Idzaa ‘alimta
annasy-syaithana laayaghfulu ‘anka falaa taghful ‘amman naashiyatuka biyadihi.
Artinya : Apabila kamu
mengetahui bahwasanya syaithan itu tidak pernah lupa (menggoda) kepadamu, maka janganlah lupa kamu kepada Allah yang
nasibmu ada didalam kekuasaan-Nya”.
Syaithan telah bersumpah
dihadapan Allah, bahwa ia akan berusaha untuk menyesatkan manusia dari jalan
kebenaran. Dengan bujuk rayu syaithan yang tiada henti-hentinya dan tiada habis-habisnya
menyebabkan manusia yang kurang (imannya)
banyak yang (tergelincir) dan
akhirnya (terperosok) ke dalam
lembah (kemaksiatan).
Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-A’rof ayat 17, yang artinya :
“kemudian saya (syaithan) akan mendatangi mereka dari
muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan engkau
tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”.
Juga dalam Surat Fatihah ayat 6, yang artinya :
“ Sesungguhnya syaithan itu
adalah musuh bagimu, maka anggaplah itu hanya sebagai musuh (mu), karena sesungguhnya
syaithan-syaithan mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka
yang menyala-nyala”.
Kemudian untuk menangkal atau
menggulangi godaan-godaan syaithan tersebut Allah telah memberikan petunjuk
kepada manusia, sebagaimana firman-Nya yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat
An-Nahl ayat 99, yang artinya :
“Sesungguhnya
syaithan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya”.
Akan tetapi seandainya sudah
terlanjur tergoda oleh bujuk rayu syaithan (berbuat dosa), maka segeralah (bertaubat) dan mohon ampunan
kepada-Nya. Di dalam sebuah Hadits Qudsi yang bersumber dari Abu Said Al-Khudri
r.a. disebutkan, bahwa Allah berfirman yang artinya :
“ Iblis berkata :
demi keaagungan dan kebesaran-Mu, saya tak henti-hentinya menyesatkan anak Adam
(manusia) selama masih ada (nyawa) di kandung badan mereka. Lalu
Allah berfirman kepada syaithan : “Demi keaagungan dan kebesaran-Ku, aku tak
henti-hentinya mengampuni mereka selama mereka minta ampunan kepada-Ku”.
Sehubungan dengan hal ini
Syeikh Ibnu Atho’ telah mengatakan :
“ Allahb telah menjadikan
syaithan sebagai musuhmu agar supaya dia bisa mengiringi kamu untuk berlindung
kepada-Nya. Dan menggerakkan nafsumu agar kamu senantiasa menghadap
kepada-Nya”.
Pada umumnya ada empat hal yang menjadi musuh manusia
keempat tersebut adalah “
1.
Iblis beserta tentaranya
(syaithan).
2.
Keindahan dunia yang
memperdayakan.
3.
Nafsu yang cenderung kepada
kemaksiatan.
4.
Hawa nafsu yang tidak
terkendali.
Terhadap keempat musuh tersebut
apabila manusia tidak berhati-hati dalam menghadapinya, maka manusia akan
tergelincir karenanya.
Akan tetapi walaupun
kebanyakan orang menganggap keempat hal di atas sebagai musuh, namun tidak
demikian halnya dengan orang-orang yang mengerti. Mereka-mereka ini malah
menganggap semuanya itu sebagai nikmat. Sebab dengan adanya musuh-musuh itu
menjadikan mereka mempunyai kewajiban untuk memeranginya. Sedangkan memerangi
musuh-musuh itu bisa mendatangkan pahala yang besar.
Adapun orang-orang yang lemah (imannya) dan kemudian terseret oleh
bujukan-bujukan musuhnya tadi, maka yang demikian ini berarti ia telah
menganiaya dirinya sendiri, yaitu merupakan perbuatan bodoh yang tidak
seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang berakal.
Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 33, yang artinya :
“Dan Allah tidak menganiayanya
mereka akan tetapi merekalah yang telah menganiaya diri mereka sendiri”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar