Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Jumat, 19 April 2013

196. SEBAIK-BAIK KEPRIBADIAN SEORANG MUKMIN



Almu-uminu yusyghiluhuts-tsanaa-u ‘alallaahi ta’alaa anyakuuna linafsihi syaakiran autusyghiluhu huquuqullaahi ‘an anyakuuna lihuzhuuzhihi dzaakiraan.

Artinya : Orang mukmin itu adalah (dia) selalu menyibukkan dirinya dalam memuji kepada Allah S.W.T. hingga lupa akan  keadaan dirinya , atau menyibukkan dirinnya dalam mendatangi hak-hak Allah hingga lupa akan kepentingan (haknya) sendiri”.

Sebaik-baiknya seorang mukmin apabila dirinya selalu menyibukkan diri dalam (mengingat Allah) dan memenuhi hak-hak-Nya. Akan tetapi sebagaimana yang telah disinyalir dalam Al-Qur’an, jumlah orang yang demikian ini sangatlah sedikit atau kebanyakan di antara mereka itu (fasiq), melampaui batas, dan juga lupa kepada Allah.
Di antara ayat yang menyebutkan demikian itu antara lain “
1.       Dalam Surat AlHadid ayat 16, yang artinya :
“Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang (fasiq).
2.       Dalam Surat Al-Baqarah ayat 243, yang artinya :
“Tetapi kebanyakan manusia tidak mau (bersyukur).
3.    Dalam Surat al-Maidah ayat 32, yang artinya :
“Kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi”.
1.       Dalam Surat Al-Maidah ayat 66, yang artinya :
“ Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka”.

Dari sedikitnya orang-orang yang mau ingat dan melaksanakan hak-hak-Nya itu, maka Allah berfirman dalam sebuah Hadits Qudsi sebagaimana yang diriwayatkan oleh Thobroni berikut ini yang artinya :
“Allah S.W.T. berfirman pada hari kiamat :”Hai Adam, bangkitlah, siapkanlah (190) seratus sembilan puluh keturunan (untuk di tempatkan) dalam (neraka), dan (1) satu (di antara mereka itu) untuk di tempatkan dalam (syurga)”. (Ketika Rasulullah S.A.W.menerimanya kemudian menyampaikan kepada para sahabat), beliau menangis tersedu-sedu, demikianlah pula para sahabat lainnya, lalu beliau bersabda :
“Angkatlah kepala kalian. Demi Tuhan yang menguasai jiwaku, (dibandingkan) dengan umat-umat Nabi yang lain, umatku hanyalah bagaikan selembar bulu putih (yang terdapat)  pada kulit lembu jantan yang berbulu hitam?

Menurut Hadits di atas dapat di ambil kesimpulan, bahwa dari tiap-tiap (1000 orang) hanya terdapat (1 orang) yang masuk (syurga). Hal ini disebabkan karena dari sekian banyak orang yang mengaku (islam), hanya sedikit saja diantara mereka itu yang benar-benar mau berpegang teguh pada tali ketentuan Allah. Selebihnay banyak yang (fasiq), suka berbuat (maksiat), dan terlalu menurutkan keinginan (hawa nafsunya). Dan bagi mereka-mereka ini akan dimasukkan ke dalam (neraka) terlebih dulu sesuai dengan dosa-dosanya yang telah dilakukannya.
Demikian sedikitnya orang-orang yang masuk ke dalam (syurga), hingga diibaratkan seperti sehelai (bulu putih pada lembu) yang berwarna hitam. Mendengar hal ini sahabat-sahabat yang mendengarnya lalu ikut menangis karena khawatir akan termasuk kedalam golongan orang-orang yang masuk ke dalam (neraka). Padahal kualitas (mutu) keimanan dan ketaatan para sahabat itu jauh melebihi dari keimanan dan ketaatan para sahabat itu jauh melebihi dari keimanan dan ketaatan kita. Lalu mengapa hal ini tidak bisa menggugah hati kita?, bahkan banyak di antara kita yang masih bisa tidur nyenyak atau tertawa terbahak-bahak padahal dipundak kita telah bertumpuk dosa yang berlipat-lipat.
Selain yang diriwayatkan oleh Thobroni, secara lebih luas hadits diatas juga diriwayatkan oleh Bokhari yang bersumber dari Abu Said Al-Hudry , yang artinya :
“ Allah S.W.T. berfirman : Wahai Adam menyahutnya :
“Kami sambut penggilanmu Wahai Tuhan kami, dan kebahagian-Mu berada di hadapan kami. Lalu beliau dipanggil lagi dengan satu panggilan :”Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu untuk memisahkan serombongan keterunan untuk dikirim kedalam nerakaAdam bertanya :. Apa yang dimaksud dengan serombongan ke neraka itu?. Tuhan menjelaskan :”Ambil dari tiap-tiap seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan 999orang”. Ketika dilaksanakan perintah itu (terjadilah berbagai peristiwa) seolah-olah orang yang sedang hamil gugur kandungannya, anak-anak kecil serta merta beruban dan terlihat orang-orang bermabuk-mabukan tapi sebenarnya mereka tidak mabuk (hanyalah) gambaran siksaan Allah yang sangat daysat (ketika itu). Orang-orang yang hadir mendengarkan pada witu merasa ngeri, sehingga berubah pucat warna muka mereka. Lalu Nabi S.A.W. menerangtkan :” Dambil dari (Ya’juj dan Ma’juj 999 dan dari kalian 1). Kalau kalian dibandingkan dengan orang-orang yang sangat banyak itu, ibarat sehelai bulu berwarna hitam yang terdapat pada seekor lembu jantan yang berwarna putih. Sesungguhnya aku mengharap, agar kalian menempati (seper empat penghuni syurga)”. Lalu kami semuanya bertakbir tanda gembira. Kemudian beliau menyambung bertakbir lagi”.

Lebih lanjut gambaran mengenai kegoncangan dan kedasyatan hari (kiamat) telah diterangkan oleh Allah dalam Al-Qur’an, yang artinya :
“Hai mnusia, bertaqwalah kepada Tuhan kalian, karena sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat dasyat. Pada hari kalian melihat kegoncangan itu, wanita yang menyusui akan lupa pada anak yang disusuinya dan gugurlah setiap kandungan wanita yang hamil. Dan kalian meliahat manusia dalam keadaan mabuk, tetapi azab Allah sangat dasyat”.
Agar supaya kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang dimasukkan Allah ke dalam syurga, maka kita harus selalu menyibukkan diri dalam memuji kepada-Nya, selalu ingat kepada-Nya di setiap waktu dan tempat, serta meluapakan apapun yang dapat menjadi penghalang dalam mengingat dan berbakti kepada-Nya.
Perhatikan kata-kata syeikh Ibnu ath’illah berikut ini :
“ Sebaik-baik mukmin adalah yang selalu sibuk dalam menunaikan hak-hak Allah yang berarti menjauhi semua larangan dan menjalani semua perintah-Nya, tanpa berangan-angan akan mendapatkan pahala dari amalannya. Jadi tugas sebagai seorang hamba itu hanya beribadah dan mengabdi, bukanlah lantaran adanya syurga dan neraka lantas kita beribadah dengan giat”.

Hal ini sebagaimana yang selalu diikrarkan oleh setiap mukmin ketika menjalankan shalat, yaitu yang artinya :
: Sesungguhnya shalatku, darma baktiku, hidup dan matiku adalah untuk berbakti kepada Tuhan Penguasa Alam semesta”.

Ada beberapa hal (sikap jiwa) yang menjadi cirri orang mukmin. Beberapa hal tersebut di antaranya adalah :
1.       Selalu mengucapkan Basmalah pada saat akan memulai sesuatu pekerjaan.
Sebelum memulai suatu pekerjaan, hendaknya seseorang memulainya terlebih dahulu dengan bacaan Basmalah”(Bismillaahir Rahmaanir Rahiim)”.
Sebab dengan ucapan seperti itu berarti seseorang telah mengakui akan kekuasaan dan kebesaran Allah, dan selanjutnya menyerahkan diri kepada Allah atas berhasil dan tidaknya pekerjaan yang dilakukannya. Selain itu ucapan basmalah juga mempunyai dampak (psikologis), yakni berupa rasa aman, tenram, lebih yakin dan lebih optimis akan keberhasilan dari pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Dan dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa tiap-tiap pekerjaan yang tidak di mulai dengan (Bismillaahir Rahmaanir Rahiim) maka akan menjadi bunting (kerang membawa berkah).
2.   Mengucapkan Tauhid sesudah melakukan sesuatu.
Bila sesuatu pekerjaan dimulai dengan bacaan Basmalah, maka ketika selesai harus di akhiri dengan bacaan “Al-Hamdulillaahi Robbil ’Alamiin” (segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam).
Ucapan tahmid (hamdalah) di atas adalah sebagai ucapan (rasa syukur) kepada Allah sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan yang teguh kita kerjakan. Sebab tanpa pertolongan-Nya tak mungkin kita dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut walaupun sesungguhnya apa yang kita kerjakan itu sangat mudah.
 Perlu diketahui, bahwa antara (tahmid) dengan (syukur) itu terdapat perbedaan yang mencolok. Yaitu bila tahmid hanya dilakukan dengan (lisan), sedangkan (syukur) harus dilakukan dengan fesan, (hati) dan (badan).
Selain itu, dalam keadaan dan kondosi bagaimanapun, baik apa yang kita kerjakan itu membawa keberhasilan atau tidak, baik membawa (keuntungan) atau (tidak), Bacaan (tahmid) tersebut harus tetap kita ucapkan. Sebab yang demikian itu adalah suatu pencerminan dari (kepasrahan) kita terhadap segala macam ketentuan Allah.
3.       senantiasa memohon ampunan kepada Allah (beristghfar).
Sudah pada tempatnya apabila manusia selalu berbuat salah atau khilaf, oleh karena itu kita harus banyak-banyak (beristighfar) kepada Allah untuk memohon ampunan atas segala macam kesalahan atau kehilafan yang telah kita lakukan, baik yang secara sengaja  maupun tidak.
Dalam hal ini, Allah berfirman dalam Al-qur’an Surat Ali-Imran ayat 135, yang artinya :
“Orang-orang yang terperosok mengerjakan kejahatan atau menganiaya dari mereka sendiri, hendaklah mereka segera mengingat Allah, dengan memohon ampunan dari Allah atas segala dosa mereka itu”.
4.       Mengucapkan “Insya Allah” jika berjanji.
Dalam pergaulan sehari-hari kita seringkali membuat janji dengan orang lain. Nah dalam berjanji itu hendaknya kita jangan menggunakan kata “Pasti”. Tapi gunakan kata “Insya Allah”. (jika Allah menghendaki), sebab seringkali kita telah menyusun suatu rencana dengan masak dan teliti, akan tetapi diluar perhitungan kita ternyata ada hal-hal lain yang menggagalkan rencana kita.
Firman Allah dalam Al-qur’an Surat Ali-Imran ayat 54, yang artinya :
“Manusia membuat rencana, Tuhan pun membuat rencana, dan rencana Allah-Lah yang sebaik-baiknya (yang berlaku)”.
5.       membiasakan diri mengucapkan Haqullaah.
Memang benar apa yang dikatakan oleh Luqman Al-Hakim, yaitu bahwa kehidupan ini laksana samudra yang penuh dengan ombak dan glombang. Karena itu dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan dan rintangan itu kita hendaknya memperkuat dan memperteguh mental agar tidak menjadi keder dan takut, yakni dengan cara membiasakan diri mengucapkan (Haqullaah), yaitu yang berbunyi :
“Laa Haula Walaaquwwata Illaa” (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan bantuan Allah).
6.       Mengembalikan segala apapun yang terjadi kepada Allah.
Setiap manusia tidak akan dapat menghindarkan diri dari ketentuan Allah, baik yang berupa karunia maupun yang berupa musibah. Karena itu jika suatu saat kebetulan yang kita terima itu merupakan musibah, maka kita harus mengembalikannya kepada Allah, yakni dengan mengucapkan :”Innaa Lillaahi Wainnaa Ilaihi Raji’uun’’ (sesungguhnya kita adalah milik Allah, dan kita semua akan kembali kepada-Nya). Dengan ucapan seperti ini maka penderitaan yang kita rasakan menjadi berkurang.
7.       Mempunyai landasan yang kuat dan kokoh yang berupa kalimat  sahabat.
Agar suatu bangunan dapat berdiri dengan kokoh, tidak mudah runtuh dan tidak mudah goyah, maka bangunan itu harus mempunyai landasan atau pondasi yang kuat.

Demikian juga dengan manusia, agar ia tidak mudah berubah pendirian dan tahan terhadap berbagai macam godaan, maka ia harus mempunyai landasan yang kuat dalam hidupnya, yakni yang berupa kalimat (syahadat), yaitu yang berbunyi “As-Hadu An Laa Illaaha Illallaah, wa Asy Haduanna Muhammadar Rasulullaah”.(aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah).
Demikianlah sikap hidup yang harus dimiliki oleh setiap mukmin. Mudah-mudahan kita semua bisa mentrapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar