Wainman aiqana annallaaha yathlubu shadaqath-thalabi ilaihi waman
‘alima annalumuurabiyadillaahi ijnama’a bi-attawakulli ‘alaihi.
Artinya : Dan
sesungguhnya orang yang yakin bahwasanya Allah menuntut kepadanya (untuk
melakukan ibadah) maka dia pasti bersungguh-sungguh menghadap kepada-Nya.
Barang siapa yang mengerti bahwasanya semua perkara (urusan) yang ada
kekuasaan-Nya, maka pastilah bulat tawakalnya kepada-Nya”.
Dalam bab-bab yang
terdahulu tetlah diterangkan, bahwa tiugas seorang hamba kepada Allah adalah
beribadah beribadah dan mengabdi kepada-Nya. Dan memang hal ini yang dituntut
oleh-Nya.
Selain menjalankan
tugas-tugasnya denga baik, seorang hamba hendaklah menyadari sepenuhnya, bahwa
segala urusan dan ketaatan yang berlaku pada dirinya adalah sudah ditentukan
oleh Allah. Karena itu ia pun harus bertawakal kepada-Nya dengan menyerahkan
sepenuhnya segala urusan kepada-Nya.
Firman Allah dalam Al-qur’an surat Ath-Tholaq ayat 2-3,
yang artinya :
“ Barangsiapa yang
bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya mereka dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya
Allah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.
Juga dalam Surat Al-Madinah ayat 23, yang artinya
:
“Dan hanya kepada
Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman”.
Berdasarkan ayat di
atas dapat disimpulkan, bahwa orang-orang yang benar-benar beriman pasti di
dalam hatinya telah tumbuh pula sifat tawakkal yang kuat. Hal ini tidak lain
adalah karena tawakkal itu telah menjadi salah satu dari cirri-ciri orang yang
beriman.
Perhatikan firman
Allah dalam Al-qur’an Surat Al-Anfal
ayat 2, berikut ini :
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatnya,
bertambahlah (iman) mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.
Tak pelak lagi,
tawakkal inilah yang menjadi kunci utama untuk mendapatkan kebahagiaan hidup
lahir dan batin. Kerena bila seseorang sudah menyerahkan hidupnya sepenuhnya
kepada Allah, maka tidak akan ada lagi kesusahan dan keresahan dari ndalam
hatinya, karena Allah sendiri telah berjanji memberikan jaminan bagi hidupnya.
Menurut ajaran
Islam, bertawakkal itu bukanlah hanya duduk bermalas-malas sambil bertopang
dagu kemudian berharap agar Allah memenuhi keinginan-keinginannya, tetapi
tawakkal adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah setelah terlebih
dahulu berusaha untuk berikhtiar dengan segenap tenaga dan kemampuannya.
Bagi seorang petani, tawakkal baginya adalah menggarap sawah atau ladangnya dengan
sebaik-baiknya dari mulai menenam benih, memupuk, menjaganya dari serangan
hama, menyirami dan sebagainya yang disertai dengando’a kepada Allah agar
mendapatkan panen yang banyak, kemudian setelah itu baru menyerahkan hasilnya
kepada Allah.
Adapun bagi seorang pedagang, tawakkal baginya adalah mendatangi
atau menunggui tokonya dengan sabar, menyiapkan segala sesuatunya dengan baik,
berusaha melayani pembeli dengan sebaik-baiknya dan sebagainya, yang kesemuanya
itu disertai dengan do’a kepada Allah, kemudian baru setelah itu tentang laris
dan tidaknya ia serahkan sepenuhnya kepada Allah.
Sehubungan dangan
hal ini ada suatu riwayat yang menceritakan, bahwa suatu ketika Umar bin
Khothob menjumpai sekelompok orang yang membenamkan diri di masjid tanpa mau
bekerja atau berusaha sedikitpun, dengan alasan bertawakkal kepada Allah.
Terhadap orang-orang yang semacam ini Umar bin Hothob mengatakan :
“Janganlah
sekali-kali seseorang di antara kalian duduk-duduk dengan malas tanpa mau
bekerja mencari karunia Allah, kecuali hanya berdo’a sambil sambil menadahkan
tangan : Yaa Allah, turunkanlah karunia-Mu kepadaku, padahal ia telah mengerti,
bahwa langit itu tidak pernah menurunkan hujan emas dan perak”.
Juga dalam hal ini
seorang ulama yang sangat dalam ilmunya pernah mengatakan :
“Sesungguhnya Allah
S.W.T. memadukan antara tawakkal dengan ibadah, antara tawakkal dengan iman,
anatara tawakkal dengan taqwa, dan antara itu adalah sumber bagi semua
peningkatan nilai-nilai iman, ikhlas dan semua amal kebaktian Islam”.
Berdasarkan
penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa :
1.
tawakkal itu hukumnya wajib, dalam arti ihklas semata-mata karena
Allah.
2.
Tawakkal itu merupakan pangkal utama bagi semua kedudukan iman, ikhlas
dan bagi semua perbuatan-perbuatan yang dianjurkan oleh Islam.
3.
Tawakkal itu hendaklah semata-mata ditujukan kepada Allah, karena
hanya Allah-lah satu-satunya yang dapat memenuhi apa-apa yang di inginkan oleh
semua manusia.
Dalam hal ini Imam
Bukhary dan Nasa’I meriwayatkan dalam sebuah Hadits, yang artinya :
“dari Ibnu Abbas
r.a. mengatakan : “Hasbunallaahhu wani’mal Wakiilu” (cukuplah Allah bagi kamu
dan Dia adalah sebaik-baik dzat tempat berserah diri) adalah rangkaian kalimat
yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim r.a. ketika dilemparkan ke dalam api, dan
kalimat ini juga diucapkan oleh Nabi Muhammad S.A.W. ketika orang-orang berkata
kepadanya :”Sesungguhnya manusia telah berkumpul untuk meperdayakan kamu, maka
takutlah kamu kepada mereka :”Tetapi orang-orang yang beriman bertambah imannya
dan mereka berkata :”Cukuplah Allah bagi kamu dan Dia sebaik-baik Dzat tempat
berserah diri”.
Perhatikan lagi
kata-kata syeikh Ibnu Atho’illah berikut ini :
Wainnahu laa buddalibinaa-i hadzal wujuudi an tanhadima da’aa-imahu
wain tasluba karaa-imahu.
Artinya : dan
sesungguhnya bangunan yang wujud ini akan rusak sampai kesendinya, dan
lenyaplah semua kesenangan-kesenangan yang berharga”.
Jadi orang yang
meresa yakin bahwa dirinya dituntut oleh Allah untuk mengerjakan segala macam
perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala macam larangan-larangan-Nya, serta
mengerti bahwa segala perkara atau urusan berada dalam genggaman tangan-Nya,
mengerti pula bahwa segala apapun yang ada di alam raya ini beserta
kesenagan-kesenangan yang ada didalamnya akan hancur musnah sampai kepada
sendi-sendinya, maka orang yang semacam ini dalam beribadah akan menghadapkan
diri dan wajahnya sepenuhnya kepada Allah dan menyerahkan segala perjkara
danurusannya secara bulat-bulat kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar