Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Senin, 22 April 2013

157. BUKTI-BUKTI KECINTAAN KITA KEPADA ALLAH



Man ‘arafal khaqqa syahidahu syai-in waman faniya bihi ghoba ‘an kulli syai-in. waman ahabbahu lam yu’tsir ‘alaihi syai-an.

Artinya Barang siapa menhenal Allah, pastikan dia dapat menyaksikan di dalam sesuatu. Dan barang siapa yang fanah (tidak mengenal) Allah, niscaya samarlah dari sesuatu. Dan barang siapa yang cinta pada Allah, maka dia tiada akan mengatakan sesuatu itu atasnya”.

Seseorang yang mengaku cinta kepada Allah, maka dia harus membuktikan cintanya tersebut dengan jalan melaksanakan segala perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, serta mengakui bahwa segala apa yang ada di ala mini adalah merupakan bukti akan adanya Allah sebagai penciptanya.
Firman Allah dalam Al-qur’an Surat Ali-Imran ayat 90, yang artinya :
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka”.
Dan tentang bagaimana caranya agar kita dapat lebih yakin, bahwa Allah itu

ada, kita bias melihat kenyataan-kenyataan yang ada pada diri kita dan juga pada benda-benda yang ada disekitar kita. Misalnya :
-                                 Menurut penyelidikan para ilmuan, tubuh kita ini terbentuk dari bermilyar-milyar sel. Padahal itu hanya bermula dari satu sel, yaitu yang berasal dari pertemuan antara sel jantang dan sel betina. Dalam waktu tertentu ia berkembang dan terus berkembang dari satu menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi delapan dan seterusnya hingga menjadi bermilyar-milyar sel yang membentuk tubuh manusia sebagaimana tubuh kita ini. Sekian milyar sel bersatu membentuk jaringan tangan, sekian milyar lagi membentuk jaringan kepala, jaringan tulang, jaringan otak, jaringan hati, jaringan ginjal, jaringan paru-paru, dan sebagainya hingga menjadi satu kesatuan yang disebut dengan tubuh. Kesemua jaringan tersebut lalu mempungsikan dirinya sebagaimana tugasnya masing-masing. Kiranya tidak pernah terjadi kesingpang siuran antara masing-masing organ dalam menjalankan tugasnya. Juga masing-masing sel tidak pernah membentuk jaringan yang sama, hingga tubuh manusia hanya terdiri dari kaki saja, tangan dan sebagainya. Lalu apakah kesemuanya itu bias terjadi dengan sendirinya? Kalau terjadi dengan sendirinya, mengapa bias demikian teratur dan seimbang? Secara logika (akal sehat), bahwa segala sesuatu takkan bias terjadi tanpa ada yang menjadikan, dan takkan bias teratur tanpa ada yang mengaturnya. Lalu siapa yang menjadikan serta mengatur tubuh ini hingga demikian sempurna? Kalau dijawab bapak, mengapa ada bapak yang mempunyai anak cacat, dan sebagainya kalau dijawab ibu, mengapa ada ibu ya yang mempunyai anak yang jelek, bodoh, dan sebagainya? Kala sekiranya Ayah dan ibu yang menciptakan, tentu mereka menjadikan anaknya sesempurnasempurna mungkin. Akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian, kalau begitu, kita dapat langsung mengambil kesimpulan, bahwa yang menjadikan dan mengatur segala (gerak) organ-organ tubuh kita ini tidak lain hanyalah Allah, karena selain Allah, tidak akan ada yang dapat melakukannya.
-                                 Demikian pula yang terjadi antara ayam dan telur, kita tentu tidak setuju, kalau dikatakan bahwa btelur itu ada lebih dulu dari pada ayam. Sebab kaklau telur lebih dulu, lalu siapa yang mengeluarkan telur kalau bukan ayam?. Akan tetapi kita juga tidak setuju, kalau dikatakan ayam itu ada lebih dahulu, lalu darimana dia menetas kalau bukan dari telur?.lalu kalau demikian, manakah yang lebih dahulu ada, telur atau ayam? Secara logika, kita mau tidak mau tentu akan mengatakan, bahwa pasti ada yang menciptakan ayam atau telur itu lebih dulu. Kalau demikian yang diciptakan terlebih dulu itu menyebabkan munculnya yang lain. Demikian seterusnya. Kita sudah demikian terkagum-kagum merenungkan proses terjadinya         
                        manusia. Namun akan tetapi akan lebih terkagum-kagum lagi kalau kita  

                          merenungkan tentang peruses terjadinya (angkasa raya) ini berikut   pengaturan matahari, pelanet-pelanet, bulan, bintang-bintang serta   benda-benda langit lainnya.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an Surat Al-Mukminun ayat 57, yang artinya :
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi itu lebih besar dari pada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”.

Setelah kita mengetahui akan kebesaran dan keagungan Allah yang telah menciptakan kita, menciptakan langit dan bumi serta yang ada di antara keduanya, dan mengetahui kelemahan-kelemahan kita, maka sungguh menggelikan kalau sampai ada diantara kita yang secara tak tahu malu menyombongkan dirinya di hadapan orang lain.
Di dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Muslim dan Thoroni disebutkan, bahwa Allah berfirman, yang artinya :
“Keperkasaan dan kemulyaan itu ibarat kainku (pakaianku) keagungan dan kebesaran itu ibarat (selendangku). Maka bagi siapa yang berusaha menyamai Aku sedikitpun, niscaya Kusiksa dia”.
Adapun bagi orang-orang yang menyombongkan diri, Allah telah memberinya peringatan sebagaimana yang tersebut dalam Al-qur’an Surat An-Nahl ayat 29, yang artinya :
“Maka masuklah kalian ke dalam pintu-pintu neraka jahanam dan kekal di dalamnya. Itulah seburuk-buruknya tempat kediaman bagi orang-orang yang menyombongkan diri”.
Sedang orang-orang yang mencintai Allah, sedikitpun mereka tidak akan pernah menyombongkan diri terhadap apa yang ada pada dirinya. Bahkan dengan kenikmatan yang demikian besar itu, menambah rasa syukur dan pengabdian kepada Allah.
Firman allah dalam hadits qudsi, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Najjar yang bersumber dari Muhajir bin Hubeb r.a, yang artinya :
“Sesungguhnya Aku (Allah) bukan pengabul setiap ucapan dan katakata ahli hikmah akan tetapi Aku mengabulkan cita-cita kehendak serta nafsu yang mendorong pada perbuatan yang dicintai dan diridhoi oleh-Ku. Aku jadikan hikmah dan ketenangan jiwanya sebagai pujian kepada-Ku meskipun ia tidak mengucapkan sepatah katapun “.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar