Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Minggu, 21 April 2013

165. YANG LEBIH UTAMA ANTARA BERDO’A DENGAN DIAM



Rubbamaa dallahumul-adabu ‘alaa tarkith-thalabi I’timaadan ‘alaa qismatihi wasyti’ghaalaan bidzikrihi ‘an mas-alatihi.

Artinya : “Kadang-kadang adapun itu mendorong untuk meninggalkan permohonan (tidak berdo’a kepada Allah) disebabkan bersandar kepada pembagian Allah dan sebab sibuk dengan berdzikir kepada –Nya, hingga tidak sempat memohon kepada-Nya”.

Sebagaimana kita ketahui, do’a itu mempunyai bermacam-macam seperti memuji, ibadah, memohon, bercakap-cakap dan sebagainya.
Sedangkan yang dibahas pada bab ini adalah do’a yang berarti memohon atau mengharap sesuatu itu dari Allah.
Dalam bab terdahulu telah diterangkan, bahwa Allah telah memerintahkan kepada kita untuk senantiasa (berdzikir) dan (berdo’a) kepada-Nya. Akan tetapi bagi orang yang sudah tenggelam dalam (dzikir) dan sudah merelakan diri sepenuhnya terhadap ketentuan Allah, mereka ini tidak mau lagi berdo’a lantaran ia merasa (malu) atau sungkan untuk meminta kepada-Nya.

Adapun tentang dzikir (ingat kepada Allah), sebagaimana kita ketahui juga, terbagi menjadi beberapa macam, diantaranya:
1. Dzikir qouli.
Asma Allah dengan lisan dan meresapkannya kedalam hati, seperti membaca tasbich (subhanallah) tahmid (al-hamdulillah). Takbir (Allahu Akbar), istighfar (Astaghfirullah), tahlil (Laa ilaaha Illallah), membaca Al-Qur’an. Dan sebagainya.
2. Dzikir Fi’il
Yakni mengingat Allah dengan perbuatan misalnya : meninggalkan kemaksiatan, menuntut ilmu, mencari rizqi dengan cara yang halal, menghibur orang yang kesusahan dan sebagainya.
3.dzikir dengan mentafakuri makhluq ciptaan Allah pada setiap waktu, setiap situasi dan setiap kondisi.
Dzikir yang semacam ini tertinggi tingkatannya.

Firman Allah yang berhubungan dengan perintah (berdzikir) ini di antaranya yang terdapat dalam Surat Al-Imran ayat 41, yang artinya :
“Ingatlah sebanyak-banyaknya kepada Allah dan ucapkanlah tasbich pada waktu sore dan pagi”.

Juga dalam Surat al-Kahfi ayat 24, yang artinya :
“Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila kamu lupa”.

Sebagaimana ulama berpendapat, bahwa berdo’a itu lebih utama dari pada berdzikir melulu. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah, yang artinya : Do’a itu otaknya ibadah”.
Dan melaksanakan ibadah itu lebih utama dari meninggalkannya. Akan tetapi sebagaimana ulama yang lain berpendapat, bahwa diam (menyerahkan diri sepenuhnya pada ketentuan dan ketetapan Allah) itu adalah lebih utama dan lebih diridhai. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah yang artinya :
“barang siapa yang sibuk dzikir kepada-Ku hingga tidak memohon kepada-Ku, pasti Aku akan memberinya lebih utama dari apa yang diberikan kepada orang-orang yang memohon (kepada-Ku)”.

Ada lagi pendapat sebagaimana ulama yang lain, yakni : utama atau tidaknya itu tergantung kepada keadaan hati, jika hati lebih cenderung untuk berdo’a, maka sebaliknya berdo’a, tetapi jika hati lebih cenderung untuk diam (tidak berdo’a), maka sebaiknya kita berdo’a.
wallahu ‘alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar