Maafaata min ‘umrika laa’iwadhalahu wamaahashala laka minhu laa
qiimatalahu.
Artinya : “Apa yang
telah berlalu dari umurmu itu tidak ada ganti baginya. Dan apa yang telah
berhasil bagimu dari umur itu tiada ternilai harganya”.
Umur itu bagaikan
awan berlalu. Sekali melintas maka selama-lamanya ia tak akan pernah kembali.
Karena itu selagi kita masih hidup dan mempunyai kesempatan, maka pergunakanlah
umur yang demikian berharga itu untuk mengerjakan dalam menumpuk amal sholeh
sebanyak-banyaknya.
Sungguh merugi
seseorang yang tiada menggunakan umurnya dengan baik. Kesempatan hanya dating
sekali. Dan setelah itu kita dihadapkan kep[ada Allah untuk mempertanggung
jawabkan apa yang kita lakukan selama hidup di dunia.
Firman Allah dalam Al-qur’an surat al-Ashr ayat 1-3, yang artinya :
“Demi waktu,
sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan yang mengerjakan amal sholeh dan nasehat-nasehati dengan
kebenaran dan nasehati-nasehati dengan kebsabaran”.
Demikian pentingnya
kegunaan waktu (umur) ini, sampai-sampai allah bersumpah dengan menyebut
namanya (Ashr). Dalam kaitannya dengan hal ini Imam Syafi’I pernah mengatakan :
“Jika sekiranya Al-Qur’an itu hanya terdiri dari satu
surat saja, maka surat Al-Ashr itu
sudah cukup menjadi pedoman bagi kehidupan manusia”.
Adapun mutiara yang
terkandung dalam surat
Al-Ashr tersebut di atas :
1.
Iman sebagai
landasan hidup.
Sejak kecil sudah
diajari dan disuruh untuk menghapalkan tentang rukun 9Iman) yang ada (enam) itu, yakni Iman kepada Allah,
kepada Malaikat-malaikat Allah, kepada kitab-kitab Allah, kepada Rasul-rasul
Allah, kepada hari kiamat dan kepada Qodho dan qodhar.
Akan tetapi rukun
iman tersebut belumlah cukup kalau diucapkan atau dihafalkan saja. Tetapi lebih
dari pada itu adalah harus di resapkan kedalam hati dan kemudioan dibuktikan
dengan amal perbuatan.
Iman sebagai
landasan hidup, adalah seperti sebuah pohon kayu yang akarnya menghujam kedalam
tanah, berdaun rindang, berbuah lebat dan berdiri dengantegak dan kokoh. Ia
tidak akan roboh walaupun dihempas angina kencang, membawa kesejukan bagi yang
berteduh dibawahnya dan memberikan manfaat yang besar kepada manusia.
Demikian juga
sebagai orang yang beriman, kita juga membawa kemanfaatan yang besar bagi umat
manusia.
2.
Mengerjakan amal
sholeh.
Menurut ajaran
islam, pengertian amal sholeh itu luas sekali. Pokoknya segala sesuatu yang
apabila dikerjakan dapat membawa kebaikan bagi dirinya sendiri dan juga kepada
orang lain, serta sesuai dengan tuntunan agama, maka hal ini bisa disebut
dengan amal sholeh.
3.
Saling menasehati
dalam hal kebenaran (Al-Hag).
Didalam Al-Qur’an Surat Arra’d ayat 17 disebutkan bahwa
Allah mengumpamakan kebenaran itu seperti air hujan dan kebatilan itu bagai
buihnya. Maka air hujan itu akan membawa kemanfaatan yang besar bagi manusia
sedangkan buihnya akan lenyap tak berbekas.
Maka dari itu
kebenaran harus selalu ditegakkan, walaupun untuk itu diperlukan perjuangan dan
pengorbanan yang tidak kecil artinya. Sabda Rasulullah SAW. Sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, yang artinya :
“Bahwasanya aku
diperintahkan (Tuhan) untuk berkata benar walaupun pahit rasanya”.
4.
Saling menasehati
dalam hal kebenaran.
Menurut
pengertiannya, sabar itu adalah tahan menderita terhadap sesuatu yang tidak
disenanginya serta merasa rodho, Ikhlas dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada
ketentuan Allah.
Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 117, yang artinya :
“dan orang-orang
yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya),
dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”.
Dari penjelasan
surat diatas tadi, kiranya akan beruntung dengan keuntungan yang
sebesar-besarnya apabila seseorang itu mau mengamalkan apa yang terkandung
dalam Surat Al-Ashr tersebut, yakni memanfaatkan waktu (umurnya) dengan
sebaik-baiknya.
Dalam salah satu
Haditsnya rasulullah menerangkan, yang artinya :
“Tidak satu
waktupun yang dating kepada seseorang dimana didalam waktu itu tidak digunakan
untuk berdzikir (ingat) kepada allah, melainkan waktu itu baginya merupakan
kerugian dan penyesalan”.
Marilah kita
renungkan pula syair dari para ahli hikmah berikut ini :
“Aku tangisi zaman
muda yang telah pergi. Wahai kiranya muda, bilakah kembali lagi kepada kami?,
sekiranya muda dapat dijual, maka akan bayar kepada penjualnya seberapapun yang
ia kehendaki, tetapi masa muda itu bila dia telah pergi jauh, maka tak dapat
dicapai lagi…….”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar