Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Kamis, 18 April 2013

221.ORANG YANG CERDIK YAITU ORANG YANG MENCURAHKAN CINTA DAN PERHATIANNYA KEPADA KEHIDUPAN YANG KEKAL DI (AKHIRAT)



Fal’aqilu man kaana bimaahuwa abqaa afrahu minhu bimaa huwa qad asraa nuuruhu wazhaharat tabaasyiiruhu.


Artinya : Maka orang yang sempurna akalnya adalah orang yang lebih suka (gemar) dengan apa yangn lebih kekal, dari apa yang akan rusak. Karena telah terang hatinya (cahayanya) dan berseri-seri wajahnya”


Yang dinamakan orang cerdik itu bukanlah orang yang pandai dalam bidang matamatika, biologi, afrika, ekonomi, dan sebagainya. Akan tetapi yang dinamakan orang cerdik adalah yang pandai menghisab (menghitung) amal perbuatannya sendiri, tidak disibukkan oleh urusan dunia, tetapi senantiasa mencurahkan seluruhnya cinta dan perhatiannya kepada kehidupan yang lebih kekal. Yakni akhirat. Karena itu ia pun lalu menyibukkan diri untuk menempuh kehidupan selanjutnya (kehidupan akhirat).

Sehubungan dengan hal ini Rasulullah S.A.W. pernah bersabda, yang artinya :

“Orang yang cerdik itu adalah orang yang dapat membuat perhitungan pada dirinya, yakni menghisab dirinya dan suka beramal untuk bekal sesudah matinya, sedangkan orang lemah ialah orang yang mengikutkan dirinya menurut kemauan hawa nafsunya dan selalu berangan-angan dengan berbagai angan-angan kosong terhadap Allah, yakni ingin mendapat keridhoan dan pengampunan-Nya, tetapi enggan beramal untuk mencapainya itu”.


Dari Hadits di atas dapat diketahui siapa orang yang cerdik dan siapa pula orang yang bodoh.

Adapun orang yang bodoh sebagaimana yang disebutkan di atas adalah orang yang terpedaya oleh hawa nafsunya sendiri, kepalanya selalu dipenuhi oleh berbagai macam angan-angan, dan mempunyai keinginan untuk bertemu dengan Allah tetapi tidak mau berusaha atau beramal.

Dalam pembahasan mengenai hal ini ada baiknya kita simak beberapa kata hikmah yang pernah diucapkan oleh para ulama salaf atau orang yang terkenal kesholehannya. Di antaranya adalah :

1.       Dari Umar bin Khothob r.a.

“Jikalau kamu semua suka memperhatikan perihal ajal dan jalannya yang begitu cepat niscaya kamu semua akan membenci pada thuhul amal dan berbagai macam tipu dayanya”.

“Banyak sekali orang yang masih menghadapi (menemui) hari ini, tetapi tidak sempurna melaluinya-maksudnya tidak hidup sampai sore hari, sebab sudah kedatangan ajal.  Banyak sekali orang yang masih mengharapkan ingin dapat hidup sampai esok hari, tetapi ia tidak dapat menemuinya sebab sudah kedatangan ajal”.

“Banyak benar orang yang masih banyak tertawa yang sampai memenuhi seluruh mulutnya, tetapi barangkali kain kafannya sudah keluar atau baru selesai dicuci bersih dari tukang penatu pencuci pakaian”.

2.       Dari Ali bin Abi Tholib.

“hal yang saya takutkan di antara apa-apa yang saya khuwatirkan akan mengenai atasmu semua ialah mengikuti hawa nafsu dan pula thuhul amal”.


Kedua hal di atas sangat ditakutkan oleh Ali bin Abi Tholib, karena mengikuti hawa nafsu itu bisa menyebabkan terhalannga mata hati dalam membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Sedangkan thuhul amal bisa menyebabkan seseorang lupa kepada kehidupan di akhirat nanti, sehingga ia tidak mempunyai bekal sama sekali untuk menuju ke sana. Sungguh tiada kerugian yang lebih besar dan penyesalan yang lebih mendalam melebihi kerugian dan penyesalan orang-orang yang demikian ini.


Sebagai pedoman agar jangan sampai ada di antara kita yang termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi dan merasakan penyesalan yang tak terhinggaka, maka marilah kita perhatikan wasiat Rasulullaah S.A.W. sebagaimana yang disampaikannya kepada Abdullah bin Umar r.a. berikut ini, yang artinya :

“jadilah kamu seolah-olah kamu orang asing atau penyeberang jalan, yakni perantau”.


Kalau kita simak lebih teliti dari Hadits di atas, dapat diketahui bahwa dalam wasiat Rasulullah tersebut terkandung perintah kepada umatnya agar selalu bersifat “Qishoorul Amal”. Yakni pendek dalam angan-angan tetapi giat dalam beramal, dan menghindari sifat “Thuhul Amal”. (panjang angan-angan) sehingga lalai dalam beribadah).

Selain itu kita juga diperintahkan agar jangan sampai menjadi orang yang bodoh dan berfikiran sempit, yakni hanya memikirkan kepentingan-kepentingan dan kesenangan-kesenangan dunia saja, padahal semuanya itu hanya bersifat sementara saja yang kalau tidak mereka yang meninggalkan kita, maka pastilah kita yang meninggalkan mereka.

Oleh karena iyu marilah kita membuka pikiran dan menggunakan akal sehat kita, sehingga dapat mendorong semangat kita untuk mengumpulkan amal yang sebanyak-banyaknya guna dipakai sebagai bekal untuk menempuh kehidupan yang jauh lebih lenggeng dan lebih abadi, yakni di akhirat nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar