Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Kamis, 18 April 2013

220. SIKAP SEORANG HAMBA YANG MERASA YAKIN TERHADAP TUNTUTAN ALLAH KEPADANYA



Wainman aiqana annallaaha yathlubu shadaqath-thalabi ilaihi waman ‘alima annalumuurabiyadillaahi ijnama’a bi-attawakulli ‘alaihi.
Artinya : Dan sesungguhnya orang yang yakin bahwasanya Allah menuntut kepadanya (untuk melakukan ibadah) maka dia pasti bersungguh-sungguh menghadap kepada-Nya. Barang siapa yang mengerti bahwasanya semua perkara (urusan) yang ada kekuasaan-Nya, maka pastilah bulat tawakalnya kepada-Nya”.
Dalam bab-bab yang terdahulu tetlah diterangkan, bahwa tiugas seorang hamba kepada Allah adalah beribadah beribadah dan mengabdi kepada-Nya. Dan memang hal ini yang dituntut oleh-Nya.
Selain menjalankan tugas-tugasnya denga baik, seorang hamba hendaklah menyadari sepenuhnya, bahwa segala urusan dan ketaatan yang berlaku pada dirinya adalah sudah ditentukan oleh Allah. Karena itu ia pun harus bertawakal kepada-Nya dengan menyerahkan sepenuhnya segala urusan kepada-Nya.
Firman Allah dalam Al-qur’an surat Ath-Tholaq ayat 2-3, yang artinya :
“ Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya mereka dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.
Juga dalam Surat Al-Madinah ayat 23, yang artinya :
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. 
Berdasarkan ayat di atas dapat disimpulkan, bahwa orang-orang yang benar-benar beriman pasti di dalam hatinya telah tumbuh pula sifat tawakkal yang kuat. Hal ini tidak lain adalah karena tawakkal itu telah menjadi salah satu dari cirri-ciri orang yang beriman.
Perhatikan firman Allah dalam Al-qur’an Surat Al-Anfal ayat 2, berikut ini :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatnya, bertambahlah (iman) mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.
Tak pelak lagi, tawakkal inilah yang menjadi kunci utama untuk mendapatkan kebahagiaan hidup lahir dan batin. Kerena bila seseorang sudah menyerahkan hidupnya sepenuhnya kepada Allah, maka tidak akan ada lagi kesusahan dan keresahan dari ndalam hatinya, karena Allah sendiri telah berjanji memberikan jaminan bagi hidupnya.
Menurut ajaran Islam, bertawakkal itu bukanlah hanya duduk bermalas-malas sambil bertopang dagu kemudian berharap agar Allah memenuhi keinginan-keinginannya, tetapi tawakkal adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah setelah terlebih dahulu berusaha untuk berikhtiar dengan segenap tenaga dan kemampuannya.
Bagi seorang petani, tawakkal baginya adalah menggarap sawah atau ladangnya dengan sebaik-baiknya dari mulai menenam benih, memupuk, menjaganya dari serangan hama, menyirami dan sebagainya yang disertai dengando’a kepada Allah agar mendapatkan panen yang banyak, kemudian setelah itu baru menyerahkan hasilnya kepada Allah.
Adapun bagi seorang pedagang, tawakkal baginya adalah mendatangi atau menunggui tokonya dengan sabar, menyiapkan segala sesuatunya dengan baik, berusaha melayani pembeli dengan sebaik-baiknya dan sebagainya, yang kesemuanya itu disertai dengan do’a kepada Allah, kemudian baru setelah itu tentang laris dan tidaknya ia serahkan sepenuhnya kepada Allah.
Sehubungan dangan hal ini ada suatu riwayat yang menceritakan, bahwa suatu ketika Umar bin Khothob menjumpai sekelompok orang yang membenamkan diri di masjid tanpa mau bekerja atau berusaha sedikitpun, dengan alasan bertawakkal kepada Allah. Terhadap orang-orang yang semacam ini Umar bin Hothob mengatakan :
“Janganlah sekali-kali seseorang di antara kalian duduk-duduk dengan malas tanpa mau bekerja mencari karunia Allah, kecuali hanya berdo’a sambil sambil menadahkan tangan : Yaa Allah, turunkanlah karunia-Mu kepadaku, padahal ia telah mengerti, bahwa langit itu tidak pernah menurunkan hujan emas dan perak”.
Juga dalam hal ini seorang ulama yang sangat dalam ilmunya pernah mengatakan :
“Sesungguhnya Allah S.W.T. memadukan antara tawakkal dengan ibadah, antara tawakkal dengan iman, anatara tawakkal dengan taqwa, dan antara itu adalah sumber bagi semua peningkatan nilai-nilai iman, ikhlas dan semua amal kebaktian Islam”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa :
1.             tawakkal itu hukumnya wajib, dalam arti ihklas semata-mata karena Allah.
2.             Tawakkal itu merupakan pangkal utama bagi semua kedudukan iman, ikhlas dan bagi semua perbuatan-perbuatan yang dianjurkan oleh Islam.
3.             Tawakkal itu hendaklah semata-mata ditujukan kepada Allah, karena hanya Allah-lah satu-satunya yang dapat memenuhi apa-apa yang di inginkan oleh semua manusia.

Dalam hal ini Imam Bukhary dan Nasa’I meriwayatkan dalam sebuah Hadits, yang artinya :
“dari Ibnu Abbas r.a. mengatakan : “Hasbunallaahhu wani’mal Wakiilu” (cukuplah Allah bagi kamu dan Dia adalah sebaik-baik dzat tempat berserah diri) adalah rangkaian kalimat yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim r.a. ketika dilemparkan ke dalam api, dan kalimat ini juga diucapkan oleh Nabi Muhammad S.A.W. ketika orang-orang berkata kepadanya :”Sesungguhnya manusia telah berkumpul untuk meperdayakan kamu, maka takutlah kamu kepada mereka :”Tetapi orang-orang yang beriman bertambah imannya dan mereka berkata :”Cukuplah Allah bagi kamu dan Dia sebaik-baik Dzat tempat berserah diri”.
Perhatikan lagi kata-kata syeikh Ibnu Atho’illah berikut ini :
Wainnahu laa buddalibinaa-i hadzal wujuudi an tanhadima da’aa-imahu wain tasluba karaa-imahu.
Artinya : dan sesungguhnya bangunan yang wujud ini akan rusak sampai kesendinya, dan lenyaplah semua kesenangan-kesenangan yang berharga”.
Jadi orang yang meresa yakin bahwa dirinya dituntut oleh Allah untuk mengerjakan segala macam perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala macam larangan-larangan-Nya, serta mengerti bahwa segala perkara atau urusan berada dalam genggaman tangan-Nya, mengerti pula bahwa segala apapun yang ada di alam raya ini beserta kesenagan-kesenangan yang ada didalamnya akan hancur musnah sampai kepada sendi-sendinya, maka orang yang semacam ini dalam beribadah akan menghadapkan diri dan wajahnya sepenuhnya kepada Allah dan menyerahkan segala perjkara danurusannya secara bulat-bulat kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar