Laa tastabthii minhun-nawaali walaakinistabthi min nafsika
wujuudal-iqbaali
Artinya : “Janganlah engkau
lambat datangnya berbagai karunia dari Allah akan tetapi anggaplah dirimu akan
wujudnya menghadap (kepada Allah)”
Terlambatnya pemberian Allah,
yakni yang berupa ilmu (ma’rifat)
dan rahasi-rahasia ketuhanan itu adalah karena adanya (kotoran-kotoran) yang masih melekat di dalam hati.
Sebagaimana kita
ketahui, penyakit-penyakit yang menyerang manusia itu ada dua macam, yaitu
penyakit jasmani dan penyakit rohani.
Untuk penyakit
jasmani, seperti batuk, mual, pusing, demam dan sebagainya, adalah lebih mudah
untuk menyembuhkannya bila disbanding dengan penyakit rohani. Karena untuk menyembuhkan
penyakit rohani ini seseorang atau penderita diharuskan untuk berusaha sendiri.
(membersihkan hatinya) dari berbagai macam penyakit tersebut, yakni dengan
jalan memahami dan mengamalkan petunjuk-petunjuk Allah dan Rasul-NYa.
Adapun mengenai macam-macam
penyakit rohaniyah ini diantaranya sebagaimana tersebut dalam Hadits Rasululaah
berikut ini, yang artinya :
“Sesungguhnya umatku akan
ditimpa oleh suatu penyakit umat. Para sahabat
bertanya : Apakah penyakit umat itu?
Nabi menjawab : Kufur nikmat, takabur, rakus, bersaing, saling
membenci, saling mendengki yang melampaui batas (berlaku kejam) dan kemudian
berbunuh-bunuhan”.
Dalam Hadits diatas
Rasulullah menyebutkan dengan sebutan penyakit umat. Hal ini karena
penyakit-penyakit tersebut pada umumnya menyerang dan berjangkit pada semua
orang.
1.
Kufur nikmat.
Sedemikian besar banyaknya
nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya, hingga tidak ada seorang pun yang
dapat menghitungnya. Namun sangat sneh, terhadap nikmat dari Allah yang
demikian besar dan banyak itu jarang sekali manusia yang mau mensyukuri,
padahal kalau kita mendapat pemberian atau pertolongan sedikit saja dari orang
lain, kita cepat-cepat mengucapkan terimakasih dan berusaha berbuat baik
kepadanya untuk membalas pemberian atau pertolongannya tersebut.
Sebagai percerminan dari sifat Rohman dan Rohim-Nya, Allah telah
terlebih dulu memberi peringatan kepada hamba-Nya agar jangan sampai termasuk
kedalam golongan orang-orang yang mengkufurin nikmat-Nya. Hal ini sebagaimana
yang tersebut dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7, yang
artinya :
“Apabila kamu bersyukur
(terhadap nikmat-Ku), maka pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat sedih”.
Adapun mensyukuri nikmat Allah
itu tidak cukup dengan hanya mengucapkan terimakasih atau Al-Hamdulillah saja.
Akan tetapi harus dibuktikan dengan amal perbuatan, yakni dengan mengerjakan
apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang.
2. Takabur
Seseorang yang mempunyai kelebihan
dibandingkan porang lain, baik dalam hal kekayaan, kemudahan, ketampanan, dan
sebagainya, apabila tidak mempunyai dasar (agama) yang baik, kebany7akan mereka
itu akan takabbur (sombong), membanggakan dala Al-Qur’an Surat Al-Luqman ayat 18, berikut ini, yang artinya :
“Danjanganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah di muka bumi dengan (angkuh). Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.
3. Rakus.
Seseorang yang jika
dalam hatinya terdapat sifat rakus, maka ia kan berusaha dengan sekuat tenaga untuk
mendapatkan apapun yang lebih banyak dan lebih baik dari pada yang didapat oleh
orang lain, baik hal itu dalam harta benda, kekuasaan, pengaruh maupun dalam
hal-hal yang lain.
Seseorang yang
demikian ini akan maupun merasa puas dengan apa yang ada dalam genggaman
tangannya dan selalu mengharap dan mengincar apa yang ada dalam genggaman
tangan orang lain.
Nabi Isa a.s. mengibaratkan
orang yang (rakus) itu seperti orang
yang sedang meminum minuman keras. Semakin diminum semakin berkurang rasanya,
dan baru berhenti meminumnya apabipa sudah tidak sadarkan diri lagi, atau
seperti orang yang telah meminum air laut, semakin diminum semakin haus.
Meskipun demikian ia akan terus meminumnya sampai lehernya tercekik oleh air
laut tersebut.
1.
Bersaing.
Sebenarnya dalam hal-hal
tertentu sifat bersaing ini ada manfaatnya. Hal ini apabila pewrsaingan yang
dilakukannya itu adalah hal kebaikan dan dilakukan dengan cara yang sehat.
Tetapi pada umumnya, kebanyakan
manusia itu saling bersaing untuk mendapatkan harta, kekuasaan, atau hal-hal
lain yang bersifat keduniaan, dan pula dengan cara-cara yang tidak dibenarkan
oleh agama. Bahkan terkadang diantara mereka ada yang sampai memfitnah,
menjelek-jelekan dan melenyapkan (membunuh) saingannya. Hal seperti inilah yang
dilarang (tidak dianjurkan) oleh agama.
Adapun bersaing yang dianjurkan
agama adalah sebagaimana yang tersebut dalam Al-qur’an Surat
Al-Baqarah ayat 148, yang artinya :
“…………..Maka belomba-lombalah
kamu (dalam berbuat) kebajikan”.
5. Saling
membenci.
Terkadang karena hal kecil dan
sepele saja, seseorang lalu membenci kepada orang lain atau bahkan kawannya
sendiri.
Timbulnya sifat benci ini
biasanya diakibatkan karena apa yang diperbuat oleh orang lain itu tidak sesuai
dengan apa yang kita inginkan, padahal tiap-tiap orang punya pandangan,
keinginan dan tujuan sendiri-sendiri yang tidak sama dengan pandangan, kehendak
dan tujuan kita.
Karena itu dalam pergaulan
hidup sehari-hari diperlukan sikap saling mengerti dan tenggang rasa satu sama
lainnya, agar diantara mereka itu tidak terjadi sikap saling membenci dan
memusuhi.
2.
Saling mendengki (hasud).
Sifat hasud ini biasanya karena
melihat orang lain mendapatkan kenikmatan, sedang dirinya sendiri tidak. Jika
penyakit hasud yang bersarang didalam
hatinya sudah pernah, maka ia akan berusaha agar kenikmatan tersebut, bisa
lepas dari tangan orang yang mendapatkannya.
Memang pada tiap-tiap diri
seseorang itu terdapat sifat hasud, akan tetapi hendaknya kita dapat menekan
sifat ini dan tidak menindak lanjutinya dengan perbuatan-perbuatan yang lebih
tercela, sebagaimana dianjurkan Rasulullah lewat haditsnya yang driwayatkan
oleh Abu Dawud berikut ini, yang artinya :
“Ada (tiga
perkara) dimana tiap-tiap umat tidak bisa terlepasa dari padanya, yaitu :
Hasud, buruk sangka, dan berselisih. Maukah aku tunjukkan kepada kalian jalan
keluar dari (tiga) hal itu?. Yaitu
apabila engkau berburuk sangka, maka janganlah engkau perkuat. Apabila hasud (dengki), janganlah berlaku kejam dan
apabila engkau berselisih, maka janganlah engkau menyakiti”.
Selanjutnya terhadap
penyakit-penyakit rohaniyak yang tersebut diatas kita hendaknya berusaha
menjauhi atau menyembuhkannya, agar pemberian Allah kepada kita tidak sampai
terlambat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar