Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Kamis, 18 April 2013

222. MENUJU GARIS AKHIR KEHIDUPAN ITU HARUSLAH DITEMPUH DENGAN MENGERJAKAN BERBAGAI AMAL KEBAJIKAN


Fasharafa ‘an hadzihiddari maghdhiyan wa’aradha ‘anha mawaliyan falam yattakhidzhaa wathanan walaaja’alahaa sakanan balinhadh-dhal himmata fiihaa ilaallaahi ta’alaa wasaara fiihaa musta’iinan bihi fiilquduumi ‘alaihi.

Artinya : Maka ia (orang yang mempunyai akal) berpaling dari dunia dengan memejamkan mata serta berlari darinya. Karena dia tidak menjadikan  bahwa dunia ini sebagai tanah air dan tidak pula bangkit dengan semangat menuju kepada Allah Ta’ala, dan ia berjalan di dunia ini dengan memohon pertolongan kepada-Nya untuk segera sampai kepada-Nya”.

Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, dan putaran demi putaran kita lalui, pelan tapi pasti, perjalanan kita semakin dekat, semakin dekat dan semakin dekat kepada titik akhir dari kehidupan dunia, yakni kematian.

A.     Perlengkapan dan peralatan dalam menuju garia akhir kehidupan
Dalam perjalanan menuju garis akhir kehidupan seseorang dilengkapi dengan berbagai peralatan dan perlengkapan. Di sana terdapat dua macam persimpangan jalan sehingga kita duharuskan untuk benar-benar teliti dan cermat dalam memilih jalur mana yang hendak di lewati, jalur ke Neraka atau jalur ke Syurga. Hanya dua jalur itulah yang ada, tak ada lagi yang lain. Kalau bukan ke syurga tentu ke neraka. Begitu sebaliknya.
Hati-hatilah jangan sampai kita salah jalan, tersesat dan tertipu karenanya. Sebab jalan ke neraka itu penuh dengan kesenangan, penuh dengan kegembiraan dan penuh dengan gelak tawa, sehingga orang-orang yang lemah imannya banyak yang tertarik untuk melewatinya. Padahal pada ujung jalan itu terdapat jurang kenistaan, kebinasaan, kehinaan dan malapetaka yang amat besar yang mau tidak mau orang yang melewatinya akan sampai kepadanya, kecuali mereka yang sadar lalu bertaubat dan berbalik arah kemudian menempuh jalan yang lain.
Adapun jalan ke syurga itu dipenuhi dengan berbagai macam cobaan, rintangan dan hal-hal yang tidak menyenangkan. Karena itu banyak orang yang enggan untuk melewatinya, padahal pada ujung jalan ini terdapat kebahagiaan, kenikmatan, dan karunia Allah yang tiada taranya.
Akan tetap[I berkat kasih sayang Allah yang begitu besar terhadap hamba-Nya, maka Dia tidaklah membiarkan begitu saja hamba-Nya terjebak ke dalam jalan kesesatan. Karena itu Dia-pun lalu melengkapi manusia dengan peralatan (akal). Sehingga dengan akalnya itu manusia dapat memilih jalan mana yang harus dihindari dan jalan mana yang yang harus dilewati dalam rangka menuju garis akhir kehidupannya itu.

B.     Rambu-rambu dalam perjalanan
Di samping adanya dua jalan sebagaimana yang disebutkan di atas tadi, perjalananya menuju akhir kehidupanya manusia selalu dihadapkan kepada rambu-rambu yang harus ia penuhi keberadaannya.
Di dalam Agama Islam terdapat (5) macam rambu-rambu (ketentuan-ketentuan) yang harus selalu dipatuhi oleh pemeluknya. Ke 5 rambu-rambu tersebut adalah : haram, makruh, mubah, sunat, dan wajib.
Di antara ke 5 rambu-rambu tersebut terdapat suatu masalah yang tidak jelas tentang haram dan halalnya, sehingga banyak orang yang tertipu karenanya.
Hal ini adalah sebagaimana bunyi Hadits ini, yang artinya : “Yang halal sudah jelas, yang harampun sudah jelas. Tetapi antara haram dan halal itu terdapat hal-hal yang “syubhat” dan samara-samar. Dan barangsiapa yang jatuh ke dalam hal yang syubhat ini, di khawatirkan akan jatuh ke dalam hal yang haram”.

Kehatian-hatian seseorang dalam dalam memperhatikan dan mentaati rambu-rambu yang ada adalah menjadi penentu bagi kebahagiaan hidup delanjutnya setelah melewati garis akhir. Karena itu yang terpenting di
sini bukanlah sampainya kepada garis akhir, itu, akan tetapi sesudahnya itulah yang amat penting.

C.     Berbagai macam godaan dan peringatan
Jalan menuju akhir kehidupan yang diridhoi itu tidak selamanya mulus dan lurus, tetapi seringkali terdapat berbagai macam godaan dan rintangan yang berusaha membelokan arah kaki kita kepada jalan kesesatan, terutama yang datangnya dari syetan dan hawa nafsu.
Karena itulah Allah lalu memberikanperingatan-peringatan agar manusia tidak sampai terkecoh dan terbujuk oleh berbagai macam godaa-godaan itu.
Di antara peringatan-peringatan ialah yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 33, yang artinya :
“sesungguhnya janji Tuhan adalah haq dan benar, jangan sampai engkau terbujuk oleh kemilaunya sinar kehidupan duniawi, dan jangan sampai engkau tertipu oleh penipu-penipu, yakni syetan dan hawa nafsu”.

Juga dalam Surat Al-Baqarah ayat 216, yang artinya :
“Sesuatu yang tidak mengenakan bagimu boleh jadi justru itulah yang baik bagimu. Dan sesuatu yang engkau senangi boleh jadi justru tidak baik bagimu. Allah Maha Mengetahui sedangkan engkau tidak mengetahui”.

 Dalam hidupnya, seseorang seringkali disibukkan oleh berbagai macam urusan (dunia) sehingga lupa bahwa jalan yang dilaluinya kian dekat kepada garis akhir kehidupannya (ajal). Padahal kalau garis akhir itu sudah sampai, maka tak akan dapat diundurkan walau hanya sekejap pun.
Karena itu alangkah baiknya kalau setiap saat kita merenung dan mengoreksi diri, apakah sudah cukup bekal yang sudah kita persiapkan dan apakah masih terlalu berat beban dosa yang kita tanggungkan.
Dan sebagai akhir dari pembahasaan bab ini, marilah bersama kita renungkan firman Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 78, yang artinya :
“Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, meskipun kamu berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar