132. HIJAB ALLAH
ITU BERUPA NUR (CAHAYA)
Laulaazhuhuuruhu
fiilmukawwanaati maawaqa’a ‘alaihaa wujuudu abshaarin lauzhaharat shifatuhu
idhmahalat mukawwanaatuhu.
Artinya
: andaikan Allah tidak hadir (nyata) pada benda-benda ala mini, niscaya tidak
akan terjadi penglihatan padanya. Dan andaikan allah menghadirkan
sifat-sifat-Nya, pasti lenyaplah alam bendanya”.
Hal
ini sebagaimana yang dialami Nabi Musa ketika mohon kepada Allah agar
menampakkan dirinya dihadapannya. Kemudian Allah memerintahkan Nabi Musa untuk
melihat gunung yang berada didepannya. Tetapi tatkala Allah baru menampakkan
cahaya-Nya, gunung yang kokoh itu hancur berantakan dan Musa pun tersungkur
pingsan.
Perlu
diketahui, bahwa sifat-sifat Allah itu ada yang salbiyah (meniadakan diri dari
sifat-sifat yang tidak sesuai dengan kesempurnaan Dzat-Nya). Tsubutiya (sebagai
ketetapan kepada Allah). Dzat dan Af’al (tentang keberadaan dan
perbuatan-perbuatan Allah).
A.
SIFAT-SIFAT SALBIYAH
Yang
termasuk ke dalam sifat-sifat salbiyah antara lain :
1.
Maha Awal dan Maha Akhir.
Yakni
adanya Allah itu mendahului segala sesuatu ada dan tidak didahului oleh
ketiadaan sebelumnya (tidak ada permulaan), sekaligus tida ada penghabisan bagi
wujud-Nya (kekal selama-lamanya).
Perhatikan
firman Allah dalam Al-qur’an Surat Al-Hadiyat ayat 13,
yang artinya :
Dia
(Allah) adalah Maha Pertama, Maha Terakhir, Maha Terang, dan Maha Tersembunyi
dan dialah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
Yang
dimaksud dengan Maha Terang adalah, bahwa dengan coptaan-ciptaan-Nya menjadikan
bukti yang terang akan adanya Dzat Yang menciptakan (Allah). Sedang maksud dari
Maha Tersembunyi adalah, bahwa Allah adalah Dzat Yang Tidah dapat dicapai oleh
panca indra dan tidak dapat diliputi oleh akal pikiran manusia yang serba
terbatas ini.
2.
Tidak serupa dengan sesuatu
apapun.
Yakni
allah tidak menyamai segala apa yang diciptakan-Nya, juga tidak ada sesuatupun
yang dapaty menyamai-Nya.
Firman
Allah dalam Al-Qur’an Surat As-Syuuro ayat 11, yang artinya :
Tidak
ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”.
Walaupun
diantara makhluq-Nya banyak yang memapu melihat, mendengar, berilmu, berkuasa,
bijaksana, dan sebagainya, namun kemampuan makhluq-makhluq tersebut sangat
terbatas dan sangat jauh kesempurnaan sebagaimana yang dimiliki Allah. Karena
itu, sangat mustahil apabila ada makhluq yang dapat menyerupai sifat-sifat
Allah.
Perhatikan
firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 255,
yang artinya :
Allah,
tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus
(makhluq-Nya), tidak bergantung dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di
langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa
izinnya?. Allah Mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa
berat memelihara keduanya dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.
3.
Maha Esa.
Yang
dimaksud Esa di sini adalah esa dalam Dzat-Nya,
Sifat-sifat-Nya,
serta Af’alnya.
Esa
dalam dzat-Nya, berarti bahwa Dzat Allah itu tidak tersusun dari beberapa
bagian yang terpotong-potong. Selain itu juga ada sekutu bagi-Nya dalam hal
melakukan apa saja.
Esa
dalam sifat-sifat-Nya, berarti bahwa tidak ada sesuatupun yang menyerupai
sifat-sifat Allah Yang segalanya Maha sempurna.
Sedang
Esa dalam Af’al-Nya, berarti bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat melakukan
atau berbuat sebagai mana yang Allah perbuat.
Lebih
lanjut Allah sendiri telah menerangkan sifat-sifat atau keadaan-nya,
sebagaimana yang tersebut dalam Al-Qur’an surat
Al-Ikhlas ayat 1-4, yang artinya :
Katakanlah:
Dia-lah Allah Yang Maha esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak doiperanakan. Dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan-Nya”.
Adalah
hal yang mustahil, bahwa mempunyai sekutu-sekutu atau mempunyai saingan (Tuhan
lain). Sebab sekiranya di langit dan di bumi ini ada tuhan lain yang selain
Allah, maka pastilah keduanya akan rusak binasa, karena masing-masing tuhan
akan saling berebut kekuasaan untuk mengatur ala mini.
Hal
ini sebagaimana tersebut dalam Al-qur’an
Surat Al-Anbiya’
ayat 22, yang artinya :
Andai
keduanya (langit dan bumi) itu ada tuhan lagi selain Allah, pasti keduanya akan
binasa”.
Juga
dalam Surat Al-Mukminun ayat 91, artinya :
Allah
tidak mengambil (mempunyai) anak dan tiada pula tuhan yang lain disang-Nya.
(andaikan tuhan itu ada yang lain selain Allah), maka tentulah setiap tuhan itu
akan membawa makhluq yang diciptakannya sendiri dan sebagian hendak mengalahkan
yang lain. Maha suci Allah dari apa yang mereka sebutkan”.
b.
SIFAT-SIFAT TSUBUTIYAH
Yang
termasuk ke dalam sifat-sifat tsubutiyah antara lain :
1.
kuasa (qudrat)
maksudnya
adalah, bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu yang diciptakan-Nya.
Perhatikan
firman Allah dalam Al-qur’an Surat
ayat 80, yang artinya :
Dia
Adalah yang menghidupkan serta mematikan dan di bawah kekuasann-Nya pula adanya
pertukaran malam dan siang. Apakah kamu semua tidak menggunakan akalmu?”
Juga
dalam Suarat An-Nur ayat 45, yang artinya :
Dan
Allah telah menciptakan segala jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan
itu ada yang berjalan diatas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki,
sedang sebagian (yang lain) berjalan-jalan dengan empat kaki.
Allah
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu”.
2.
Berkehendak (irodah).
Maksudnya
adalah, bahwa dia (Allah) menentukan segala sesuatu menurut apa yang
dikehendaki-Nya. Dan kalau Allah sudah berkehendak, maka tidak ada sesuatupun
yang bias menghalangi atau merubahnya,
Perhatikan
firman Allah dalan Al-qur’an surat An-Nahl ayat 40,
yang artinya :
Sesungguhnya
perkataan Kami terhadap sesuatu jika Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan
kepadanya :”Kun” (jadilah)” maka
jadilah ia”.
Demikian
mudahnya Allah dalam mewujudkan kehendak-Nya. Karena itu adalah sudah menjadi
kehendak-Nya, yang artinya manusia sama sekali tidak kuasa untuk merubah atau
menolaknya, kecuali hanya bias berusaha atau ikhtiar. Hal ini sebagaimana
firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Qoshos ayat 68,
yang artinya :
Dan
Tuhanmu menciptakan apa yang dia kehendaki dan memiliki-Nya. Sekali-kali tidak
ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka
persukutukan (dengan Dia)”.
Juga
dalam Al-Qur’an Surat Asy-syuuro ayat 49-50, yang artinya
:
Kepunyaan
Allah-lah langit dan bumi. Dai menciptakan apa yang dia kehendaki. Dia
memberikan anak-anak perempuan kepada siapa dia kehendaki dan memberikan anak
laki-laki. Atau dia menganugrahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan 9kepada
siapa yang dikehendaki-Nya). Dan dia
menjadikan mandul pada siapa yang dia kehendaki sesungguhnya dia Maha
mengetahui lagi Maha Kuasa”.
3. Mengetahu
(Ilmu)
Maksudnya
adalah, bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang lahir maupun yang
batin, yang terang maupun yang ghaib, yang telah terjadi maupun yang akan
terjadi. Dan segala apa yang ada di alam raya ini seluruhnya diliputi oleh
pengetahuan-Nya.
Selain
itu, Allah juga tidak pernah lupa terhadap apa-apa yang telah diketahuinya. Dan
pengetahuan Allah ini sama sekali tidak terbatasi oleh ruang dan waktu.
Sehubungan
hal ini, Allah berfirman dalam Al-qur’an
surat
Al-Mujahadah ayat 7, yang artinya :
Tidaklah
engkau perhatikan, bahwa Allah itu Maha Mengetahui apa yang ada di langit dan
apa yang ada di bumi?. Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan
dia adalah yang ke empatnya dan tiada antara lima orang, melainkan dia bersama
mereka di mana saja mereka bereda. Kemudian Allah akan memberitahukan kepada
mereka pada hari kiamat tentang apa yang telah mereka lakukan. Sesungguhnya
Allah adalah Maha mengetahui segala sesuatu”.
Juga
dalam surat
Al-An’am ayat 59, yang artinya :
Di
sisi Allah adalah kunci-kunci perkara yang ghaib. Tidak ada yang mengetahuinya
selain dia sendiri. Allah Maha mengetahui apa yang ada di darat dan di laut dan
tidak sehelai daun pun yang gugur, melainkan Dia pasti mengetahuinya. Tidak ada
sebutir biji dalam kegelapan bumi pula yang basah dan yang kering, melainkan
semua tentu tertulis dalam kitab yang terang”.
1.
Hidup (hayat)
Allah
swt. Adalah Maha Hidup. Kalau tidak hidup, maka tentu tidak bias berkuasa,
mendengar, mengetahui, melihat, memciptakan serta mengatur seluruh isi ala
mini.
Kehidupan
Allah adalah kehidupan yang sangat sempurna. Tidak diketahui oleh ketiadaan dan
tidak pula diakhiri oleh kematian sebagaimana hidupnya makhluq-makhluq di dunia
ini. Akan tetapi tentang bagaimana hakekat kehidupan Allah yang sebenarnya yang
dapat mengetahui atau bahkan hanya memperkirakannya.
Firman
Allah dalam Al-Qur’an Syrat Al-Furqan
ayat 58, yang artinya :
Dan
bertaqwalah kepada Yang Maha hidup yang tidak akan mati”.
2.
Berfirman (Kalam)
Allah
saw. Adalah Maha Berfirman. Adapun cara berfirman adalah tidak dengan huruf
atau suara. Dan hal ini sudah menjadi ketetapan Allah untuk dirinya sendiri.
Perhatikan
firman Allah dalam Al-qur’an surat asy-Syuro ayat 51,
yang artinya :
Dan
tidak seorang pun yang diberi firman oleh Allah (Firman Allah) itu tidak ada
batasnya, sebagaimana yang tersebut dalam Surat Luqman ayat 27, yang artinya :
Dan
andaikata semua pohon yang ada di bumi ini dijadikan pena dan lautan dijadikan
tinta dengan ditambah lagi sesudah itu tujuh lautan yang lain, maka belum akan
habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan”.
3.
Mendengar (Sama’) dan melihat
(Bashar)
Allah
swt. Adalah Maha mendengar dan Maha Melihat segala sesuatu, baik dalam keadaan
sepi maupun ramai, gelap gulita maupun terang benderang.
Seandainya
pada malam hari yang gelap gulita dan hitam pekat serta dalam keadaan hujan
deras yang disertai dengan bunyi guntur yang menggelegar terdapat seekor semut
kecil berwarna hitam yang berjalan diatas batu hitam, maka Allah akan dengan
amat mudah mendengar dan melihat gerakan-gerakan semut tersebut dari jarak yang
teramat jauh.
Adapun
tentang pendengaran dan penglihatan Allah adalah sangat berbeda dengan
pendengaran dan penglihatan semua makhluq-Nya yang serba terbatas dan
menggunakan alat-alat, seperti daun telinga, gendang telinga, kornea mata, biji
mata dan sebagainya.
Keadaan
Allah yang demikian itu telah dijelaskan dalam Al-qur’an Surat Mukmin ayat 20,
yang artinya :
Allah
memutuskan perkara kebenaran (keadilan). Apa yang mereka seru (puji) selain
dari allah itu, tidaklah dapat memutuskan perkara apapun. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
C. SIFAT-SIFAT
DZAT DAN SIFAT-SIFAT AF’AL
Sifat-sifat
Dzat yaitu sifat-sifat (ma’nawiyah).
Yaitu sifat hidup, mendengar, melihat, berkehendak, berdiri sendiri dan
sebagainya.
Sedangkan
sifat-sifat (af’al) yaitu
sifat-sifat yang berhubungan dengan segala yang diperbuat Allah, seperti
menciptakan alam dan seluruh isinya ini, memberi rizqi kepada semua
makhluq-Nya, dan sebagainya.
Dzat.
Dan kedudukan sifat-sifat itu hanya sebagai tambahan dari sifat Dzat. Namun
dikalangan ulama sendiri masih terdapat perselisihan paham tentang kedudukan
Dzat. Adapun yang menjadi pangkal perselisihan adalah :
-
Apakah Allah itu melihat dengan (Dzat),
mendengar dengan (Dzat), berfirman
dengan (Dzat) dan seterusnya?
-
Atau apakah Allah itu melihat dengan penglihatan, mendengar dengan pendengaran,
hidup dengan kehidupan dan seterusnya?
Lalu
bagaimana pendapat kita sendiri mengenai kedua tanda di atas? Sebagaimana orang
mukmin, kita hendaknya menjauhkan diri dengan memikirkan persolan-persoalan
semacam itu. Karena bagaimana pun dan dengan apapun juga pemikiran kita yang
sangat terbatas ini tak akan mampu memecahkan rahasia Allah.
Hal
ini sebagaimana firman Allah dalam al-qur’an
surat Thooha
ayat 110, yang artinya :
Allah
Maha Mengetahui apa yang ada dihadapan dan dibelakang mereka. Mereka (manusia-manusia) itu tidak dapat
meliputi (mengetahui) Tuhan dengan
pengetahuannya”.
Juga
dalam sebuah Hadits Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
Berfikirlah
mengenai makhluq allah dan jangan berfikir mengenai Allah (Dzat-Nya), sebab semua tentu tak dapat mencapai kadar pikirannya”.
Dengan
demikian, yang diperintahkan kepada kita hanyalah sebatas meyakini aka
maujudnya (adanya) Allah yang
memiliki nama-nama yang baik (Asmaul
Husna), mempunyai sifat-sifat yang luhur dan yang telah mencapai
kesempurnaan dalam hal apa saja secara mutlak.
133. SEGALA
SESUATU BISA MAUJUD KARENA ADANYA ALLAH
Azhara kullu
syai-in liannahulbaathinu wathawaa wujuuda kulli syai-in liannahu zhaahirun.
Artinya
: Allah mendhahirkan segala sesuatu, karena sesungguhnya Dia (Allah) itu
bersifat bathin. Dan Dia (Allah) yang melipat adanya segala sesuatu sebab Allah
itulah yang dhahir (jelas) pada tiap-tiap sesuatu”.
Diantara
nama-nama Allah yang baik, terdapat nama Adh-Dhohir, Al-Bathin. Adh-Dhohir
artinya : Maha Nyata, yang dengan sifat-sifat-Nya ini Allah menyatakan atau
menampakkan kewujudan-Nya dengan tanda-tanda ciptaan-Nya. Sedang Al-Bathin
artinya : Maha Tersembunyi, yang dengan sifat-sifat-Nya ini menyebabkan tak
seorangpun atau sesuatupun yang dapat mengenal Dzat-Nya.
Dengan
sifat-sifat-Nya, Allah menjadikan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya menjadi
terang dan nyata, sehingga tidak ada sesuatu yang samara di sisi-Nya. Dan
dengan sifat Dhohir-Nya, Allah menjadikan sesuatu yang dikehendaki-Nya menjadi
samara, sedang tidak ada sesuatu yang nyata di sisi-Nya.
Jadi
kesimpulan, bahwa Allah meujud di segala sesuatu yang wujud. Dan tidak ada yang
meujud selain Dia, kecuali dengan jalan yang mengikuti jalan-Nya (Sunnah-Nya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar