Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Senin, 22 April 2013

153. YANG DI INGINKAN DAN YANG DIKEHENDAKI OLEH NAFSU



Huzhhunnafsi fiilma’siyati zhaahirun jaliyyun wahuzh-zhuha fiith-tha’ati

Artinya : Bagaimana nafsu dalam urusan kema’siatan itu amatlah terang dan jelas. Sedang bagaimana nafsu dalam urusan taat amatlah halus dan samar’. Dan mengobati segala yang samara itu amatlah samara”.

Dalam bab terdahulu telah diterangkan, bahwa nafsu itu ada dua macam, yaitu nafsu (ammarah) dan nafsu (mutmainah).
Daya tarik nafsu (ammarah) untuk mengajak manusia agar agar melakukan kemaksiatan sangatlah jelas dan kuat. Sehingga banyak yang tergoda olehnya. Mereka hidup hanya bersenang-senang dan berhura-hura. Mereka tidak tahu (atau memang sudah tidak mau tahu) bahwa dibalik perbuatan yang menyenangkan itu ada jerat yang akan menyeretnya kelak kedalam neraka.
Sedang daya tarik nafsu (mutmainah) untuk mengajak manusia agar melakukan ketaatan sangatlah lemah dan samar, sehingga banyak manusia yang malas atau enggan mengerjakan perintah-perintah-Nya, padahal dibalik itu ada kesenangan dan kebahagiaan abadi yang sudah dijanjikan, yakni yang berupa syurga.
Di dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan.
Bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda, yang artinya :
Neraka itu telah didindingi oleh beberapa kesenangan, dan syurga itu telah didindingi oleh beberapa kebencian.(hal-hal yang tidak disenangi oleh manusia)”.
Kadang-kadang nafsu ammarah itu juga mengajak manusia kepada ketaatan. Akan tetapi kita harus berhati-hati, karena dibalik ketaatan yang dikendalikan oleh nafsu ammarah ini terselip maksud-maksud lain, seperti riya’,sombong, dan sebagainya. Karena itu kita harus berhati-hati agar jangan sampai terbujuk oleh ajakan nafsu ammarah yang demikian samara dan jahat ini.
Padahal ketaatan (amal) yang dikerjakan karena ada niat atau maksud-maksud lain yang bukan karena Allah, maka hal itu masuk kedalam dosa syirik (dosa krena mempersekutukan Allah). Walaupun hanya termasuk syirik kecil (asghor), namun besar sekali dosanya.

Di dalam hadits, Allah telah berfirman, yang artinya :
“Kerap kali amal kecil menjadi besar karena baik niatnya, dan kerap kali pula amal yang besar menjadi kecil karena salah niatnya”.
Lebih lanjut tentang kedudukan niat ini telah disebutkan dalam sebuah Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim, disitu disebutkan dengan niatnya. Barabgsiapa yang (hijrah) pada jalan Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasulull-Nya. Barangsiapa yang (hijrah) karena ingin memperoleh keduniaan, atau untuk mengawini seorang wanita, maka hijrahnya itu adalah kearah yang ditujunya itu”.
Imam Yahya An-Nawawy membagi amal yang baik itu menjadi tiga macam, yaitu :
1.       Amal hamba sahaya, yaitu beramal karena takut kepada Allah.
2.       Amal saudagar, yaitu beramal karena mengharapkan balasan atau pahala.
3.       Amal manusia merdeka, yaitu karena hal itu sudah merupakan kewajiban dan juga untuk mensyukuri nikmat Allah.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Bayyinah ayat 5, yang artinya: 
“dan tiada mereka diperintahkan melainkan supaya mengabdi kepada Allah dengan tulus ikhlas, beragama untuk Tuhan semata-mata”.

Selain itu masih banyak Hadits-hadits yang ada hubungannya dengan keikhlasan ini, diantaranya yang artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk dan kekayaan kalian tetapi Dia memperhatikan hati dan perbuatan kalian”.
“Pada hari kiamat hari yang tidak perlu diragukan lagi adanya, manusia dikumpulkan oleh Allah SWT. Ada yang berseru : Barang siapa yang pernah menyekutukan sesuatu kepada Allah pada suatu amal yang telah dilakukan, hendaklah ia meminta pahala kepada selain Allah itu, sebab Allah sama sekali tidak perlu pada penyekutuan itu.
“Barang siapa yang shalat dengan riya’, sesungguhnya dia telah melakukan syirik. Dan Barang siapa yang berpuasa dengan riya’, sesungguhnya ia telah melakukan syirik. Dan demikian juga barangsiapa yang bersedekah dengan riya’, sesungguhnya ia telah melakukan syirik. Karena Allah SWT. Berfirman (dalam hadits qudsi) : Aku adalah penentu yang terbaik bagi orang yang telah menyekutukan sesuatu kepada-Ku. Amal perbuatan yang sedikit maupun yang banyak itu bagi yang menyekutukannya, sedang Aku tidak perlu sama sekali kepadanya”.
Akan tetapi kalau kita beramal shaleh secara terang-terangan dengan tujuan (niat) agar banyak orang menirunya, maka hal ini diperbolehkan karena tidak termasuk kedalam riya’.
Adapun tentang balasan dari amal yang dilakukan dengan ikhlas ini tidak hanya dirasakan di akhirat saja, tetapi juga akan dirasakan di dunia. Hal ini sebagaimana kisah yang pernah diceritakan Rasulullah dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, yang artinya :
Hadits dari Abi abdir Rohman Abdullah bin Umar bin Khoth-thob r.a. berkata, saya pernah mendengar Rasulullah saw. Bersabda ; terjadi pada masa dahulu sebelum kamu, tiga orang berjalan-jalan sehingga terpaksa bermalam dalam sebuah gua. Tiba-tiba ketika mereka sedang dalam gua itu, jatuhlah sebuah batu yang besar dari atas bukit dan menutupi pintu gua itu, hingga mereka tidak bias keluar. Maka berkatalah mereka : sungguh tiada yang dapat menyelamatkan kami dari bahaya ini, kecuali jika (tawashul pada Allah) dengan amal-amal yang shaleh yang pernah kami lakukan dahulu kala. Maka berkata seorang dari mereka : Ya Allah. Dahulu saya mempunyai ayah dan ibu, dan saya biasa tidak memberi minum susu pada seorangpun pada keduanya, baik pada keluarga atau pada hamba sahaya, maka pada suatu hari agak kejauhan bagiku mengembala ternak sehingga tidak kembali pada ayah ibuku, kecuali sesudah malam dan ayah ibuku telah tidur. Maka saya terus menerus memeras susu untuk keduanya.

Saya pun segan untuk membangunkan keduanya. Dan saya pun tidak akan memberikan minum itu kepada siapapun sebelum ayah ibuku ini, maka saya tunggu keduanya hingga terbit fajar. Maka bangunlah keduanya dan minumlah dari susu yang aku peraskan itu.
Padahal semalam anak-anakku itu menangis minta susu itu, didekat kakiku. Ya Allah, jika saya berbuat itu benar-benar karena mengharap keridhoannmu, maka lapangkanlah keadaan kami ini. Maka menyisihlah sedikit batu itu, hanya saja mereka belum dapat keluar dari goa itu.
Berdo’a yang kedua : Ya Allah, dahulu saya pernah terikat cinta kasih pada anak gadis pamanku. Maka karena sangat cinta kasih, saya selalu merayu dan ingin berzina dengannya, tetapi ia selalu menolak hingga terjadi pada suatu saat ia diberitakan kelaparan dan dating minta bantuan kepadaku, maka saya berikan padanya uang seratus dua puluh dinar, tetapi dengan janji bahwa ia akan menyerahkan dirinya kepadaku pada malam harinya. Kemudian ketika saya telah berada di antara kedua kakinya, tiba-tiba ia berkata : Takutlah kepada Allah dan jangan kau pecahkan tutup kecuali dengan halal. Maka saya segera bangun daripadanya padahal saya masih tetap menginginkannya, dan saya tinggalkan dinar emas yang telah saya berikan kepadanya itu, Ya Allah, jika saya berbuat yang demikian itu semata-mata karena mengharap keridhoan-Mu, maka hindarkanlah kami dari kemalangan ini. Maka bergeraklah batu itu sedikit, tetapi mereka belum juga bias keluar dari gua itu.
Berdo’a yang ketiga :

Ya Allah, saya dahulu sebagai majikan, mempunyai banyak buruh pegawai, dan pada suatu hari ketika saya membayar upah buruh-buruh itu, tiba-tiba ada seorang dari mereka yang tidak sabar menunggu, lalu ia segera pergi meninggalkan upah dan terus pulang kerumahnya (tidak kembali). Maka saya pergumakan upah itu hingga bertambah dan berbuah hingga merupakan kekayaan. Kemudian setelah lama datingnya buruh itu kepadaku dan berkata : Hai Abdullah, berikan kepadaku upah yang dahulu itu!.. Jawabku : semua kekayaan yang ada didepanmu itu yang berupa onta, lembu, kambing, serta budak pengembala itu adalah upahmu. Berkatalah irang itu : Hai Abdullah, kau jangan mengejek kepadaku. Jawabku : Aku tidak mengejek kepadamu. Maka diambilnya semua yang saya sebut itu dan tidak menyisakan dari padanya. Yaa Allah, jika saya berbuat yang demikian itu karena mengharap keridhoann-Mu, maka hindarilah kami dari kesempitan ini.
Tiba-tiba bergerak batu itu, hingga mereka bertiga bias keluar dari dalam gua itu dengan selamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar