Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Senin, 22 April 2013

154. ORANG LAIN TIDAK AKAN DAPAT MELIHAT PENYAKIT RIYA’ YANG ADA PADAMU



Rubbamaa dakhalarriya-u ‘alaika min haitsu laayanzhurulkhalqi ilaika

Artinya : Kadang-kadang riak ini masuk kepadamu dari arah yang orang tidak melihat kepadamu”.

Setiap manusia atau bahkan malaikat sekalipun, tidak akan bias menilai dengan sebenar-benarnya akan amal yang dilakukan oleh orang lain. Mereka hanya dapat melihat dari sisi lahirnya saja, tetapi dari sisi batinnya tidak akan ada yang tahu, kecuali hanya Allah yang dapat mengetahuinya.
Dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan Thobroni yang diantara perowinya termasuk Al-Jamius Shohih, disebutkan, bahwa Allah berfirman, yang artinya :
“Kelak pada hari kiamat akan didatangkan beberapa buku yang telah disegel (buku amal pekerjaan harian menurut catatan Raqib dan Atid) lalu dihadapkan kepada Allah swt. (pada waktu itu) Allah berfirman : buanglah ini semuanya.
Malaikat berkata : Demi kekuasaan engkau, kami tidak melihat didalamnya melainkan yang baik-baik saja, selanjutnya Allah berfirman sesungguhnya isinya catatan ini dilakukan bukan karena Aku, dan Aku sesungguhnya tidak akan menerima kecuali apa-apa yang dilaksanakan karena mencari keridhoan-Ku”.
Adapun riya’ itu terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1.                   Riya’jali (terang), yaitu seseorang yang menjalankan amal kebajikan dihadapan orang sholeh yang berbakti kepada Allah.
2.                   Riya’khofi (samara), yaitu seseorang yang merahasiakan amal kebajikannya dari hadapan orang lain, tetapi dalam merahasiakannya itu ia bertujuan agar dirinya mendapat pujian.
Adapun tanda-tanda riya’ khofi antara lain : senang dihormati, merasa benci bila diremehkan, suka menonjolkan diri, ingin diutamakan atau didahulukan kebutuhannya, ingin dimurahkan dalam pembelian, ingin dianggap penting merasa dirinya npaling berjasa, paling pandai dan sebagainya.
Dengan keterangan di atas, kiranya akan sulit bagi kita untuk melepaskan diri dari riya’. Kecuali apabila kita dapat berma’rifat kepada Allah dan membersihkan hatiini dari segala macam bentuk kesyirikan, baik syirik besar mapun syirik kecil (riya’).
Yusuf bin Hussen r.a. pernah berkata, yang artinya :
“Sesuatu yang paling utama di (Dunia) adalah (Ikhlas). Dan beberapa kali aku berjuang dalam menggugurkan riak dari dalam hatiku. Akan tetapi riak itu timbul kembali dalam hatiku dalam bentuk corak lain”.

Sehubungan dengan hal ini, Imam Al-Ghozali berpendapat, bahwa penilaian amal yang dikerjakan seseorang itu tergantung kepada kekuatan pendorongnya,yaitu :
1.          Apabila pendorong keagamaannya (untuk mendekatkan diri kepada Allah) sama kuat (seimbang) dengan pendorong ria’nya maka ia tidak mendapat pahala dan juga tidak mendapat siksa.
2.          Apabila pendorong riya’nya lebih kuat disbanding pendorong keagamaannya, maka ia mendapat siksa sesuai dengan kadar ria’nya,
3.          Apabila pendorong keagamaannya lebih kuat disbanding dorongan-dorongan lain,maka ia akan mendapat (pahala), sesuai dengan kadar keikhlasannya yang kemudian dilipat gandakan sesuai dengan kehendak Allah.

Hal ini sesuai firman Allah dalam Al-qur’an Surat Al-Zalzala ayat 7-8,yang artinya :
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dlarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dlarrahpun, niscaya ia akan melihat (balasan) nya pula”.

Didalam sebuah hadits qudsi diriwayatkan oleh Qutni dari Anas r.a. dengan isnat Hasan, disebutkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda : yang artinya :
‘Apabila seorang beramal beberapa amal yang baik, para malaikat naik membawanya dalam satu buku yang disegel. Buku itu diletakkan dihadapan Allah swt. Kemudian Allah berfirman :” Buanglah buku-buku ini, karena amalan-amalan ini dilakukan bukan karena Aku. Kemudian Dia memerintahkan kepada malaikat :” Tulislah baginya begini dan begitu. Malaikat menyahut :’ Wahai Tuhan kami, sesungguhnya ia tidak pernah melakukan yang demikian ini “.
Allah berfirman :”itu adalah pahala terhadap amal yang ia niatkan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar