Almu-uminu
yusyghiluhuts-tsanaa-u ‘alallaahi ta’alaa anyakuuna linafsihi syaakiran
autusyghiluhu huquuqullaahi ‘an anyakuuna lihuzhuuzhihi dzaakiraan.
Artinya : Orang mukmin itu
adalah (dia) selalu menyibukkan dirinya dalam memuji kepada Allah S.W.T. hingga
lupa akan keadaan dirinya , atau
menyibukkan dirinnya dalam mendatangi hak-hak Allah hingga lupa akan
kepentingan (haknya) sendiri”.
Sebaik-baiknya seorang mukmin
apabila dirinya selalu menyibukkan diri dalam (mengingat Allah) dan memenuhi hak-hak-Nya. Akan tetapi sebagaimana
yang telah disinyalir dalam Al-Qur’an, jumlah orang yang demikian ini sangatlah
sedikit atau kebanyakan di antara mereka itu (fasiq), melampaui batas, dan juga lupa kepada Allah.
Di antara ayat yang menyebutkan
demikian itu antara lain “
1. Dalam Surat AlHadid ayat 16, yang artinya :
“Dan kebanyakan di antara
mereka adalah orang-orang yang (fasiq).
2. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 243, yang artinya :
“Tetapi kebanyakan manusia
tidak mau (bersyukur).
3. Dalam Surat
al-Maidah ayat 32, yang artinya :
“Kemudian banyak di antara
mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di
muka bumi”.
1. Dalam Surat Al-Maidah ayat 66, yang artinya :
“ Dan alangkah buruknya apa
yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka”.
Dari sedikitnya orang-orang
yang mau ingat dan melaksanakan hak-hak-Nya itu, maka Allah berfirman dalam
sebuah Hadits Qudsi sebagaimana yang diriwayatkan oleh Thobroni berikut ini
yang artinya :
“Allah S.W.T. berfirman pada
hari kiamat :”Hai Adam, bangkitlah, siapkanlah (190) seratus
sembilan puluh keturunan (untuk
di tempatkan) dalam (neraka), dan (1) satu (di
antara mereka itu) untuk di tempatkan dalam (syurga)”. (Ketika Rasulullah
S.A.W.menerimanya kemudian menyampaikan kepada para sahabat), beliau menangis
tersedu-sedu, demikianlah pula para sahabat lainnya, lalu beliau bersabda :
“Angkatlah kepala kalian. Demi
Tuhan yang menguasai jiwaku, (dibandingkan)
dengan umat-umat Nabi yang lain, umatku hanyalah bagaikan selembar bulu putih (yang terdapat) pada kulit lembu jantan yang berbulu hitam?
Menurut Hadits di atas dapat di
ambil kesimpulan, bahwa dari tiap-tiap (1000 orang) hanya terdapat (1 orang) yang masuk (syurga). Hal ini disebabkan karena dari
sekian banyak orang yang mengaku (islam), hanya sedikit saja diantara mereka
itu yang benar-benar mau berpegang teguh pada tali ketentuan Allah. Selebihnay
banyak yang (fasiq), suka berbuat (maksiat), dan terlalu menurutkan
keinginan (hawa nafsunya). Dan bagi
mereka-mereka ini akan dimasukkan ke dalam (neraka)
terlebih dulu sesuai dengan dosa-dosanya yang telah dilakukannya.
Demikian sedikitnya orang-orang
yang masuk ke dalam (syurga), hingga
diibaratkan seperti sehelai (bulu putih
pada lembu) yang berwarna hitam. Mendengar hal ini sahabat-sahabat yang
mendengarnya lalu ikut menangis karena khawatir akan termasuk kedalam golongan
orang-orang yang masuk ke dalam (neraka).
Padahal kualitas (mutu) keimanan dan
ketaatan para sahabat itu jauh melebihi dari keimanan dan ketaatan para sahabat
itu jauh melebihi dari keimanan dan ketaatan kita. Lalu mengapa hal ini tidak
bisa menggugah hati kita?, bahkan banyak di antara kita yang masih bisa tidur
nyenyak atau tertawa terbahak-bahak padahal dipundak kita telah bertumpuk dosa
yang berlipat-lipat.
Selain yang diriwayatkan oleh
Thobroni, secara lebih luas hadits diatas juga diriwayatkan oleh Bokhari yang
bersumber dari Abu Said Al-Hudry , yang artinya :
“ Allah S.W.T. berfirman : Wahai Adam
menyahutnya :
“Kami sambut penggilanmu Wahai
Tuhan kami, dan kebahagian-Mu berada di hadapan kami. Lalu beliau dipanggil
lagi dengan satu panggilan :”Sesungguhnya Allah
memerintahkan kepadamu untuk memisahkan
serombongan keterunan untuk dikirim kedalam
neraka” Adam bertanya :. Apa yang dimaksud dengan
serombongan ke neraka itu?. Tuhan menjelaskan :”Ambil dari tiap-tiap seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan 999orang”.
Ketika dilaksanakan perintah itu (terjadilah berbagai peristiwa) seolah-olah orang
yang sedang hamil gugur
kandungannya, anak-anak kecil serta merta beruban
dan terlihat orang-orang bermabuk-mabukan tapi sebenarnya mereka tidak
mabuk (hanyalah) gambaran siksaan
Allah yang sangat daysat (ketika itu). Orang-orang
yang hadir mendengarkan pada witu merasa ngeri, sehingga berubah pucat warna
muka mereka. Lalu Nabi S.A.W. menerangtkan :” Dambil dari (Ya’juj dan Ma’juj 999 dan dari kalian 1).
Kalau kalian dibandingkan dengan orang-orang yang sangat banyak itu, ibarat
sehelai bulu berwarna hitam yang terdapat pada seekor lembu jantan yang
berwarna putih. Sesungguhnya aku mengharap, agar kalian menempati (seper empat
penghuni syurga)”. Lalu kami semuanya bertakbir tanda gembira.
Kemudian beliau menyambung bertakbir lagi”.
Lebih lanjut gambaran mengenai
kegoncangan dan kedasyatan hari (kiamat)
telah diterangkan oleh Allah dalam
Al-Qur’an, yang artinya :
“Hai mnusia,
bertaqwalah kepada Tuhan kalian, karena sesungguhnya kegoncangan hari kiamat
itu adalah suatu kejadian yang sangat dasyat. Pada hari kalian melihat
kegoncangan itu, wanita yang menyusui akan lupa pada anak yang disusuinya dan
gugurlah setiap kandungan wanita yang hamil. Dan kalian meliahat manusia dalam
keadaan mabuk, tetapi azab Allah sangat dasyat”.
Agar supaya kita termasuk
ke dalam golongan orang-orang yang dimasukkan Allah ke dalam syurga, maka kita
harus selalu menyibukkan diri dalam memuji kepada-Nya, selalu ingat kepada-Nya
di setiap waktu dan tempat, serta meluapakan apapun yang dapat menjadi
penghalang dalam mengingat dan berbakti kepada-Nya.
Perhatikan kata-kata syeikh
Ibnu ath’illah berikut ini :
“ Sebaik-baik mukmin adalah
yang selalu sibuk dalam menunaikan hak-hak Allah yang berarti menjauhi semua
larangan dan menjalani semua perintah-Nya, tanpa berangan-angan akan
mendapatkan pahala dari amalannya. Jadi tugas sebagai seorang hamba itu hanya
beribadah dan mengabdi, bukanlah lantaran adanya syurga dan neraka lantas kita
beribadah dengan giat”.
Hal ini sebagaimana yang selalu
diikrarkan oleh setiap mukmin ketika menjalankan shalat, yaitu yang artinya :
: Sesungguhnya shalatku, darma
baktiku, hidup dan matiku adalah untuk berbakti kepada Tuhan Penguasa Alam
semesta”.
Ada beberapa hal (sikap jiwa)
yang menjadi cirri orang mukmin. Beberapa hal tersebut di antaranya adalah :
1.
Selalu mengucapkan Basmalah
pada saat akan memulai sesuatu pekerjaan.
Sebelum memulai suatu
pekerjaan, hendaknya seseorang memulainya terlebih dahulu dengan bacaan
Basmalah”(Bismillaahir Rahmaanir Rahiim)”.
Sebab dengan ucapan seperti itu
berarti seseorang telah mengakui akan kekuasaan dan kebesaran Allah, dan
selanjutnya menyerahkan diri kepada Allah atas berhasil dan tidaknya pekerjaan
yang dilakukannya. Selain itu ucapan basmalah juga mempunyai dampak (psikologis), yakni berupa rasa aman, tenram, lebih yakin dan lebih optimis akan keberhasilan dari
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Dan dalam sebuah hadits
dikatakan, bahwa tiap-tiap pekerjaan yang tidak di mulai dengan (Bismillaahir Rahmaanir Rahiim) maka akan
menjadi bunting (kerang membawa berkah).
2. Mengucapkan Tauhid sesudah melakukan sesuatu.
Bila sesuatu pekerjaan dimulai
dengan bacaan Basmalah, maka ketika selesai harus di akhiri dengan bacaan “Al-Hamdulillaahi Robbil ’Alamiin” (segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam).
Ucapan tahmid (hamdalah) di atas adalah sebagai
ucapan (rasa syukur) kepada Allah
sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan yang teguh kita kerjakan. Sebab tanpa
pertolongan-Nya tak mungkin kita dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut walaupun
sesungguhnya apa yang kita kerjakan itu sangat mudah.
Perlu diketahui, bahwa antara (tahmid) dengan (syukur) itu terdapat perbedaan yang mencolok. Yaitu bila tahmid
hanya dilakukan dengan (lisan),
sedangkan (syukur) harus dilakukan
dengan fesan, (hati) dan (badan).
Selain itu, dalam keadaan dan
kondosi bagaimanapun, baik apa yang kita kerjakan itu membawa keberhasilan atau
tidak, baik membawa (keuntungan)
atau (tidak), Bacaan (tahmid) tersebut harus tetap kita
ucapkan. Sebab yang demikian itu adalah suatu pencerminan dari (kepasrahan) kita terhadap segala macam
ketentuan Allah.
3.
senantiasa memohon ampunan
kepada Allah (beristghfar).
Sudah pada tempatnya apabila
manusia selalu berbuat salah atau khilaf, oleh karena itu kita harus
banyak-banyak (beristighfar) kepada
Allah untuk memohon ampunan atas segala macam kesalahan atau kehilafan yang
telah kita lakukan, baik yang secara sengaja
maupun tidak.
Dalam hal ini, Allah berfirman
dalam Al-qur’an Surat Ali-Imran ayat 135, yang artinya :
“Orang-orang yang terperosok
mengerjakan kejahatan atau menganiaya dari mereka sendiri, hendaklah mereka
segera mengingat Allah, dengan memohon ampunan dari Allah atas segala dosa
mereka itu”.
4.
Mengucapkan “Insya Allah” jika
berjanji.
Dalam pergaulan sehari-hari
kita seringkali membuat janji dengan orang lain. Nah dalam berjanji itu
hendaknya kita jangan menggunakan kata “Pasti”. Tapi gunakan kata “Insya
Allah”. (jika Allah menghendaki), sebab seringkali kita telah menyusun suatu
rencana dengan masak dan teliti, akan tetapi diluar perhitungan kita ternyata
ada hal-hal lain yang menggagalkan rencana kita.
Firman Allah dalam Al-qur’an Surat Ali-Imran ayat 54, yang artinya :
“Manusia membuat rencana, Tuhan
pun membuat rencana, dan rencana Allah-Lah yang sebaik-baiknya (yang berlaku)”.
5.
membiasakan diri mengucapkan
Haqullaah.
Memang benar apa yang dikatakan
oleh Luqman Al-Hakim, yaitu bahwa kehidupan ini laksana samudra yang penuh
dengan ombak dan glombang. Karena itu dalam menghadapi kehidupan yang penuh
dengan tantangan dan rintangan itu kita hendaknya memperkuat dan memperteguh
mental agar tidak menjadi keder dan takut, yakni dengan cara membiasakan diri
mengucapkan (Haqullaah), yaitu yang
berbunyi :
“Laa
Haula Walaaquwwata Illaa”
(tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan bantuan Allah).
6.
Mengembalikan segala apapun
yang terjadi kepada Allah.
Setiap manusia tidak akan dapat
menghindarkan diri dari ketentuan Allah, baik yang berupa karunia maupun yang
berupa musibah. Karena itu jika suatu saat kebetulan yang kita terima itu
merupakan musibah, maka kita harus mengembalikannya kepada Allah, yakni dengan
mengucapkan :”Innaa Lillaahi Wainnaa
Ilaihi Raji’uun’’ (sesungguhnya kita adalah milik Allah, dan kita semua
akan kembali kepada-Nya). Dengan ucapan seperti ini maka penderitaan yang kita
rasakan menjadi berkurang.
7.
Mempunyai landasan yang kuat
dan kokoh yang berupa kalimat sahabat.
Agar suatu bangunan dapat
berdiri dengan kokoh, tidak mudah runtuh dan tidak mudah goyah, maka bangunan
itu harus mempunyai landasan atau pondasi yang kuat.
Demikian juga dengan manusia,
agar ia tidak mudah berubah pendirian dan tahan terhadap berbagai macam godaan,
maka ia harus mempunyai landasan yang kuat dalam hidupnya, yakni yang berupa
kalimat (syahadat), yaitu yang berbunyi “As-Hadu An Laa Illaaha Illallaah, wa Asy Haduanna
Muhammadar Rasulullaah”.(aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah).
Demikianlah sikap hidup yang
harus dimiliki oleh setiap mukmin. Mudah-mudahan kita semua bisa mentrapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar