Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Selasa, 23 April 2013

126. KITA LEBIH BANYAK MEMBUTUHKAN SIFAT PENYANTUN ALLAH KETIKA SEDANG BERBUAT KETAATAN DARIPADA KETIKA SEDANG BERBUAT KEMAKSIATAN



Anta ilaa hilmihii idzaa ath’tahu ahwaju minka ilaa hilmihi idzaa ‘ashaitahu.

Artinya : engkau terhadap penyantunannya Allah krtika engkau menjalankan ketaatan kepada-Nya itu lebih membutuhkan dari pada kebutuhan kepada sifat penyantunannya Allah ketika kamu menjalankan kemaksiatan kepada-Nya”.

Adalah lebih banyak kita membutuhkan penyantunan Allah ketika sedang berbuat ketaatan dari pada ketika sedang berbuat kemaksiatan, hal ini karena pada saat berbuat ketaatan tersebut, banyak sekali cobaan-cobaan yang berusaha mengotori ketaatan kita tersebut, seperti Riya’, Ujub, Sombong, dan sebagainya yang dapat membuat kita celaka.
Lain halnya dengan seseorang yang berbuat kemaksiatan. Terkadang karena berbuat maksiat, menjadikan orang tersebut lalu menyadari kesalahannya, kemudian berusaha untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan memohon ampunan-Nya.

Berikut ini adalah hadits Rasulullah yang menceritakan tentang wahyu Allah yang disampaikan kepada seorang Nabi, yang artinya :
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang benar (as-shiddiq), janganlah kalian tertipu (atas amal perbuatanmu). Karena sesungguhnya Aku jika Aku tegakkan keadilan-Ku, pasti Aku siksa mereka tanpa merupakan kezaliman terhadap mereka. Dan katakanlah kepada orang-orang yang berbuat salah (dosa). Janganlah kalian berputus asa dari mengharap rahmat-Ku. Karena sesungguhnya Aku tidak menganggap besar dosa yang telah Aku ampuninya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar