguhnya perumpamaan sifat khususiyah itu bagaikan (cahaya matahari) di waktu siang yang nampak dari ufuk tapi bukan dari ufuk. Kadang-kadang menerangi sifat-sifat Allah kepada kegelapan wujudmu. Dan kadang-kadang pula Allah mencabut cahaya itu dari padamu, suhingga dia mengembalikan ke dalam batas-batas asal kejadianmu, akan tetapi dia datang mengenaimu”.

Sifat-sifat khususiyah yaitu sifat-sifat tertentu (istimewa) yang dimiliki seseorang yang merupakan (kerunia) dari Allah, seperti bisa berupa phon menjadi emas, bisa berjalan di atas air dan sebagainya.
Sedangkan sifat-sifat bashariyah adalah sifat-sifat umum atau biasa yang dimiliki manusia sejak lahir, seperti lemah, bodoh, banyak kekurangan, miskin dan sebagainya.
Meskipun seseorang sudah memiliki sifat khususiyah, namun sifat-sifat bashariyah yang ada padanya tidak akan bisa lenyap dengan begitu saja. Sebab keberadaan sifat-sifat khususiyah itu laksana matahari yang bersinar terang pada siang hari. Namun apabila malam sudah tiba, maka segalanya menjadi gelap kembali seperti sediakala.
Begitu pula apabila sifat khususiyah yang dimiliki seseorang sudah dicabut kembali oleh Allah, maka kembalilah ia kepada sifat bashariyahnya yang semula.

1 komentar: