Maatajiduhulquluubu minal humuumi wal ahzaani fail-ajli maa
mana’ta min wujuudil’iyaani.
Artinya : “Apa yang
hati telah mendapatkannya dari bermacam-macam kesusahan dan kedukacitaan, maka
semata-mata apa yang menghalangi kamu dari wujudnya melihat Allah”
Apabila seseorang
dalam hatinya seringkali timbul kerisauan dan keduka citaan dalam mengatasi
peroblema-peroblema hidup dan kenyataan-kenyataan yang harus dihadapi, maka hal
ini menendakan bahwa orang tersebut masih belum bisa menggunakan mata hatinya
untuk melihat Allah dan juga belum bisa
bermusyahadah kepada-Nya (masih meragukan kekuasaan-Nya).
Oleh karena
kerisauan dan keduka citaan yang timbul didalam hati tersebut merupakan hasil
dari perbuatan (hawa nafsu), maka untuk menghilangkannya adalah dengan
mengendalikan (hawa nafsu) tersebut sehingga tidak sampai menguasai hati kita.
Firman Allah dalam Al-qur’an Surat Yunus ayat 62, yang artinya :
“Ingatlah,
sesungguhnya wali-wali Allah itu tuidak ada kehawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati”
Dan dalam Surat At-Taubah ayat 40, yang arinya :
“Janganlah berduka
cita, sesungguhnya Allah beserta kita”.
Juga dalam Surat Ar-Ruum ayat 47, yang artinya :
“Merulakan
kewajiban Kami (Allah) membantu golongan mukmin”.
Dengan demikian
telah jelas bagi kita, bahwa Allah senantiasa menyertai dan memberikan
pertolongan kepada hamba-Nya yang beriman dan mau melakukan Amal Ma’ruf Nahi Munkar (menyuruh
berbuat kebaikan dan kepada kemunkaran).
Keterangan diatas
dipertegas lagi dengan firman Allah dalam Al-qur’an
surat Muhammad
ayat 7, yang artinya :
“Wahai orang-orang
yang beriman, jika kalian memberi bantuan kepada Allah niscaya Allah akan
menolong kamu dan meneguhkan kedudukanmu”.
Janji Allah tak
akan pernah diingkari. Maha Suci allah dan sifat yang demikian ini. Dan sejarah
telah membuktikannya. Diantaranya adalah :
-
ketika terjadi perang Badar, dimana tentara kaum muslimin yang
jumlahnya sedikit harus melawan tentara kaum kafir yang jauh lebih banyak
jumlahnya dan lebih lengkap persenjataannya. Seandainya dipikir secara akal,
pastilah seluruh tentara kaum muslimin akan terbunuh dimedan perang. Akan
tetapi sesuai dengan janji Allah, maka dia menurunkan (bala tentaranya yang
berupa Malaikat yang tidak dapat dipandang oleh mata untuk membantu tentara
kaum muslimin sehingga bala tentara kafir menjadi porak poranda dan akhrnya
mengalami kekalahan yang sangat menyedihkan sekaligus juga sangat memalukan).
-
Juga sebagaimana yang
dikisahkan Sahabat Jabir r.a. bahwasanya ketika terjadi perang (Dzaatir Riqo), Rasulullah SAW.
Beristirahat dibawah pohon seorang diri, tiba-tiba beliau didatangi oleh
seorang laki-laki dari pihak musuh, yang telah lama mengintainya terus
mengambil pedang beliau yang tergantung diatas pohon kemudian
mengacung-ngacungkannya dihadapan Rasulullah sambil berkata dengan kasar:” Wahai Muhammad, tidak takutkah engkau
kepadaku?”.Tidak” sahut Rasulullah. Bertanya lagi orang itu :”Siapakah yang
dapat menolong engkau pada saat sekarang ini? Dengan mantap Rasulullah
menjawab”Allah” Setelah itu bergetarlah hatinya dan gemetar tangannya sehingga
pedang yang ada ditangannya terjatuh yang kemudian dipungut oleh Rasulullah. Kini
giliran Rasulullah yang bertanya kepadanya : “Siapakah yang dapat menolong
engkau pada saat ini?.” Dengan gemetar laki-laki itu menjawab :”Engkau adalah
sebaik-baik orang yang menentukan”. Kalau begitu”Kata belliau,”Ucapkanlah,
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya”. Tetapi
laki-laki tersebut menolak :”Tidak, saya tidak akan menggabungkan diri kedalam
golongan kaum yang memerangi engkau”. Akhirnya Rasulullah memerintahkan
laki-laki itu pergi meninggalkannya. Setelah dia bertemu dengan kawan-kawannya,
dia berkata kepada mereka:”Saya telah bertemu dengan manusia yang paling baik”.
(kisah ini tersebut dalam hadits riwayat Tirmidzi).
Dalam hal ini
Syeikh Muhammad Abduh pernah mengatakan, bahwa orang-orang yang beriman
mempunyai harapan yang baik yang tidak dipunyai oleh golongan lain. Harapan
tersebut berupa (bantuan Allah yang dijanjikan kepadanya), dan juga dia
berharap akan mendapatkan pahala di akhirat kelak atas perjuangan yang
dilakukaknnya. Dengan harapan yang kuat itu akan meringankan
kepedihan-kepedihan yang dialaminya, baik dalam kehidupannya sendiri maupun
dalam perjuangan yang tengah dikakukannya.
Keterangan diatas
disambunglagi oleh Rasyid Ridho, bahwa bantuan Allah kepada orang mukmin itu
akan datang selama mereka beramal atau berjuang menurut petunjuk-petunjuk dan
ketentuan-ketentuan Allah
Lebih lanjut
dijelaskan lagi oleh Syayid Quthub, bahwa terkadang menurut anggapan manusia
bantuan Allah itu terlambat datangnya. Anggapan seperti itu sudah tentu salah
besar. Karena sebenarnya Allah-lah Yang Maha Mengetahui hikmah di balik
peristiwa yang terjadi, Maha Bijaksana dan selalu menepati (janji-Nya) menurut waktu yang dikehendaki-Nya.
Dengan
penjelasan-penjelasan di atas, kiranya tak perlu lagi kita merasa risau, takut,
khawatir, dan berduka cita dalam menghadapi kenyataan-kenyataan hidup yang ada.
Karena selama berpegang teguh pada peraturan-peraturan, petunjuk-petunjuk dan
ketentuan-ketentuan Allah, maka pasti bantuan Allah akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar