Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Sabtu, 20 April 2013

173. CAHAYA ALLAH TIDAK BISA SAMPAI KE DALAM HATI YANG RISAU AKAN KESENANGAN DUNIAWI



Rabbama waradat ’alaikal-anwaru fawajadatilqalbi makhsyuwan bishuuwaril-tsaari fartahalat min haitsu nazalat farrigh qalbaka minal-aghyaari yala’hu bilma’aarufi wal asraari.

Artinya : “Terkadang dating berbagai cahaya, maka cahaya-cahaya itu menemukan hati telah tercampur penuh dengan gambar-gambar keduniaan. Maka berangkatlah dia dari mana dia turun. Kosongkan hatimu dari perubahan-perumahan, maka Allah akan memenuhinya dengan (ma’rifat) dan rahasia-rahasia ke-Tuhanan”.

Pengaruh kemewahan dan gemerlapnya kehidupan dunia, menyebabkan manusia tergoga dan silau olehnya. Sehingga banyak manusia yang berlomba-lomba untuk mendapatkannya tanpa menghiraukan cara-cara hukum-hukum agama, tanpa menghiraukan lagi apakah hala atau haram, dan sebagainya.

Dalam sebuah riwayat telah diterangkan, bahwa Rasulullah SAW. Telah menyindar mereka-mereka yang demikian itu sebagaimana Haditsnya berikut ini, yang artinya :
“akan datang kepada umatku suatu zaman, dimana mereka cinta kepada lima perkara dan lupa kepada lima perkara yang lain, yaitu cinta kepada (dunia) dan lupa kepada (akhirat), cinta kepada (harta) dan lupa kepada (perhitungan), cinta kepada (makhluq) dan lupa kepada (kholiq), cinta kepada (dosa) dan lupa kepada (taubat), cinta kepada (mahligai) dan lupa kepada makam (kuburan)”.

1.       Cinta kepada dunia lupa kepada akhirat.
dalam sebuah Haditsnya Rasulullah SAW. Mengibaratkan lamanya kehidupan dunia itu ibarat seorang musafir yang melakukan perjalanan jauh kemudian berteduh sejenak dibawah pohon. Apabila lelahnya sudah hilang, maka musafir itupun melanjutkan perjalanannya dan meninggalkan pohon tersebut untuk selama-lamanya.
Walaupun demikian, kebanyakan manusia itu hanya berlena-lena dibawah pohon hingga akhirnya tertidur dan tidak sempat lagi mencapai tujuan perjalanannya yang sebenarnya.
Firman Allah dalam Al-qur’an Surat Al-A’laa ayat 16-17 yang artinya :
:Tetapi kamu orang-orang kafir memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal”.
Sebagaimana ahli khikmah berpendapat, bahwa cinta kepada dunia itu mengakibatkan kepada empat hal, yaitu :
1.                   Timbul keragua-raguan yang terus menerus.
2.                   Selalu merasa kekurangan.
3.                   Selalu direpotkan atau disibukkan dengan berbagai urusan.
4.                   Selalu dihantui oleh angan-angan yang tidak ada habisnya.

Sehubungan dengan hal ini, Rasulullah SAW. Bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh tarmidzi berikut ini, yang artinya :
“Barangsiapa yang mencinta-citakan kehidupan akhirat, Tuhan menjadikan kekayaan dalam hatinya, di himpunkan segala kepentingannya dan diberikan kepadanya kenikmata hidup di dunia seberapa perlunya. Dan barang siapa yang mencita-citakan kehidupan dunia, Allah menjadikan kemiskinan antara dua matanya, di pisahkan dari padanya apa yang menajdi hidup dunia, kembali apa yang sudah ditentukan.

2.   Cinta harta sehingga lupa kepada perhitungan (hijab).
      
Harta adalah merupakan alat, bukan tujuan. Maksudnya adalah, seorang muslim dapat mempergunakan harta bendanya sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan bukan malah diperalat oleh harta benda, sehingga seluruh tenaga dan fikirannya dicurahkan dalam rangka mendapatkan harta benda yang sebanyak-banyaknya.
Adapun ketentuan-ketentuan bagi setiap orang dalam hubungan harta benda adalah sebagai berikut :
-                      Setiap orang boleh mencari harta benda, asalkan dengan cara yang hala.
-                      Tidak boleh berlebih-lebihan dalam memanfaatkan harta bendanya,
-                      Setiap pemilik harta benda diharuskan untuk mengeluarkan zakatnya (jika sudah mencapai nisab) kepada mereka-mereka yang berhak mendapatkannya.
Akibat terlalu cintanya kepada harta, mengakibatkan seseorang lupa kepada kewajiban-kewajibannya sebagai hamba Allah, lupa bahwa segala harta benda yang didapatkan berikut amal-amal perbuatannya kelak akan diperhitungkan dan dipertanggung jawabkan.
Dalam hal ini Kholifah Umar bin Khothob memperingatkan :
“Buatlah perhitungan pada diri kalian sebelum kalian diperhitungkan (dihisab)”.

1.       Cinta kepada makhluq sehingga lupa kepada Kholifahnya.

Seseorang boleh saja mencintai makhluq, tetapi cintanya tersebut tidak boleh melebihi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya, sebab kalau seseorang sudah terlalu mencintai makhluq (ciptaan-ciptaan Allah), maka seluruh perhatiannya akan dicurahkan sepenuhnya pada makhluq yang dicintainya bukan kepada (dzat) yang telah menciptakannya (Kholiq). Kalau sudah demikian, berarti ia telah menyimpang dari jalur jalan yang sebenarnya. Dan hal ini akan menyebabkan kesengsaraaan baginya, baik di dunia dan terlebih lagi di akhirat mati.

2.       Cinta kepada dosa dan lupa kepada taubat

Sudah pada tempatnya apabila manusia pernah berbuat salah dan dosa. Akan tetapi jika perbuatan dosa itu sudah menjadi kebiasaan, maka hal itu berarti kesesatan yang harus dtinggalkannya dan kemudian bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sesungguh-sesungguhnya
Dalam hadits riwayat ibnu Majah diterangkan, bahwa Rasulullah pernah bersabda, yang artinya :
“Walaupun kamu mengerjakan kesalahan (dosa) sehingga banyaknya sampai memenuhi langit, kemudian kamu menyesali perbuatan itu maka Allah akan menerima taubat kalian”.

3.       Terlalu cinta kepada mahligai sehingga lupa pada kuburan.

Dewasa ini banyak kita lihat, disana sini orang berlomba-lomba dan bersaing dalam membangun mahligainya. Akan tetapi mereka lupa, bahwa suatu saat dia akan masuk ke dalam kubur yang gelap gulita tanpa ada seorangpun atau sesuatupun menemaninya.
Karena itu hendaklah setiap orang sering-sering mengingat kuburang (mati), sehingga dengan demikian ia akan bergegas mengumpulkan bekal yang sebanyak-banyaknya, yakni yang berupa amal kebajikan.

Akhirnya, marilah kita berusaha dengan segala daya dan upaya untuk menghilangkan kerisauan-kerisauan hati terhadap kepentingan-kepentingan dunia, agar cahaya Allah, yakni yang berupa  berupa petunjuk-petunjuk kebenaran bisa dengan leluasa masuk dan resep kedalam hati kita.
Firman Allah Al-Qur’an Al-Ankabut ayat 69, yang artinya :
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) kami benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar orang-orang yang berbuat baik”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar