Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Sabtu, 20 April 2013

174.MASIH ADANYA KOTORAN DALAM JIWA, MENYEBABKAN TERLAMBATNYA PEMBERIAN ALLAH



Laa tastabthii minhun-nawaali walaakinistabthi min nafsika wujuudal-iqbaali

Artinya : “Janganlah engkau lambat datangnya berbagai karunia dari Allah akan tetapi anggaplah dirimu akan wujudnya menghadap (kepada Allah)”

Terlambatnya pemberian Allah, yakni yang berupa ilmu (ma’rifat) dan rahasi-rahasia ketuhanan itu adalah karena adanya (kotoran-kotoran) yang masih melekat di dalam hati.
Sebagaimana kita ketahui, penyakit-penyakit yang menyerang manusia itu ada dua macam, yaitu penyakit jasmani dan penyakit rohani.
Untuk penyakit jasmani, seperti batuk, mual, pusing, demam dan sebagainya, adalah lebih mudah untuk menyembuhkannya bila disbanding dengan penyakit rohani. Karena untuk menyembuhkan penyakit rohani ini seseorang atau penderita diharuskan untuk berusaha sendiri. (membersihkan hatinya) dari berbagai macam penyakit tersebut, yakni dengan jalan memahami dan mengamalkan petunjuk-petunjuk Allah dan Rasul-NYa.
Adapun mengenai macam-macam penyakit rohaniyah ini diantaranya sebagaimana tersebut dalam Hadits Rasululaah berikut ini, yang artinya :
“Sesungguhnya umatku akan ditimpa oleh suatu penyakit umat. Para sahabat bertanya : Apakah penyakit umat itu?
Nabi menjawab : Kufur nikmat, takabur, rakus, bersaing, saling membenci, saling mendengki yang melampaui batas (berlaku kejam) dan kemudian berbunuh-bunuhan”.

Dalam Hadits diatas Rasulullah menyebutkan dengan sebutan penyakit umat. Hal ini karena penyakit-penyakit tersebut pada umumnya menyerang dan berjangkit pada semua orang.

1.       Kufur nikmat.
Sedemikian besar banyaknya nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya, hingga tidak ada seorang pun yang dapat menghitungnya. Namun sangat sneh, terhadap nikmat dari Allah yang demikian besar dan banyak itu jarang sekali manusia yang mau mensyukuri, padahal kalau kita mendapat pemberian atau pertolongan sedikit saja dari orang lain, kita cepat-cepat mengucapkan terimakasih dan berusaha berbuat baik kepadanya untuk membalas pemberian atau pertolongannya tersebut.
Sebagai percerminan dari sifat Rohman dan Rohim-Nya, Allah telah terlebih dulu memberi peringatan kepada hamba-Nya agar jangan sampai termasuk kedalam golongan orang-orang yang mengkufurin nikmat-Nya. Hal ini sebagaimana yang tersebut dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7, yang artinya :
“Apabila kamu bersyukur (terhadap nikmat-Ku), maka pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat sedih”.

Adapun mensyukuri nikmat Allah itu tidak cukup dengan hanya mengucapkan terimakasih atau Al-Hamdulillah saja. Akan tetapi harus dibuktikan dengan amal perbuatan, yakni dengan mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang.

2. Takabur
Seseorang yang mempunyai kelebihan dibandingkan porang lain, baik dalam hal kekayaan, kemudahan, ketampanan, dan sebagainya, apabila tidak mempunyai dasar (agama) yang baik, kebany7akan mereka itu akan takabbur (sombong), membanggakan dala Al-Qur’an Surat Al-Luqman ayat 18, berikut ini, yang artinya :
“Danjanganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah di muka bumi dengan (angkuh). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.

3. Rakus.
Seseorang yang jika dalam hatinya terdapat sifat rakus, maka ia kan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan apapun yang lebih banyak dan lebih baik dari pada yang didapat oleh orang lain, baik hal itu dalam harta benda, kekuasaan, pengaruh maupun dalam hal-hal yang lain.
Seseorang yang demikian ini akan maupun merasa puas dengan apa yang ada dalam genggaman tangannya dan selalu mengharap dan mengincar apa yang ada dalam genggaman tangan orang lain.
Nabi Isa a.s. mengibaratkan orang yang (rakus) itu seperti orang yang sedang meminum minuman keras. Semakin diminum semakin berkurang rasanya, dan baru berhenti meminumnya apabipa sudah tidak sadarkan diri lagi, atau seperti orang yang telah meminum air laut, semakin diminum semakin haus. Meskipun demikian ia akan terus meminumnya sampai lehernya tercekik oleh air laut tersebut.

1.       Bersaing.
Sebenarnya dalam hal-hal tertentu sifat bersaing ini ada manfaatnya. Hal ini apabila pewrsaingan yang dilakukannya itu adalah hal kebaikan dan dilakukan dengan cara yang sehat.
Tetapi pada umumnya, kebanyakan manusia itu saling bersaing untuk mendapatkan harta, kekuasaan, atau hal-hal lain yang bersifat keduniaan, dan pula dengan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh agama. Bahkan terkadang diantara mereka ada yang sampai memfitnah, menjelek-jelekan dan melenyapkan (membunuh) saingannya. Hal seperti inilah yang dilarang (tidak dianjurkan) oleh agama.
Adapun bersaing yang dianjurkan agama adalah sebagaimana yang tersebut dalam Al-qur’an Surat Al-Baqarah ayat 148, yang artinya :
“…………..Maka belomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebajikan”.

5. Saling membenci.
Terkadang karena hal kecil dan sepele saja, seseorang lalu membenci kepada orang lain atau bahkan kawannya sendiri.
Timbulnya sifat benci ini biasanya diakibatkan karena apa yang diperbuat oleh orang lain itu tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, padahal tiap-tiap orang punya pandangan, keinginan dan tujuan sendiri-sendiri yang tidak sama dengan pandangan, kehendak dan tujuan kita.
Karena itu dalam pergaulan hidup sehari-hari diperlukan sikap saling mengerti dan tenggang rasa satu sama lainnya, agar diantara mereka itu tidak terjadi sikap saling membenci dan memusuhi.

2.       Saling mendengki (hasud).
Sifat hasud ini biasanya karena melihat orang lain mendapatkan kenikmatan, sedang dirinya sendiri tidak. Jika penyakit hasud yang bersarang  didalam hatinya sudah pernah, maka ia akan berusaha agar kenikmatan tersebut, bisa lepas dari tangan orang yang mendapatkannya.
Memang pada tiap-tiap diri seseorang itu terdapat sifat hasud, akan tetapi hendaknya kita dapat menekan sifat ini dan tidak menindak lanjutinya dengan perbuatan-perbuatan yang lebih tercela, sebagaimana dianjurkan Rasulullah lewat haditsnya yang driwayatkan oleh Abu Dawud berikut ini, yang artinya :
“Ada (tiga perkara) dimana tiap-tiap umat tidak bisa terlepasa dari padanya, yaitu : Hasud, buruk sangka, dan berselisih. Maukah aku tunjukkan kepada kalian jalan keluar dari (tiga) hal itu?. Yaitu apabila engkau berburuk sangka, maka janganlah engkau perkuat. Apabila hasud (dengki), janganlah berlaku kejam dan apabila engkau berselisih, maka janganlah engkau menyakiti”.

Selanjutnya terhadap penyakit-penyakit rohaniyak yang tersebut diatas kita hendaknya berusaha menjauhi atau menyembuhkannya, agar pemberian Allah kepada kita tidak sampai terlambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar