Laisal
muhibbulladzii yarjuu min mahbuubihi ‘iwadhan
auyathlubu minhu gharadhan fainnalmuhibbu man yabdzulu laka
laisalmuhibbu man tabdzululahu,
Artinya : Bukanlah orang-orang
yang cinta itu orang yang mengharapkan ganti (imbalan) dari yang dicintainya atau dia meminta dari orang-orang
yang dicintai karena ada tujuan. Maka sesungguhnya orang yang cinta itu adalah
orang-orang yang memberi kepadamu, bahkan orang yang cinta itu lantas kamu
harus memberi kepadanya”.
Secara umum, kita “cinta”itu dapat diartikan sebagai
suatu gejala emosi yang menggelora yang timbul dari dalam hati manusia serta
diliputi oleh rasa keinginan dan hasrat yang memuncak kepada sesuatu hal.
Berdasarkan tingkatannya, cinta
itu ada bermaca-macam, dari yang paling rendah derajatnya (seperti cintanya
para muda-mudi yang kebanyakan terdorong oleh (nafsu seksual), atau cinta-cinta lain yang berdasarkan keinginan
hawa nafsu), sampai kepada cinta yang paling tinggi tingkatannya, yaitu cinta
kepada Allah.
Allah berfirman : dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 24, yang artinya :
“katakanlah :”jika
bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, karib-karabatmu,
harta-benda yang kamu usahakan dan perniagaan yang kamu takuti kerugiannya
serta tempat kediaman yang kamu sukai, (semuanya
itu) lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan berjuang di jalan
Allah, maka tunggulah olehmu, sehingga Allah mendatangkan perintah-Nya (siksaan-Nya).
Allah tiada menyukai kaum yang (fasiq ) itu”.
Dari ayat di atas dapat diambil
kesimpulan, bahwa tidak dinamakan cinta kepada Allah apabila di dalam hatinya
masih terdapat cinta lai yang lebih besar cinta yang dicurahkannya kepada
Allah.
Dalam hal ini Abu Abdillah
Al-Qurasy pernah mengatakan :
“hakekat cinta itu adalah
apabila kamu telah bisa memberikan keseluruhanmu kepada yang kamu cintai hingga
tak ada sisa sedikitpun untukmu”.
Dengan demikian, seseorang
tidak bisa dikatakan mencintai Allah dalam arti yang sebenar-benarnya apabila
di dalam hatinya masih terdapat rasa kecintaan terhadap (dunia) atau di dalam cintanya kepada Allah itu terdorong oleh
keinginannya untuk mendapatkan syurga dan di jauhikan dari neraka. Sebab yang
demikian itu berarti cintanya ini berpamrih. Padahal sesuatu yang berpamrih itu bukanlah (cinta), melainkan (nafsu).
A. Hikmah
cinta kepada Allah
Seseorang
yang benar-benar cinta kepada Allah maka di dalam kehidupannya ia akan selalu
mendapatkan (taufiq) dan (hidayah) dari-Nya, hidup dalam keterangan dan kenikmatan.
Serta di khirat nanti akan mendapatkan tempat yang mulia disisi-Nya.
Selain
itu juga mendapatkan balasan cinta dari Allah dan akan diampuni
dosa-dosanya. Hal ini sebagaimana yang
tersebut dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imran ayat 31,
yang artinya :
“Katakanlah
: Jika kamu (benar-benar) mengasihi Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi kamu dan mengampuni dosamu. Dan Allah penganmpun, lagi penyayang”.
Hikmah yang lain dari kecintaan kepada Allah
itu akan membawa manusia kepada perbuatan-perbuatan yang baik dan menjauhkannya
dari perbuatan-perbuatan yang buruk.
B. Ciri-ciri
orang yang mencintai Allah
Menurut Imam Ghozali,
cirri-ciri orang yang mencintai Allah itu ada sepuluh macam, yaitu :
1. Tidak merasa takut dalam
menghadapi kematian, sebab kematian itu dapat mempertemukannya dengan yang
dicintainya (Allah).
2. Selalu mengendalikan hawa
nafsunya serta berusaha dengan sekuat tenaga untuk melaksanakan
perintah-perintah-Nya.
3. Tidak pernah melepaskan diri
dari mengingat Allah (Dzikrullaah).
4. Suka berkhalwat dalam
tempat-tempat yang sunyi untuk mengenangkan allah, senantiasa mengerjakan
shalat tahajjud dikala orang lain sedang nyenyak tidur, selalu berdo’a kepada
Allah dan sebagainya.
5. senantiasa mengoreksi diri atas
berbagai macam kesalahan, menyesali hidup dan waktunya yang terbuang percuma
yang tidak dipergunakannya untuk mengerjakan amal-amal kebaikan.
6. bersikap nikmat dan bahagia
jika dapat mengerjakan iibadah dengan baik serta tidak merasa berat dalam
mengerjakannya.
7. Bersikap ramah kepada sesame
kaum muslimin dan bersikap tegas terhadap orang-orang kafir. Benci terhadap
kemaksiatan dan ramah kepada orang yang melakukannya.
8. Ibadah yang dilakukannya bukan
disebabkan oleh rasa takut, tetapi benar-benar karena merupakan suatu kewajiban
baginya.
9. dalam beribadah atau beramal
selalu dilakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
10. Selalu melekat hatinya kepada
Allah serta merasa ikhlas dan ridho dalam menerima apapun ketentuan dari-Nya.
Demikian hal-hal yang menjadi
cirri-ciri atau tanda orang-orang yang cinta kepada Allah, mudah-mudahan
cirri-ciri atau tanda-tanda di atas juga terdapat pada diri kita. Amiiin………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar