Fasharafa ‘an hadzihiddari maghdhiyan wa’aradha ‘anha mawaliyan
falam yattakhidzhaa wathanan walaaja’alahaa sakanan balinhadh-dhal himmata
fiihaa ilaallaahi ta’alaa wasaara fiihaa musta’iinan bihi fiilquduumi ‘alaihi.
Artinya : Maka ia
(orang yang mempunyai akal) berpaling dari dunia dengan memejamkan mata serta
berlari darinya. Karena dia tidak menjadikan
bahwa dunia ini sebagai tanah air dan tidak pula bangkit dengan semangat
menuju kepada Allah Ta’ala, dan ia berjalan di dunia ini dengan memohon
pertolongan kepada-Nya untuk segera sampai kepada-Nya”.
Hari demi hari,
minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, dan putaran demi putaran
kita lalui, pelan tapi pasti, perjalanan kita semakin dekat, semakin dekat dan
semakin dekat kepada titik akhir dari kehidupan dunia, yakni kematian.
A.
Perlengkapan dan
peralatan dalam menuju garia akhir kehidupan
Dalam perjalanan
menuju garis akhir kehidupan seseorang dilengkapi dengan berbagai peralatan dan
perlengkapan. Di sana terdapat dua macam persimpangan jalan sehingga kita
duharuskan untuk benar-benar teliti dan cermat dalam memilih jalur mana yang
hendak di lewati, jalur ke Neraka atau jalur ke Syurga. Hanya dua jalur itulah
yang ada, tak ada lagi yang lain. Kalau bukan ke syurga tentu ke neraka. Begitu
sebaliknya.
Hati-hatilah jangan
sampai kita salah jalan, tersesat dan tertipu karenanya. Sebab jalan ke neraka
itu penuh dengan kesenangan, penuh dengan kegembiraan dan penuh dengan gelak
tawa, sehingga orang-orang yang lemah imannya banyak yang tertarik untuk
melewatinya. Padahal
pada ujung jalan itu terdapat jurang kenistaan, kebinasaan, kehinaan dan
malapetaka yang amat besar yang mau tidak mau orang yang melewatinya akan
sampai kepadanya, kecuali mereka yang sadar lalu
bertaubat dan berbalik arah kemudian menempuh jalan yang lain.
Adapun jalan ke
syurga itu dipenuhi dengan berbagai macam cobaan, rintangan dan hal-hal yang
tidak menyenangkan. Karena itu banyak orang yang enggan untuk melewatinya, padahal pada ujung
jalan ini terdapat kebahagiaan, kenikmatan, dan karunia Allah yang tiada
taranya.
Akan tetap[I berkat
kasih sayang Allah yang begitu besar terhadap hamba-Nya, maka Dia tidaklah
membiarkan begitu saja hamba-Nya terjebak ke dalam jalan kesesatan. Karena itu
Dia-pun lalu melengkapi manusia dengan peralatan (akal). Sehingga dengan
akalnya itu manusia dapat memilih jalan mana yang harus dihindari dan jalan
mana yang yang harus dilewati dalam rangka menuju garis akhir kehidupannya itu.
B.
Rambu-rambu dalam
perjalanan
Di samping adanya
dua jalan sebagaimana yang disebutkan di atas tadi, perjalananya menuju akhir
kehidupanya manusia selalu dihadapkan kepada rambu-rambu yang harus ia penuhi
keberadaannya.
Di dalam Agama
Islam terdapat (5) macam rambu-rambu
(ketentuan-ketentuan) yang harus selalu dipatuhi oleh pemeluknya. Ke 5 rambu-rambu tersebut adalah : haram,
makruh, mubah, sunat, dan wajib.
Di antara ke 5 rambu-rambu tersebut terdapat suatu masalah yang tidak jelas
tentang haram dan halalnya, sehingga banyak orang yang tertipu karenanya.
Hal ini adalah
sebagaimana bunyi Hadits ini, yang artinya : “Yang halal sudah jelas, yang
harampun sudah jelas. Tetapi antara haram dan halal itu terdapat hal-hal yang “syubhat” dan samara-samar. Dan barangsiapa yang jatuh ke dalam hal yang
syubhat ini, di khawatirkan akan jatuh ke dalam hal yang haram”.
Kehatian-hatian
seseorang dalam dalam memperhatikan dan mentaati rambu-rambu yang ada adalah
menjadi penentu bagi kebahagiaan hidup delanjutnya setelah melewati garis
akhir. Karena itu yang terpenting di
sini bukanlah
sampainya kepada garis akhir, itu, akan tetapi sesudahnya itulah yang amat
penting.
C.
Berbagai macam
godaan dan peringatan
Jalan menuju akhir kehidupan
yang diridhoi itu tidak selamanya mulus dan lurus, tetapi seringkali terdapat
berbagai macam godaan dan rintangan yang berusaha membelokan arah kaki kita
kepada jalan kesesatan, terutama yang datangnya dari syetan dan hawa nafsu.
Karena itulah Allah
lalu memberikanperingatan-peringatan agar manusia tidak sampai terkecoh dan
terbujuk oleh berbagai macam godaa-godaan itu.
Di antara
peringatan-peringatan ialah yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat
Luqman ayat 33, yang artinya :
“sesungguhnya janji
Tuhan adalah haq dan benar, jangan sampai engkau terbujuk oleh kemilaunya sinar
kehidupan duniawi, dan jangan sampai engkau tertipu oleh penipu-penipu, yakni
syetan dan hawa nafsu”.
Juga dalam Surat Al-Baqarah ayat 216, yang artinya :
“Sesuatu yang tidak
mengenakan bagimu boleh jadi justru itulah yang baik bagimu. Dan sesuatu yang
engkau senangi boleh jadi justru tidak baik bagimu. Allah Maha Mengetahui
sedangkan engkau tidak mengetahui”.
Dalam hidupnya, seseorang seringkali
disibukkan oleh berbagai macam urusan (dunia)
sehingga lupa bahwa jalan yang dilaluinya kian dekat kepada garis akhir
kehidupannya (ajal). Padahal kalau
garis akhir itu sudah sampai, maka tak akan dapat diundurkan walau hanya
sekejap pun.
Karena itu alangkah
baiknya kalau setiap saat kita merenung dan mengoreksi diri, apakah sudah cukup
bekal yang sudah kita persiapkan dan apakah masih terlalu berat beban dosa yang
kita tanggungkan.
Dan sebagai akhir
dari pembahasaan bab ini, marilah bersama kita renungkan firman Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 78, yang artinya :
“Di manapun kamu
berada, kematian akan mendapatkanmu, meskipun kamu berada dalam benteng yang
tinggi lagi kokoh”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar