Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Rabu, 24 April 2013

101. JANGAN SAMPAI KITA MEMPUNYAI IMAN DAN KEYAKINAN YANG LEMAH



Man zhanna infikaaka luthfihi ‘an qadrihi fadzaalika liqushuuri nazharihi

Artinya : barangsiapa menyangka terlepasnya sifat kasih saying Allah dari qudrat-Nya, maka yang demikian itu karena kependekan pengertiannya”.

Dalam terdahulu telah diterangkan, bahwa justru dengan cobaan-cobaan Allah mencurahkan kasih saying-Nya. Karena itu jika ada orang yang merasa dirinya tidak mendapat kasih saying Allah kiteka sedang menerima cobaan, maka berarti (iman) dan (keyaqinan) orang tersebut dalam keadaan lemah.
Allah telah menyindir orang-orang yang demikian ini dalam Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 11, yang artinya :
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi-tepi. Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang, (maka) rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata”.

Menurut An-Nadawy, kebanyakan manusia itu menganggap bahwa cobaan hidup itu dapat melemahkan cita-cita dan melumpuhkan akidah. Karena pada dasarnya manusia itu inginnya yang mudah-mudah dan tanpa kesulitan. Akan tetapi bagi orang-orang yang beriman dan mau menyempurnakan akidahnya, cobaan itu justru memicu semangatnya untuk mengabdi dan menyembah kepada-Nya, dan juga mempertebal iman dan taqwanya kepada Allah.
Lebih lanjut An-Nadawy menjelaskan bahwa jika cobaan hidup yang dialami itu demikian sering dan pahitnya, maka mereka percaya bahwa yang menjadikan atau menggerakkan semua itu tidak lain adalah Tangan Allah (kekuasaan Allah).
Orang-orang yang demikian inilah yang demikian inilah yang dikehendaki Allah, sebagaimana firman-Nya dalam Al-qur’an Surat Ali-Imran ayat 146, yang artinya :
Maka mkereka tidak menjadi lemah oleh musibah yang menimp[a mereka dijalan Allah, tidak pula menjadi lemah dan mundur”.

Dalam kaitannya dengan ban ini, ada beberapa hal yang perlu diketahui. Di antaranya adalah :
1.                   Fondasi Iman. Menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah, untuk membangun gedung yang tinggi (cita-cita yang luhur), maka diperlukan pondasi yang kuat (yakni dengan iman dalam segala rukun dan ketentuannya). Sehingga bagaimanapun besarnya badai (cobaan) yang menerpa, ia akan tetap berdiri kokoh dan tidak tergotangkan. Maka untuk menguatkan pondasi iman tersebut, kita perlu memperhatikan dan merenungkan nasihat ahli hikmah berikut ini : “Jangan terlalau mengharapkan yang manis saja dalam hidup ini, karena seringkali yang manis itu membuat sakit perut. Dan jangan pula takut menghadapi yang pahit, karena siapa tahu dalam yang pahit itu terkandung obat yang mujarab”.
2.                   Kemurnian Iman. Salahuddin Al-Ayyubi, adalah pahlawan islam yang sangat terkenal yang ketika, terjadi perang salib (pada abad ke-6 H) beliau telah berhasil mengantarkan umat islam kepada kejayaan yang gilang gemilang. Diceritakan pula betapa beliau sangat teratur dalam menjalankan shalat, berpuasa ketika bertempur melawan tentara kaum kafir, rajin menjalankan shalat tahajjud dan juga berdo’a kepada Allah. Di antara do’anya yang terkenal adalah : Wahai Tuhanku, sungguh telah putuslah kemampuan-kemampuanku di bumi dalam menolong agama-Mu. Tidak ada lagi yang tinggal melainkan berhubungan dengan Engkau, berpegang tali dengan engkau dan karunia Engkau, engkaulah sebaik-baiknya bagiku dalam berserah diri”. Dengan kekuatan iman yang dasyat itulah akhirnya Salahuddin Al-Ayyubi beserta bala tentara kaum muslimin yang walaupun jauh lebih sedikit mampu mengalahkan balatentara kaum kafir yang jumlahnya jauh lebih banyak dan lebih lengkap persenjataannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar