Laa
yastahqirulwirdu ilaa jahuulun alwaridu yuujadu fiddaaril-aakhiirati, walwirdu
yanthawii binthiwaa-i hadzihid-daari wa aula maayu’tanaabihi maalaayakhlufu wujuuduhul
wirdu huwathalibuhu minka walwaridu.
Artinya : Tidak akan meremehkan wirid kecuali
orang yang sangat (bodoh). Karunia
Allah (warid) itu terdapat di
akhirat, sedang wirid akan terlipat (habis)
dengan terlipatnya (habisnya) dunia.
Dan sesuatu yang lebih baik (seutama-utama)
yang harus diperhatikan oleh seseorang adalah apa yang tidak terganti wujudnya (tidak kunjung habis). Wirid itu
sebagai perintah kepadamu, sedang warid (karunia
Allah) itulah hajat kebutuhanmu dari Allah. Maka dimanakah letak perbandingan
antara perintah Allah kepadamu dengan pengharapanmu dari Allah”.
“Keterangan tambahan
untuk mengingat“
Perbedaan bahasa
(Warid) dan (Wirid)
Warid artinya :
Karunia Allah
Wirid artinya :
Sebagai perintah
Hubungan antara wirid (yakni segala macam bentuk
ibadah baik lahir maupun batin, wajib maupun sunat yang dilakukan dengan rutin)
dengan warid (yakni pemberian Allah yang berupa petunjuk, cahaya ilahi,
kesenangan dalam beribadah dan sebagainya) adalah erat sekali, karena jika
tidak ada warid maka tidak akan ada wirid.
Kerutinan dalam menjalankan ubudiyah sehari-hari
walaupun hanya sedikit adalah lebih baik dari pada menjalankan ubudiyah yang
besar nilainya tapi dilakukan hanya pada saat tertentu saja. Dalam hal ini,
Rasulullah saw. Pernah bersabda, yang artinya :
Amal perbuatan
yang sangat dicintai Allah Ta’ala adalah amal yang dikerjakan secara terus menerus (rutin), meskipun (hanya) sedikit”.
Adapun
tujuan dari dilakukannya (Wirid)
adalah untuk mencari kenikmatan dan ketentraman (hati) dengan mengingat (berdziikir) kepada-Nya. Dan dengan (Wirid) ini pula, hati yang kotor bias
menjadi bersih yang gelap bias menjadi terang.
Di
atas tadi telah disebutkan, bahwa amal yang dicintai Allah itu adalah yang
dilakukan dengan (rutin) walupun hanya sedikit. Namun demikian hendaklah kita
selalu berusaha meningkatkan amal yang kita lakukan pada setiap harinya,
sebagaimana yang dikatakan oleh Hasan Al-Bisyri berikut ini :
Barangsiapa yang sama hari kininya, maka ia rugi.
Dan barangsiapa yang harinya itu lebih buruk dari pada hari-hari kemarin, maka
ia mahrum (tidak mendapat rahmat dari Allah). Dan barangsiapa yang tidak
bertambaha, berarti berkurang. Dan barangsiapa yang makin berkurang amalnya,
maka mati adalah lebih baik baginya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar