Anna’iimu wain tanawwa’at mazhahiruhu innama hiwa lisyuhuudihi
waqtiraabihi wal’adzaabu wain tanawwa’at mazhaahiruhu lliwujuudi hisabihi
fasababul’adzaabi wujuudulhijaabin wainnaaman-na’iimu binnazhari ilaa
wajhilkariimi.
Artinya : “Nikmat itu
walaupun bermacam-macam kelihatannya, maka bahwasanya kenikmatan itu disebabkan
karena dapat melihat Allah dan selalu bersama-sama (dekat) dengan-Nya. Dan Azab
(siksa) itu walupun bermacam-macam kelihatannya, maka bahwasanya azab itu
karena adanya hijab dari pada-Nya (Allah). Karenanya nikmat itu sebab adanya
hijab (penghalang). Dan kesempurnaan nikmat itu ialah melihat kepada Allah Yang
Maha Mulya”.
Seseorang bari bisa
dikatan telah menerima kenikmatan yang sebenar-benarnya (hakiki) jika ia dapat
melihat Allah dengan mata hatinya dan merasa selalu dekat dengan-Nya. Sebab
dengan demikian ia akan dengan mudah mendapatkan petunjuk dan pertolongan dalam
mengerjakan amal-amal kebajikan.
Sedangkan apabila
seseorang tidak dapat menggunakan mata hatinya untuk melihat Allah dan merasa
jauh dari pada-Nya, maka berate ia telah menerima azab (siksa) yang
sebenar-benarnya (hakiki). Sebab dengan demikian ia tidak akan mendapatkan
petunjuk dan pertolongan dalam mengerjakan amal-amal kebajikan, bahkan
sebaliknya selalu cenderung kepada kemungkaran dan kemaksiatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar