Laa tai-as min qubuuli ‘amalin lam tajid fiihi wujuudalhudhuuri
farubbamaa qubila minal’amali maalam tudrak tsamratuhu ‘aajilaan.
Artinya :
“Janganlah berputus asa dari diterimanya amal perbuatan yang dalam amal itu
kamu tidak menjumpai ujudnya kehadiran didalam hati. Sebab kadang-kadang
diterima dari sesuatu amal apa yang tidak dapat dirasakan buahnya dengan
segera”.
Tanda-tanda amal
yang diterima Allah adalah apabila dalam pelaksanaannya disertai (kekhusu’an) serta seakan-akan Allah
berada dihadapannya menyaksikan amal yang telah dikerjakannya itu.
Hal ini berkaitan
dengan (“Ikhsan”) sebagaimana yang
disabdakan Rasulullah, yang artinya :
“Hendaklah kamu
beribadah (mengabdi) kepada Allah
seakan-akan kamu melihat kepada-Nya. Sekalipun kamu tak dapat melihat-Nya,
sekalipun kamu dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya dia melihat kamu”.
Namun seandainya
tidak bisa (khusu’) dan berbuat (Ikhsan) dalam beramal, maka hendaklah
hal ini tidak menjadi sebab keputusan seseorang dalam beramal sehingga tidak
mau lagi mengerjakan amal-amal kebajikan, sebagaimana kalau mempunyai tanaman
yang tidak bisa (berbuah), maka
janganlah tanaman itu lantas dipotong begitu saja. Tetapi harus dicari terlalu
dulu penyebab-penyebabnya.
Sehubungan dengan
ini, Syaikh Ibnu Atho’ mengatakan :
“Janganlah merasa
senang dengan suatu warid yang kamu belum mengetahui buahnya, sebab tidaklah
diharapkan dari awan itu adanya hujan. Akan tetapi yang diharapkan dari padanya
yaitu wujud (adanya) buah-buahan (dari tanaman)”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar