Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Sabtu, 20 April 2013

189. ALLAH MENJADIKAN DUNIA INI PENUH DENGAN UJIAN ADALAH DENGAN MAKSUD AGAR MENUSIA MERASA BOSAN TERHADAPNYA, LALU CENDERUNG PADA KEHIDUPAN AKHIRAT



Innamaa ja’alahaa mahallaan lil-aghyaari wama’dinaan lil-akdaari tazhidaan laka fiihaa.

Artinya : Bahwasanya Allah menjadikan dunia ini sebagai tempat ujian (kesedihan) dan sebagai sumber kekeruhan agar kamu merasa bosan terhadapnya”.
Kalau dipikir-pikir, memang sungguh tidak menyenangkan hidup didunia ini. Coba bayangkan, hanya sementara tetapi penuh dengan ujian. Orang yang kaya merasa pusing mengurusi kekayaannya dan yang miskin merasa susah karena tidak bisa memenuhi keinginan-keinginannya.
Begitulah kehidupan dunia. Dan memang semuanya itu sengaja dijadikan Allah demi kebaikan manusia sendiri, yakni agar mereka lebih mementingkan kehidupan akhiratnya daripada kehidupan dunianya, meskipun kehidupan dunia itu sendiri tidak boleh dilupakan sama sekali.
Ada empat katagori yang dapat dipakai sebagai ukuran untuk menilai kehidupan seseorang, apakah cenderung kepada (dunia) ataukah kepada (akhirat) .
Keempat katagori tersebut adalah :
1.       Manusia hamba materi atau kebendaan, yang berarti hidupnya mulia ketika di dunia, tetapi ketika di akhirat. Sungguh celaka orang yang termasuk kedalam katagori ini. Memang mungkin ia dapat mencapai kemuliaan di dunia. Tetapi di akhirat ia akan mendapatkan kehinaan. Seseorang yang demikian ini selalu mencurahkan seluruh tenaga dan fikirannya untuk mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya, sehingga lupa kepada kewajiban-kewajibannya terhadap Tuhannya. Jiwa dan fikirannya tidak bisa beristirahat dengan tenang, karena selalu dipenuhi oleh khayalan-khayalan yang membungbung yang menuntut dirinya untuk segera mencapainya, selain itu juga diliputi kekhawatiran-kekhawatiran akan kehilangan benda-benda yang telah dikumpulkan dan yang begitu di cintainya. Perasaan takut kehilangan ini menyebabkan ia menjadi (kikir) dan enggan mengulurkan tangannya untuk memberi bantuan-bantuan kepada orang lain.
Mereka beranggapan, bahwa di dunia inilah tempat kesenangan. Mata hatinya telah tertutup. Hanya mata lahirnya saja yang masih berbinar-binar menyaksikan keindahan dunia. Mereka sama sekali  lupa, atau memang sengaja tidak mempedulikan lagi tentang Firman allah dalam Al-qur’an. Surat Ali-Imran ayat 4, yang artinya :
“jadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang di ingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda, pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga)”.
Juga dalam Surat yang sama ayat 185, yang artinya :
“ Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.
Selain itu ada lagi peringatan Allah terhadap orang-orang yang menjadi hamba kebendaan ini, di antaranya yang terdapat dalam Al-qur’an surat Hud ayat 15-16, yang artinya :
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami memberikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak diragukan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali (neraka) dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang mereka kerjakan”.
2. Manusia hamba kerohaniaan, yang berarti hidup di dunia, tetapi mulia di akhirat.
Yang dimaksud manusia yang diperhamba oleh rohaninya adalah seseorang yang karena (Iman) dan (Taqwanya) yang membabi buta hingga seluruh hidupnya hanya diperuntukkan untuk (Ibadah) dan mencari kepuasan (Batin) atau (Rohaninya) semata.waktu-waktu yang dihasilkan di masjid atau musholla untuk mengerjakan (shalat) dan (dzikir) sebanyak-banyaknya, atau untuk berdakwah dari satu tempat ketempat lainnya.
Akan tetapi untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya sendiri atau untuk keluarganya ia menggatungkannya pada belas kasih orang lain. Ia tidak mau berusah sendiri mencarinya karena merasa khawatir akan terpengaruh oleh keduniaan.
Orang-orang yang demikian ini, pada hakekatnya tidak mau mengamalkan kandungannya (isi) Al-Qur’an, terutama pada Surat Al-Jumu’ah ayat 10, yang artinya :
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung”.
Dari penjelasan ayat di atas, nyatalah bagi kita, bahwa seorang muslim itu tidak hanya disuruh melaksanakan shalat saja, puasa saja, atau berdzikir saja. Tetapi ia juga wajib mencari harta, baik untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya sendiri maupun kebutuhan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.
1. Manusia muslim dua segi, yang berarte hidup mulia di dunia dan di  akhirat.
Orang-orang yang benar beruntung adalah orang yang dapat menyumbangkan antara kebutuhan jasmani dengan kebutuhan rohaninya sehingga dapat tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirta.
Terhadap orang-orang yang demikian ini, Allah melukiskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 201-202,yang artinya :
“Dan di antara mereka ada yang berdo’a :Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia mapun di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungannya”. Orang-orang termasuk dalam bagian ini apabila mencari harta, maka ia selalu berpegang teguh pada garis-garis Mu’amalah dan Tijaroh yang sudah ditentukan oleh agama.
Dan apabila beribadah, maka ibadahnya itu ia laksanakan sesuai dengan yang diperintahkan agama (tidak berlebih-lebihan), sehingga tidak sampai melupakan kepentingan dunianya.
Selain itu, dalam berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri maupun untuk kebutuhan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya selalu ia niatkan untuk (beribadah) kepada-Nya dan bukan untuk mencari harta semata.
4.Manusia polos, yang berarti hina di dunia dan hina pula di akhirat. Orang yang termasuk dalam katagori ke empat ini adalah orang yang paling sial dan paling merugi. Bagaimana tidak, di dunia hidupnya sudah menderita dan di akhirat akan lebih menderita lagi.
Yang demikian ini biasanya terjadi pada orang-orang miskin yang tidak sabar dengan keadaannya. Akibatnya ia menjadi malas untuk beribadah, bahkan tingkah lakunya cenderung kepada perbuatan dosa dan maksiat. Nah, dari k empat katagori di atas kita dapat menilai diri pribadi masing-masing. Kira-kira kita ini termasuk kedalam katagori yang mana. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ankabut ayat 6, berikut ini, yang artinya :
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar