Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Senin, 22 April 2013

159. DO’A ITU HAKEKATNYA MERUPAKAN BUKTI PENGHAMBAAN KEPADA ALLAH



Laayukni thalabuka tasabbubaa ilaal’atha’iminhu fayaqilla fahmuka ‘anhu walyakun thalabuka li-izhharil ’ubuudiyyati waqiyaamaan bihuquuqir-rubuubiyyati.

Artinya : janganlah permohonanmu itu kamu jadikan sebab datangnya pemberian dari Allah, maka berarti sedikitlah pengertianmu dari-Nya. Dan hendaklah permohonan itu dijadikan sebagai pelahiran sifat ubudiyyah (penghambaan) dan menegakkan hak-hak ketuhanan”.

Klebanyakakn manusia menganggap, bahwa dengan sebab do’anya ini maka Allah memenuhi permintaannya. Sebenarnya anggapan seperti ini adalah sangat keliru. Karena kalau demikian, berarti Allah yang menurut kehendak hamba-Nya atau mau saja diperintah hamba-Nya. Padahal sebenarnya sihamba itulah yang lemah dan butuh kepada Allah hingga Allah memerintah kepada sihamba tersebut untuk berdo’a kepada-Nya sebagai bukti dari penghambaannya kepada Allah.
Firman Allah dalam Hadis Qudsi, sebagaimana yang diriwayatkan oleh abu Huroiroh yang artinya :
“Barang siapa yang tidak berdo’a kepadaku, niscaya Aku murka kepadanya”.
Sebagaimana ulama ada yang mengatakan, bahwa do’a itu ibarat obat yang dapat menyejukkan hati yang sedang dilanda kesusahan, keraguan, kecemasan, ketakutan dan sebagainya. Hanya sayangnya, kebanyakan manusia hanya mau berdo’a ketika dirinya sedang ditimpa musibah. Tetapi jika musibah itu berlalu dan berganti dengan kenikmatan, maka mereka tidak lagi mau berdo’a, bahkan lupa kepada Allah yang telah memberinya ketenangan dan kenikmatan.
Kalau demikian halnya, maka berarti manusia telah meletakkan do’a pada tempat yang salah. Karena telah menggunaka do’a hanya sebagai tempat pelarian guna mencari jalan keluar dari kesulitan-kesulitannya, dan bukan sebagai cara untuk menghambakan dirinya pada Allah.
Firman Allah dalam Al-qur’an Surat fussilat ayat 51. yang artinya :
“Dan apabila kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi apabila ditimpa mala petaka maka ia banyak berdo’a”.
Menurut Imam Al-Ghozali, ada beberapa adab dalam berdo’a yang harus dipatuhi dan dijalani oleh seseorang yang sedang berdo’a. di antaranya :
1.                   Dilakukan pada saat-saat yang mulia, seperti hari Arofa, bulan ramadhan, hari jum’at, antara dua khuthbah shalat jum’at, antara adzan dan iqomah, dan sebagainya.
2.                   Duilakukan dengan hikmat.
3.                   menghadap kearah kiblat dan menadahkan kedua tangan.
4.                   Merendahkan suara sekedar bias didengar sendiri.
5.                   Memakai bahasa yang sederhana atau lebih diutamakan memakai do’a-doa yang berasal dari (Nabi), sahabat dan tabiin.
6.                   Bersikap khusu’ dan merendahkan diri.
7.                   Meyakini bahwa do’anya akan dikabulkan, dan tidak merasa kecewa serta berputus asa bila do’anya belum juga dikabulkan.
8.                   Mengulang-ngulang do’anya dengan penuh keyakinan.
9.                   memulai do’anya dengan menyebutkan nama Allah, bertahmid dan bershalawat atas Nabi Muhammad, serta diakhiri dengan bacaan hamdalah.
10.               Melaksanakan adab batin, yakni bertaubat sebelum berdo’a menghadapkan diri sepenuhnya kepada Allah, makan, minum dan berpakaian dari barang yang haram, dan tidak meminta hal-hal yang mustahil atau untuk mencelakakan  orang lian, terkecuali orang yang dhalim.

Dalam sebuah Hadits telah diterangkan mengenai orang-orang yang apabila mereka itu berdo’a, maka Allah akan mengabulkan do’anya orang-orang yang dimaksud itu adalah :

1.                  Orang tua (lebih-lebih si Ibu) yang mendo’akan kebaikan dan kesejahteraan anaknya.
2.                  Orang yang berpuasa hingga tiba saatnya untuk berbuka.
3.                  Penguasa yang adil.
4.                  Orang yang teraniaya.
5.                  seorang musafir yang bepergian dengan tujuan yang baik.
6.                  Seseorang yang berada ditempat yang jauh, kemudian dia mendo’akan orang lain tanpa diketahui oleh orang yang dido’akan.
7.                  Anak yang sholeh yang mendo’akan kedua orang tuanya yang sudah mati..

Didalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa :
“Tuhan kita turun detiap malam kelangit dunia ketika tinggal sepertiga malam terakhir. Dia berfirman : siapa yang memohon kepada-Ku, Aku akan memperkennkannya, siapa yang meminta kepadaku, Aku akan memberinya, siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, Aku akan mengampuninya”.

 Adapun tentang hakekat dari do’a, Sayid aby Hasan r.a. pernah berkata :
Janganlah tujuanmu berdo’a itu untuk mendapatkan apa yang menjadi hajatmu. Kalau tujuanmu demikian, maka jadilah do’amu itu terhalang. Dan hendaklah kamu bertujuan dalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar