Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Jumat, 19 April 2013

197. HAKEKAT CINTA KEPADA ALLAH DAN HIKMAH YANG DIDAPAT DARI PADANYA



Laisal muhibbulladzii yarjuu min mahbuubihi ‘iwadhan  auyathlubu minhu gharadhan fainnalmuhibbu man yabdzulu laka laisalmuhibbu man tabdzululahu,

Artinya : Bukanlah orang-orang yang cinta itu orang yang mengharapkan ganti (imbalan) dari yang dicintainya atau dia meminta dari orang-orang yang dicintai karena ada tujuan. Maka sesungguhnya orang yang cinta itu adalah orang-orang yang memberi kepadamu, bahkan orang yang cinta itu lantas kamu harus memberi kepadanya”.

Secara umum, kita “cinta”itu dapat diartikan sebagai suatu gejala emosi yang menggelora yang timbul dari dalam hati manusia serta diliputi oleh rasa keinginan dan hasrat yang memuncak kepada sesuatu hal.
Berdasarkan tingkatannya, cinta itu ada bermaca-macam, dari yang paling rendah derajatnya (seperti cintanya para muda-mudi yang kebanyakan terdorong oleh (nafsu seksual), atau cinta-cinta lain yang berdasarkan keinginan hawa nafsu), sampai kepada cinta yang paling tinggi tingkatannya, yaitu cinta kepada Allah.
Allah berfirman : dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 24, yang artinya :
“katakanlah :”jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, karib-karabatmu, harta-benda yang kamu usahakan dan perniagaan yang kamu takuti kerugiannya serta tempat kediaman yang kamu sukai, (semuanya itu) lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan berjuang di jalan Allah, maka tunggulah olehmu, sehingga Allah mendatangkan perintah-Nya (siksaan-Nya).
Allah tiada menyukai kaum yang (fasiq ) itu”.
Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa tidak dinamakan cinta kepada Allah apabila di dalam hatinya masih terdapat cinta lai yang lebih besar cinta yang dicurahkannya kepada Allah.
Dalam hal ini Abu Abdillah Al-Qurasy pernah mengatakan :
“hakekat cinta itu adalah apabila kamu telah bisa memberikan keseluruhanmu kepada yang kamu cintai hingga tak ada sisa sedikitpun untukmu”.

Dengan demikian, seseorang tidak bisa dikatakan mencintai Allah dalam arti yang sebenar-benarnya apabila di dalam hatinya masih terdapat rasa kecintaan terhadap (dunia) atau di dalam cintanya kepada Allah itu terdorong oleh keinginannya untuk mendapatkan syurga dan di jauhikan dari neraka. Sebab yang demikian itu berarti cintanya ini berpamrih. Padahal sesuatu yang berpamrih itu bukanlah (cinta), melainkan (nafsu).

A.     Hikmah cinta kepada Allah
Seseorang yang benar-benar cinta kepada Allah maka di dalam kehidupannya ia akan selalu mendapatkan (taufiq) dan (hidayah) dari-Nya, hidup dalam keterangan dan kenikmatan. Serta di khirat nanti akan mendapatkan tempat yang mulia disisi-Nya.
Selain itu juga mendapatkan balasan cinta dari Allah dan akan diampuni dosa-dosanya.  Hal ini sebagaimana yang tersebut dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imran ayat 31, yang artinya :
“Katakanlah : Jika kamu (benar-benar) mengasihi Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi kamu dan mengampuni dosamu. Dan Allah penganmpun, lagi penyayang”.

   Hikmah yang lain dari kecintaan kepada Allah itu akan membawa manusia kepada perbuatan-perbuatan yang baik dan menjauhkannya dari perbuatan-perbuatan yang buruk.

B.     Ciri-ciri orang yang mencintai Allah
Menurut Imam Ghozali, cirri-ciri orang yang mencintai Allah itu ada sepuluh macam, yaitu :
1.       Tidak merasa takut dalam menghadapi kematian, sebab kematian itu dapat mempertemukannya dengan yang dicintainya (Allah).
2.       Selalu mengendalikan hawa nafsunya serta berusaha dengan sekuat tenaga untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya.
3.       Tidak pernah melepaskan diri dari mengingat Allah (Dzikrullaah).
4.       Suka berkhalwat dalam tempat-tempat yang sunyi untuk mengenangkan allah, senantiasa mengerjakan shalat tahajjud dikala orang lain sedang nyenyak tidur, selalu berdo’a kepada Allah dan sebagainya.
5.       senantiasa mengoreksi diri atas berbagai macam kesalahan, menyesali hidup dan waktunya yang terbuang percuma yang tidak dipergunakannya untuk mengerjakan amal-amal kebaikan.
6.       bersikap nikmat dan bahagia jika dapat mengerjakan iibadah dengan baik serta tidak merasa berat dalam mengerjakannya.
7.       Bersikap ramah kepada sesame kaum muslimin dan bersikap tegas terhadap orang-orang kafir. Benci terhadap kemaksiatan dan ramah kepada orang yang melakukannya.
8.       Ibadah yang dilakukannya bukan disebabkan oleh rasa takut, tetapi benar-benar karena merupakan suatu kewajiban baginya.
9.       dalam beribadah atau beramal selalu dilakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
10.   Selalu melekat hatinya kepada Allah serta merasa ikhlas dan ridho dalam menerima apapun ketentuan dari-Nya.
Demikian hal-hal yang menjadi cirri-ciri atau tanda orang-orang yang cinta kepada Allah, mudah-mudahan cirri-ciri atau tanda-tanda di atas juga terdapat pada diri kita. Amiiin………..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar