Innamaa
hajab haqqa ‘anka syiddatu qarbihi minka. Wainnamaahtajaba lisyiddati
zhuhuurihi wakhafiya ‘anil-abshaari li’azhami nuurihi.
Artinya Bahwasanya
yang menghalangi Allah darimu itu sebab terlalu dekat-Nya dari kamu. Dan
bahwasanya Dia dapat terhalang sebab sangat terangnya dan samara dari
penglihatan sebab sinar cahaya-Nya yang besar dan agung”.
Lemahnya dan sangat terbatasnya
kemampuan alat penglihatan manusia, menyebabkan mereka tidak mampu untuk
melihat Allah. Seandainya saja Allah benar-benar menampkkan (wujud-Nya), niscaya mata manusia akan
buta atau bahkan tubuhnya akan rusak binasa (mati) disebabkan karena kebesaran dan sangat terangnya Dzat Allah.
Firman Allah dalam Hadits
qudsi, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Hakim yang bersumber dari Ibnu
Abas, yang artinya :
“Hai Musa ! Engkau sekali-kali tidak dapat melihat-Ku. Sungguh,
makhluk hidup pasti mati melihat-Ku, yang kering pasti mongering-kering
kerontang, yang basah pasti bertaburan, yang dapat melihat-Ku hanyalah para
penghuni syurga yang tidak akan mati pandangannya dan tidak akan hancur binasa
tubuhnya”.
Didalam hadits qudsi diatas
menerangkan, bahwa yang dapat melihat Allah hanyalah penduduk surga. Karena
mereka itu setelah matunya diciptakan kembali oleh Allah dengan sifat-sifat
kesempurnaan. Kekal selama-lamanya dan dihilangkan kelemahan-kelemahannya
sehingga mereka sanggup dan bahkan memperoleh kenikmatan ketika memandang
kepada Allah.
Adapun tentang hakekat dari
memandang itu sendiri, tak seorang pun yang dapat mengetahui atau menyebutkan
cara-caranya. Sedangkan para ulama salaf berpendapat, bahwa soal “Ru’yah” (memandang) itu berpangkal
pada “Bilaa Kaifa” (tidak tahu
bagaimana caranya dan kifiyatnya), sehingga kita tidak dapat memperkirakan atau
menggambarkan (wallahu –A’lam).
Dalam hal ini, Rosyid Ridho
menerangkan, sebagaimana yang terdapat dalam tafsir Al-Manar, sebagai berikut :
-
Nikmat
Ru’yatullah (memandang Allah) itu
adalah merupakan kenikmatan rohani yang tinggi dan sempurna yang hanya dapat
dirasakan di syurga kelak.
-
Memandang
Allah kelak di syurga adalah haq dan benar yang diperuntukan bagi hamba-hamba
yang diridhoi-Nya.
-
Ru’yah
itulah yang lebih tepat dituju oleh firman Allah dalam Al-qur’an surat
As-Sajadah ayat 17, yang artinya :
“ Tidaklah satupun yang dapat
mengetahui apa yang disembunyikan dan dirahasiakan kepada mereka dari yang
menyedapkan pandangan mata”.
Juga dalam surat Al-qiyamah ayat 22-23, yang artinya :
“wajah-wajah 9kaum mukminin)
pada hari itu berseri-seri kepada Tuhannya mereka memandang”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar