Man zhanna
infikaaka luthfihi ‘an qadrihi fadzaalika liqushuuri nazharihi
Artinya : barangsiapa menyangka terlepasnya sifat
kasih saying Allah dari qudrat-Nya, maka yang demikian itu karena kependekan
pengertiannya”.
Dalam terdahulu telah diterangkan, bahwa justru
dengan cobaan-cobaan Allah mencurahkan kasih saying-Nya. Karena itu jika ada
orang yang merasa dirinya tidak mendapat kasih saying Allah kiteka sedang
menerima cobaan, maka berarti (iman)
dan (keyaqinan) orang tersebut dalam
keadaan lemah.
Allah
telah menyindir orang-orang yang demikian ini dalam Al-Qur’an Surat Al-Hajj
ayat 11, yang artinya :
Dan
di antara manusia ada orang-orang yang menyembah Allah dengan berada di
tepi-tepi. Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu,
dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang, (maka)
rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang
nyata”.
Menurut
An-Nadawy, kebanyakan manusia itu menganggap bahwa cobaan hidup itu dapat
melemahkan cita-cita dan melumpuhkan akidah. Karena pada dasarnya manusia itu
inginnya yang mudah-mudah dan tanpa kesulitan. Akan tetapi bagi orang-orang
yang beriman dan mau menyempurnakan akidahnya, cobaan itu justru memicu
semangatnya untuk mengabdi dan menyembah kepada-Nya, dan juga mempertebal iman
dan taqwanya kepada Allah.
Lebih
lanjut An-Nadawy menjelaskan bahwa jika cobaan hidup yang dialami itu demikian
sering dan pahitnya, maka mereka percaya bahwa yang menjadikan atau
menggerakkan semua itu tidak lain adalah Tangan Allah (kekuasaan Allah).
Orang-orang
yang demikian inilah yang demikian inilah yang dikehendaki Allah, sebagaimana
firman-Nya dalam Al-qur’an Surat Ali-Imran ayat 146,
yang artinya :
Maka
mkereka tidak menjadi lemah oleh musibah yang menimp[a mereka dijalan Allah,
tidak pula menjadi lemah dan mundur”.
Dalam
kaitannya dengan ban ini, ada beberapa hal yang perlu diketahui. Di antaranya
adalah :
1.
Fondasi Iman. Menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah,
untuk membangun gedung yang tinggi (cita-cita yang luhur), maka diperlukan
pondasi yang kuat (yakni dengan iman dalam segala rukun dan ketentuannya).
Sehingga bagaimanapun besarnya badai (cobaan) yang menerpa, ia akan tetap
berdiri kokoh dan tidak tergotangkan. Maka untuk menguatkan pondasi iman
tersebut, kita perlu memperhatikan dan merenungkan nasihat ahli hikmah berikut
ini : “Jangan terlalau mengharapkan
yang manis saja dalam hidup ini, karena seringkali yang manis itu membuat sakit
perut. Dan jangan pula takut menghadapi yang pahit, karena siapa tahu dalam
yang pahit itu terkandung obat yang mujarab”.
2.
Kemurnian Iman. Salahuddin Al-Ayyubi, adalah
pahlawan islam yang sangat terkenal yang ketika, terjadi perang salib (pada
abad ke-6 H) beliau telah berhasil mengantarkan umat islam kepada kejayaan yang
gilang gemilang. Diceritakan pula betapa beliau sangat teratur dalam
menjalankan shalat, berpuasa ketika bertempur melawan tentara kaum kafir, rajin
menjalankan shalat tahajjud dan juga berdo’a kepada Allah. Di antara do’anya
yang terkenal adalah : Wahai Tuhanku, sungguh telah putuslah
kemampuan-kemampuanku di bumi dalam menolong agama-Mu. Tidak ada lagi yang
tinggal melainkan berhubungan dengan Engkau, berpegang tali dengan engkau dan
karunia Engkau, engkaulah sebaik-baiknya bagiku dalam berserah diri”. Dengan
kekuatan iman yang dasyat itulah akhirnya Salahuddin Al-Ayyubi beserta bala
tentara kaum muslimin yang walaupun jauh lebih sedikit mampu mengalahkan
balatentara kaum kafir yang jumlahnya jauh lebih banyak dan lebih lengkap
persenjataannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar