Huzhhunnafsi
fiilma’siyati zhaahirun jaliyyun wahuzh-zhuha fiith-tha’ati
Artinya : Bagaimana nafsu dalam urusan kema’siatan
itu amatlah terang dan jelas. Sedang bagaimana nafsu dalam urusan taat amatlah
halus dan samar’. Dan mengobati segala yang samara itu amatlah samara”.
Dalam
bab terdahulu telah diterangkan, bahwa nafsu itu ada dua macam, yaitu nafsu (ammarah) dan nafsu (mutmainah).
Daya
tarik nafsu (ammarah) untuk mengajak
manusia agar agar melakukan kemaksiatan sangatlah jelas dan kuat. Sehingga
banyak yang tergoda olehnya. Mereka hidup hanya bersenang-senang dan
berhura-hura. Mereka tidak tahu (atau
memang sudah tidak mau tahu) bahwa dibalik perbuatan yang menyenangkan itu
ada jerat yang akan menyeretnya kelak kedalam neraka.
Sedang
daya tarik nafsu (mutmainah) untuk
mengajak manusia agar melakukan ketaatan sangatlah lemah dan samar, sehingga
banyak manusia yang malas atau enggan mengerjakan perintah-perintah-Nya,
padahal dibalik itu ada kesenangan dan kebahagiaan abadi yang sudah dijanjikan,
yakni yang berupa syurga.
Di
dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan.
Bahwasanya
Rasulullah saw. Bersabda, yang artinya :
Neraka itu telah didindingi oleh
beberapa kesenangan, dan syurga itu telah didindingi oleh
beberapa kebencian.(hal-hal yang
tidak disenangi oleh manusia)”.
Kadang-kadang
nafsu ammarah itu juga mengajak manusia kepada ketaatan. Akan tetapi kita harus
berhati-hati, karena dibalik ketaatan yang dikendalikan oleh nafsu ammarah ini
terselip maksud-maksud lain, seperti riya’,sombong, dan sebagainya. Karena itu
kita harus berhati-hati agar jangan sampai terbujuk oleh ajakan nafsu ammarah
yang demikian samara dan jahat ini.
Padahal
ketaatan (amal) yang dikerjakan
karena ada niat atau maksud-maksud lain yang bukan karena Allah, maka hal itu
masuk kedalam dosa syirik (dosa krena mempersekutukan Allah). Walaupun hanya
termasuk syirik kecil (asghor), namun
besar sekali dosanya.
Di
dalam hadits, Allah telah berfirman, yang artinya :
“Kerap
kali amal kecil menjadi besar karena baik niatnya, dan kerap kali pula amal
yang besar menjadi kecil karena salah niatnya”.
Lebih
lanjut tentang kedudukan niat ini telah disebutkan dalam sebuah Hadits Riwayat
Bukhari dan Muslim, disitu disebutkan dengan niatnya. Barabgsiapa yang (hijrah) pada jalan Allah dan Rasul-Nya,
maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasulull-Nya. Barangsiapa yang (hijrah) karena ingin memperoleh
keduniaan, atau untuk mengawini seorang wanita, maka hijrahnya itu adalah
kearah yang ditujunya itu”.
Imam
Yahya An-Nawawy membagi amal yang baik itu menjadi tiga macam, yaitu :
1. Amal hamba sahaya, yaitu
beramal karena takut kepada Allah.
2. Amal saudagar, yaitu beramal
karena mengharapkan balasan atau pahala.
3. Amal manusia merdeka, yaitu
karena hal itu sudah merupakan kewajiban dan juga untuk mensyukuri nikmat
Allah.
Allah
berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Bayyinah ayat 5,
yang artinya:
“dan
tiada mereka diperintahkan melainkan supaya mengabdi kepada Allah dengan tulus
ikhlas, beragama untuk Tuhan semata-mata”.
Selain
itu masih banyak Hadits-hadits yang ada hubungannya dengan keikhlasan ini,
diantaranya yang artinya :
“Sesungguhnya
Allah tidak
melihat bentuk dan kekayaan kalian tetapi Dia memperhatikan hati dan perbuatan
kalian”.
“Pada hari kiamat
hari yang tidak perlu diragukan lagi adanya, manusia dikumpulkan oleh Allah SWT. Ada yang
berseru : Barang siapa yang pernah menyekutukan sesuatu kepada Allah pada suatu
amal yang telah dilakukan, hendaklah ia meminta pahala kepada selain Allah itu,
sebab Allah sama sekali tidak perlu pada penyekutuan itu.
“Barang siapa
yang shalat dengan riya’,
sesungguhnya dia telah melakukan syirik. Dan Barang siapa yang berpuasa dengan
riya’, sesungguhnya ia telah melakukan syirik. Dan demikian juga barangsiapa
yang bersedekah dengan riya’, sesungguhnya ia telah melakukan syirik. Karena
Allah SWT. Berfirman (dalam hadits qudsi) : Aku adalah penentu yang terbaik bagi
orang yang telah menyekutukan sesuatu kepada-Ku. Amal perbuatan yang sedikit
maupun yang banyak itu bagi yang menyekutukannya, sedang Aku tidak perlu sama
sekali kepadanya”.
Akan
tetapi kalau kita beramal shaleh secara terang-terangan dengan tujuan (niat)
agar banyak orang menirunya, maka hal ini diperbolehkan karena tidak termasuk
kedalam riya’.
Adapun
tentang balasan dari amal yang dilakukan dengan ikhlas ini tidak hanya dirasakan di akhirat saja, tetapi juga akan dirasakan di dunia.
Hal ini sebagaimana kisah yang pernah diceritakan Rasulullah dalam hadits yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim, yang artinya :
Hadits dari Abi abdir Rohman Abdullah bin Umar bin
Khoth-thob r.a. berkata, saya pernah mendengar Rasulullah saw. Bersabda ;
terjadi pada masa dahulu sebelum kamu, tiga orang berjalan-jalan sehingga
terpaksa bermalam dalam sebuah gua. Tiba-tiba ketika mereka sedang dalam gua
itu, jatuhlah sebuah batu yang besar dari atas bukit dan menutupi pintu gua
itu, hingga mereka tidak bias keluar. Maka berkatalah mereka : sungguh tiada
yang dapat menyelamatkan kami dari bahaya ini, kecuali jika (tawashul pada
Allah) dengan amal-amal yang shaleh yang pernah kami lakukan dahulu kala. Maka
berkata seorang dari mereka : Ya Allah. Dahulu saya mempunyai ayah dan ibu, dan
saya biasa tidak memberi minum susu pada seorangpun pada keduanya, baik pada
keluarga atau pada hamba sahaya, maka pada suatu hari agak kejauhan bagiku
mengembala ternak sehingga tidak kembali pada ayah ibuku, kecuali sesudah malam
dan ayah ibuku telah tidur. Maka saya terus menerus memeras susu untuk
keduanya.
Saya
pun segan untuk membangunkan keduanya. Dan saya pun tidak akan memberikan minum
itu kepada siapapun sebelum ayah ibuku ini, maka saya tunggu keduanya hingga
terbit fajar. Maka bangunlah keduanya dan minumlah dari susu yang aku peraskan
itu.
Padahal
semalam anak-anakku itu menangis minta susu itu, didekat kakiku. Ya Allah, jika
saya berbuat itu benar-benar karena mengharap keridhoannmu, maka lapangkanlah
keadaan kami ini. Maka menyisihlah sedikit batu itu, hanya saja mereka belum
dapat keluar dari goa itu.
Berdo’a yang
kedua : Ya
Allah, dahulu saya pernah terikat cinta kasih pada anak gadis pamanku. Maka
karena sangat cinta kasih, saya selalu merayu dan ingin berzina dengannya,
tetapi ia selalu menolak hingga terjadi pada suatu saat ia diberitakan
kelaparan dan dating minta bantuan kepadaku, maka saya berikan padanya uang
seratus dua puluh dinar, tetapi dengan janji bahwa ia akan menyerahkan dirinya
kepadaku pada malam harinya. Kemudian ketika saya telah berada di antara kedua
kakinya, tiba-tiba ia berkata : Takutlah kepada Allah dan jangan kau pecahkan
tutup kecuali dengan halal. Maka saya segera bangun daripadanya padahal saya
masih tetap menginginkannya, dan saya tinggalkan dinar emas yang telah saya
berikan kepadanya itu, Ya Allah, jika saya berbuat yang demikian itu
semata-mata karena mengharap keridhoan-Mu, maka hindarkanlah kami dari
kemalangan ini. Maka bergeraklah batu itu sedikit, tetapi mereka belum juga
bias keluar dari gua itu.
Berdo’a yang
ketiga :
Ya
Allah, saya dahulu sebagai majikan, mempunyai banyak buruh pegawai, dan pada
suatu hari ketika saya membayar upah buruh-buruh itu, tiba-tiba ada seorang
dari mereka yang tidak sabar menunggu, lalu ia segera pergi meninggalkan upah
dan terus pulang kerumahnya (tidak kembali). Maka saya pergumakan upah itu
hingga bertambah dan berbuah hingga merupakan kekayaan. Kemudian setelah lama
datingnya buruh itu kepadaku dan berkata : Hai Abdullah, berikan kepadaku upah
yang dahulu itu!.. Jawabku : semua kekayaan yang ada didepanmu itu yang berupa
onta, lembu, kambing, serta budak pengembala itu adalah upahmu. Berkatalah irang
itu : Hai Abdullah, kau jangan mengejek kepadaku. Jawabku : Aku tidak mengejek
kepadamu. Maka diambilnya semua yang saya sebut itu dan tidak menyisakan dari
padanya. Yaa Allah, jika saya berbuat yang demikian itu karena mengharap
keridhoann-Mu, maka hindarilah kami dari kesempitan ini.
Tiba-tiba
bergerak batu itu, hingga mereka bertiga bias keluar dari dalam gua itu dengan
selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar