Man
‘arafal khaqqa syahidahu syai-in waman faniya bihi ghoba ‘an kulli syai-in.
waman ahabbahu lam yu’tsir ‘alaihi syai-an.
Artinya Barang siapa menhenal
Allah, pastikan dia dapat menyaksikan di dalam sesuatu. Dan barang siapa yang
fanah (tidak mengenal) Allah, niscaya samarlah dari sesuatu. Dan barang siapa
yang cinta pada Allah, maka dia tiada akan mengatakan sesuatu itu atasnya”.
Seseorang yang mengaku cinta
kepada Allah, maka dia harus membuktikan cintanya tersebut dengan jalan
melaksanakan segala perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, serta
mengakui bahwa segala apa yang ada di ala mini adalah merupakan bukti akan
adanya Allah sebagai penciptanya.
Firman Allah dalam Al-qur’an Surat Ali-Imran ayat 90, yang
artinya :
“(Yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa api neraka”.
Dan tentang bagaimana caranya
agar kita dapat lebih yakin, bahwa Allah itu
ada, kita bias melihat
kenyataan-kenyataan yang ada pada diri kita dan juga pada benda-benda yang ada
disekitar kita. Misalnya :
-
Menurut penyelidikan para ilmuan,
tubuh kita ini terbentuk dari bermilyar-milyar sel. Padahal itu hanya bermula
dari satu sel, yaitu yang berasal dari pertemuan antara sel jantang dan sel
betina. Dalam waktu tertentu ia berkembang dan terus berkembang dari satu
menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi delapan dan seterusnya hingga
menjadi bermilyar-milyar sel yang membentuk tubuh manusia sebagaimana tubuh
kita ini. Sekian milyar sel bersatu membentuk jaringan tangan, sekian milyar
lagi membentuk jaringan kepala, jaringan tulang, jaringan otak, jaringan hati,
jaringan ginjal, jaringan paru-paru, dan sebagainya hingga menjadi satu
kesatuan yang disebut dengan tubuh. Kesemua jaringan tersebut lalu mempungsikan
dirinya sebagaimana tugasnya masing-masing. Kiranya tidak pernah terjadi
kesingpang siuran antara masing-masing organ dalam menjalankan tugasnya. Juga
masing-masing sel tidak pernah membentuk jaringan yang sama, hingga tubuh
manusia hanya terdiri dari kaki saja, tangan dan sebagainya. Lalu apakah
kesemuanya itu bias terjadi dengan sendirinya? Kalau terjadi dengan sendirinya,
mengapa bias demikian teratur dan seimbang? Secara logika (akal sehat), bahwa
segala sesuatu takkan bias terjadi tanpa ada yang menjadikan, dan takkan bias teratur
tanpa ada yang mengaturnya. Lalu siapa yang menjadikan serta mengatur tubuh ini
hingga demikian sempurna? Kalau dijawab bapak, mengapa ada bapak yang mempunyai
anak cacat, dan sebagainya kalau dijawab ibu, mengapa ada ibu ya yang mempunyai
anak yang jelek, bodoh, dan sebagainya? Kala sekiranya Ayah dan ibu yang
menciptakan, tentu mereka menjadikan anaknya sesempurnasempurna mungkin. Akan
tetapi pada kenyataannya tidak demikian, kalau begitu, kita dapat langsung
mengambil kesimpulan, bahwa yang menjadikan dan mengatur segala (gerak)
organ-organ tubuh kita ini tidak lain hanyalah Allah, karena selain Allah,
tidak akan ada yang dapat melakukannya.
-
Demikian pula yang terjadi antara
ayam dan telur, kita tentu tidak setuju, kalau dikatakan bahwa btelur itu ada
lebih dulu dari pada ayam. Sebab kaklau telur lebih dulu, lalu siapa yang
mengeluarkan telur kalau bukan ayam?. Akan tetapi kita juga tidak setuju, kalau
dikatakan ayam itu ada lebih dahulu, lalu darimana dia menetas kalau bukan dari
telur?.lalu kalau demikian, manakah yang lebih dahulu ada, telur atau ayam?
Secara logika, kita mau tidak mau tentu akan mengatakan, bahwa pasti ada yang
menciptakan ayam atau telur itu lebih dulu. Kalau demikian yang diciptakan
terlebih dulu itu menyebabkan munculnya yang lain. Demikian seterusnya. Kita
sudah demikian terkagum-kagum merenungkan proses terjadinya
manusia. Namun akan
tetapi akan lebih terkagum-kagum lagi kalau kita
merenungkan tentang
peruses terjadinya (angkasa raya) ini berikut
pengaturan matahari, pelanet-pelanet, bulan, bintang-bintang serta benda-benda langit lainnya.
Hal
ini sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an
Surat Al-Mukminun ayat 57, yang artinya :
“Sesungguhnya
penciptaan langit dan bumi itu lebih besar dari pada penciptaan manusia, akan
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”.
Setelah kita mengetahui akan
kebesaran dan keagungan Allah yang telah menciptakan kita, menciptakan langit
dan bumi serta yang ada di antara keduanya, dan mengetahui kelemahan-kelemahan
kita, maka sungguh menggelikan kalau sampai ada diantara kita yang secara tak
tahu malu menyombongkan dirinya di hadapan orang lain.
Di dalam hadits qudsi yang
diriwayatkan oleh Muslim dan Thoroni disebutkan, bahwa Allah berfirman, yang
artinya :
“Keperkasaan dan kemulyaan itu
ibarat kainku (pakaianku) keagungan
dan kebesaran itu ibarat (selendangku).
Maka bagi siapa yang berusaha menyamai Aku sedikitpun, niscaya Kusiksa dia”.
Adapun bagi orang-orang yang menyombongkan
diri, Allah telah memberinya peringatan sebagaimana yang tersebut dalam Al-qur’an Surat An-Nahl ayat 29, yang
artinya :
“Maka masuklah kalian ke dalam
pintu-pintu neraka jahanam dan kekal di dalamnya. Itulah seburuk-buruknya
tempat kediaman bagi orang-orang yang menyombongkan diri”.
Sedang orang-orang yang
mencintai Allah, sedikitpun mereka tidak akan pernah menyombongkan diri
terhadap apa yang ada pada dirinya. Bahkan dengan kenikmatan yang demikian
besar itu, menambah rasa syukur dan pengabdian kepada Allah.
Firman allah dalam hadits
qudsi, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Najjar yang bersumber dari
Muhajir bin Hubeb r.a, yang artinya :
“Sesungguhnya Aku (Allah) bukan
pengabul setiap ucapan dan katakata ahli hikmah akan tetapi Aku mengabulkan
cita-cita kehendak serta nafsu yang mendorong pada perbuatan yang dicintai dan
diridhoi oleh-Ku. Aku jadikan hikmah dan ketenangan jiwanya sebagai pujian
kepada-Ku meskipun ia tidak mengucapkan sepatah katapun “.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar