Anwaaru
udina laha fiilwushuuli wa anwaru udzina laha fiiddukhuuli
Artinya : “Adacahaya Allah yang
di izinkan sampai ke hati dan apapula cahaya Allah yang di izinkan masuk
kedalam lubuk hati”.
Cahaya yang sampai kedalam hati
seseorang itu ada (dua) macam, yaitu :
1.
Cahaya
yang sampai kedalam hati tetapi hanya dibagian luarnya saja (belum meresap
kedalam hati).
Hal ini menyebabkan pandangan
seseorang tidak bisa sepenuhnya tertuju kepada Allah, karena sebagian hati yang
lain masih tertambat kepada kesenangan duniawi.
2.
Cahaya yang masuk dan meresap kedalam hati.
Hal ini menyebabkan seseorang
bisa dengan sepenuhnya mencintai dan
mencurahkan perhatiannya hany kepada Allah semata.
Sehubungan dengan hal ini,
sebagian ahli (ma’rifat) mengatakan :
“Apabila iman itu ada bagian
luar hati, maka hamba akan mencintai akhirat dan dunia, yakni sebagian
mencintai Allah SWT. Dan sebagian yang lain mencintai dirinya. Dan apabila iman
telah masuk kedalam lubuk hati dia akan membenci dunianya dan ditolak kehyendak
hawa nafsunya”.
Menurut sunnatullaah, manusia
yang hidup di dunia ini pada dasarnya sudah mengakui, bahwa segala apa yang ada
di ala mini ada yang menciptakan. Hanya saja karena didalam hati itu belum
terdapat sedikitpun cahaya dari Allah, maka mereka tidak mau mengakui dengan
terus terang akan adanya Allah sebagai penciptanya.
Banyak sudah alas an-alasan yang dikemukakan oleh
mereka-mereka yang tersesat itu, namun sampai kini tak ada seorangpun yang
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan Allah sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Waqi’ah ayat 63-64, berikut ini, yang artinya :
“Maka terangkanlah kepada-Ku
tentang yang kamu tanam. Kamu yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?”.
Juga dalam surat
yang sama (Al-Waqi’ah) ayat 68-69,
yang artinya :
“Maka terangkanlah kepada-Ku
tentang air yang kamu minum. Kamu yang menurunkannya dari awan ataukah Kami
yang menurunkan-Nya?”.
Tak dapat disangkal lagi, bahwa
tidak akan ada seorang pun atau alat apapun yang bisa menumbuhkan
tanaman-tanaman, apalagi untuk menurunkan air hujan. Manusia hanya bisa
menanam, tapi siapa yang menciptakan bibitnya pertama kali kalau bukan Allah?.
Dan kalau sudah ditanam, siapa yang menumbuhkannya kalau bukan atas kehendak
Allah?.
Firman allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Haj ayat 18, yang artinya :
“Apakah kamu tidak mengetahui,
bahwa Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang,
gunung, pohon-pohon, binatang yang melata dan sebagian besar dari manusia?. Dan
banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa
yang dihinakan Allah, maka tidak seorangpun memuliakannya. Sesungguhnya Allah
berbuat apa yang Dia kehendaki”.
Demikian juga dengan para
ilmuwan yang dengan penyelidikannya, akhirnya dapat mengambil kesimpulan, bahwa
terwujudnya ala mini adalah karena ada Yang Mewujudkannya. Karena itu mau tidak
mau mereka pun akhirnya tunduk kepada sunnatullaah. Sebab tanpa tunduk kepada
sunnatullaah, mereka tidak akan sampai kepada puncak ilmu yang dimilikinya.
Akan tetapi patut disayangkan,
karena kebanyakan manusia itu cenderung untuk menyombongkan kepandaian dan
keahliannya sendiri dan mungkin demi gengsi peribadi, maka mereka (para
ilmuwan) itu tidak mau secara terus terang menjelaskan kesimpulan dari hasil
penyelidikannya dan juga tentang ketundukkannya kepada sunnatullaah.
Perlu diketahui, sunnatullaah
itu tidak hanya berlaku pada alam saja, akan tetapi bagi manusia juga ada
sunnatullaah dan hokum-Nya, yakni yang berupa Ad-Din (agama).
Karena itu sungguh
mengherankan, apabila ada seseorang yang mencari Ad-Din, sunnah dan
peratuan-peraturan yang bukan dari Allah. Padahal seluruh makhluq, baik yang
ada di bumi mapun yang ada di langit baik merupakan benda hidup maupun benda
mati, semuanya telah tunduk dan patuhb pada hukim-hukum Allah
Sehubungan dengan ini Imam
Al-Ghozali pernah mengatakan :
“Tiadalah akan ada keselamatan
dan kedamaian, melainkan apabila orang-orang telah islam kepada Robbul
‘Alamiin. Dan tiadalah akan seimbang timbangan kehidupan di muka bumi,
melainkan apabila ditegakkan oleh kaum muslimin sendiri”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar