Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Sabtu, 20 April 2013

185. KENIKMATAN YANG SEBENAR-BENARNYA DAN SIKSA YANG SEBENAR-BENARNYA



Anna’iimu wain tanawwa’at mazhahiruhu innama hiwa lisyuhuudihi waqtiraabihi wal’adzaabu wain tanawwa’at mazhaahiruhu lliwujuudi hisabihi fasababul’adzaabi wujuudulhijaabin wainnaaman-na’iimu binnazhari ilaa wajhilkariimi.

Artinya : “Nikmat itu walaupun bermacam-macam kelihatannya, maka bahwasanya kenikmatan itu disebabkan karena dapat melihat Allah dan selalu bersama-sama (dekat) dengan-Nya. Dan Azab (siksa) itu walupun bermacam-macam kelihatannya, maka bahwasanya azab itu karena adanya hijab dari pada-Nya (Allah). Karenanya nikmat itu sebab adanya hijab (penghalang). Dan kesempurnaan nikmat itu ialah melihat kepada Allah Yang Maha Mulya”.

Seseorang bari bisa dikatan telah menerima kenikmatan yang sebenar-benarnya (hakiki) jika ia dapat melihat Allah dengan mata hatinya dan merasa selalu dekat dengan-Nya. Sebab dengan demikian ia akan dengan mudah mendapatkan petunjuk dan pertolongan dalam mengerjakan amal-amal kebajikan.
Sedangkan apabila seseorang tidak dapat menggunakan mata hatinya untuk melihat Allah dan merasa jauh dari pada-Nya, maka berate ia telah menerima azab (siksa) yang sebenar-benarnya (hakiki). Sebab dengan demikian ia tidak akan mendapatkan petunjuk dan pertolongan dalam mengerjakan amal-amal kebajikan, bahkan sebaliknya selalu cenderung kepada kemungkaran dan kemaksiatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar