Rabbama
waradat ’alaikal-anwaru fawajadatilqalbi makhsyuwan bishuuwaril-tsaari
fartahalat min haitsu nazalat farrigh qalbaka minal-aghyaari yala’hu
bilma’aarufi wal asraari.
Artinya : “Terkadang dating
berbagai cahaya, maka cahaya-cahaya itu menemukan hati telah tercampur penuh
dengan gambar-gambar keduniaan. Maka berangkatlah dia dari mana dia turun.
Kosongkan hatimu dari perubahan-perumahan, maka Allah akan memenuhinya dengan
(ma’rifat) dan rahasia-rahasia ke-Tuhanan”.
Pengaruh kemewahan dan
gemerlapnya kehidupan dunia, menyebabkan manusia tergoga dan silau olehnya.
Sehingga banyak manusia yang berlomba-lomba untuk mendapatkannya tanpa
menghiraukan cara-cara hukum-hukum agama, tanpa menghiraukan lagi apakah hala
atau haram, dan sebagainya.
Dalam sebuah riwayat telah
diterangkan, bahwa Rasulullah SAW. Telah menyindar mereka-mereka yang demikian
itu sebagaimana Haditsnya berikut ini, yang artinya :
“akan datang kepada umatku
suatu zaman, dimana mereka cinta kepada lima perkara dan lupa kepada lima
perkara yang lain, yaitu cinta kepada (dunia) dan lupa kepada (akhirat), cinta
kepada (harta) dan lupa kepada (perhitungan), cinta kepada (makhluq) dan lupa
kepada (kholiq), cinta kepada (dosa) dan lupa kepada (taubat), cinta kepada
(mahligai) dan lupa kepada makam (kuburan)”.
1.
Cinta kepada dunia lupa kepada
akhirat.
dalam sebuah Haditsnya
Rasulullah SAW. Mengibaratkan lamanya kehidupan dunia itu ibarat seorang
musafir yang melakukan perjalanan jauh kemudian berteduh sejenak dibawah pohon.
Apabila lelahnya sudah hilang, maka musafir itupun melanjutkan perjalanannya
dan meninggalkan pohon tersebut untuk selama-lamanya.
Walaupun demikian, kebanyakan
manusia itu hanya berlena-lena dibawah pohon hingga akhirnya tertidur dan tidak
sempat lagi mencapai tujuan perjalanannya yang sebenarnya.
Firman Allah dalam Al-qur’an
Surat Al-A’laa ayat 16-17 yang artinya :
:Tetapi kamu orang-orang kafir
memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat lebih baik dan lebih
kekal”.
Sebagaimana ahli khikmah
berpendapat, bahwa cinta kepada dunia itu mengakibatkan kepada empat hal, yaitu
:
1.
Timbul
keragua-raguan yang terus menerus.
2.
Selalu
merasa kekurangan.
3.
Selalu
direpotkan atau disibukkan dengan berbagai urusan.
4.
Selalu
dihantui oleh angan-angan yang tidak ada habisnya.
Sehubungan dengan hal ini,
Rasulullah SAW. Bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh tarmidzi berikut
ini, yang artinya :
“Barangsiapa yang
mencinta-citakan kehidupan akhirat, Tuhan menjadikan kekayaan dalam hatinya, di
himpunkan segala kepentingannya dan diberikan kepadanya kenikmata hidup di
dunia seberapa perlunya. Dan barang siapa yang mencita-citakan kehidupan dunia,
Allah menjadikan kemiskinan antara dua matanya, di pisahkan dari padanya apa
yang menajdi hidup dunia, kembali apa yang sudah ditentukan.
2.
Cinta harta sehingga lupa kepada
perhitungan (hijab).
Harta adalah merupakan alat,
bukan tujuan. Maksudnya adalah, seorang muslim dapat mempergunakan harta bendanya
sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan bukan malah diperalat
oleh harta benda, sehingga seluruh tenaga dan fikirannya dicurahkan dalam
rangka mendapatkan harta benda yang sebanyak-banyaknya.
Adapun ketentuan-ketentuan bagi
setiap orang dalam hubungan harta benda adalah sebagai berikut :
-
Setiap
orang boleh mencari harta benda, asalkan dengan cara yang hala.
-
Tidak
boleh berlebih-lebihan dalam memanfaatkan harta bendanya,
-
Setiap
pemilik harta benda diharuskan untuk mengeluarkan zakatnya (jika sudah mencapai
nisab) kepada mereka-mereka yang berhak mendapatkannya.
Akibat terlalu cintanya kepada
harta, mengakibatkan seseorang lupa kepada kewajiban-kewajibannya sebagai hamba
Allah, lupa bahwa segala harta benda yang didapatkan berikut amal-amal perbuatannya
kelak akan diperhitungkan dan dipertanggung jawabkan.
Dalam hal ini Kholifah Umar bin
Khothob memperingatkan :
“Buatlah perhitungan pada diri
kalian sebelum kalian diperhitungkan (dihisab)”.
1.
Cinta kepada makhluq sehingga
lupa kepada Kholifahnya.
Seseorang boleh saja mencintai
makhluq, tetapi cintanya tersebut tidak boleh melebihi cintanya kepada Allah
dan Rasul-Nya, sebab kalau seseorang sudah terlalu mencintai makhluq
(ciptaan-ciptaan Allah), maka seluruh perhatiannya akan dicurahkan sepenuhnya
pada makhluq yang dicintainya bukan kepada (dzat) yang telah menciptakannya
(Kholiq). Kalau sudah demikian, berarti ia telah menyimpang dari jalur jalan
yang sebenarnya. Dan hal ini akan menyebabkan kesengsaraaan baginya, baik di
dunia dan terlebih lagi di akhirat mati.
2.
Cinta kepada dosa dan lupa
kepada taubat
Sudah pada tempatnya apabila
manusia pernah berbuat salah dan dosa. Akan tetapi jika perbuatan dosa itu
sudah menjadi kebiasaan, maka hal itu berarti kesesatan yang harus
dtinggalkannya dan kemudian bertaubat kepada Allah dengan taubat yang
sesungguh-sesungguhnya
Dalam hadits riwayat ibnu Majah
diterangkan, bahwa Rasulullah pernah bersabda, yang artinya :
“Walaupun kamu mengerjakan
kesalahan (dosa) sehingga banyaknya sampai memenuhi langit, kemudian kamu
menyesali perbuatan itu maka Allah akan menerima taubat kalian”.
3.
Terlalu cinta kepada mahligai
sehingga lupa pada kuburan.
Dewasa ini banyak kita lihat,
disana sini orang berlomba-lomba dan bersaing dalam membangun mahligainya. Akan
tetapi mereka lupa, bahwa suatu saat dia akan masuk ke dalam kubur yang gelap
gulita tanpa ada seorangpun atau sesuatupun menemaninya.
Karena itu hendaklah setiap
orang sering-sering mengingat kuburang (mati), sehingga dengan demikian ia akan
bergegas mengumpulkan bekal yang sebanyak-banyaknya, yakni yang berupa amal
kebajikan.
Akhirnya, marilah kita berusaha
dengan segala daya dan upaya untuk menghilangkan kerisauan-kerisauan hati
terhadap kepentingan-kepentingan dunia, agar cahaya Allah, yakni yang berupa berupa petunjuk-petunjuk kebenaran bisa
dengan leluasa masuk dan resep kedalam hati kita.
Firman Allah Al-Qur’an
Al-Ankabut ayat 69, yang artinya :
“Dan orang-orang yang berjihad
untuk (mencari keridhoan) kami benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar orang-orang yang berbuat
baik”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar