Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Sabtu, 20 April 2013

191. ILMU YANG MENDATANGKAN MANFAAT



Al’ilmun-naafi’u huwalladzii yanbasithu fiish-shadri syu’aa’uhu wayankatsifu bihi ‘anilqalbi qanaa’uhu.

Artinya : Ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu yang memancarkan cahaya dalam dada dan dapat menyingkap tutup dari hati”.

Setiap orang Isla, baik laki-laki maupun perempuan semuanya wajib menurut ilmu, baik yang berkenan dengan ilmu-ilmu agama maupun yang berkenan dengan ilmu pengetahuan umum.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5, yang artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Di dalam Surat Al-Alaq di atas terkandung suatu pengertian, bahwa Allah memerintahkan agar dalam menuntut ilmu itu haruslah diniatkan semata-mata untuk berbakti kepada-Nya, dan bukan bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan atau mendapatkan kawan yang banyak, dan sebagainya.
Selain itu juga ilmu yang dimiliki seseorang itu bukanlah didapat karena kepandaian fikiran atau kecerdasan otaknya, melainkan karena karunia Allah semata-mata.
Hal ini sebagaimana yang tersebut dalam Al-qur’an Surat Al-Ahqor ayat 23, yang artinya :
“Bahwasanya ilmu itu berasal dari Allah”.

Dan terhadap orang-orang yang berilmu itu Allah akan meninggikan derajatnya melebihi orang-orang lain.
Firman Allah dalam Al-qur’an Surat AlMujadalah ayat 11 yang artinya :
“Allah telah meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”.

Tentu saja yang dimaksud dengan pada ayat di atas adalah orang-orang yang dengan ilmunya itu ia mengakui akan kebesaran dan keagungan Allah sehingga merasa takut untuk melanggar larangan-larangan Allah.
Menggapai hal ini, Syeikh Ibnu Atho’ pernah mengatakan:
“Sebaik-baik ilmu adalah yang dapat menyebabkan takut kepada Allah”.

Beberapa Hadits yang memerintahkan untuk menuntut ilmu di antaranya adalah, yang artinya :
Carilah ilmu pengetahuan itu semenjak kamu dalam buaian hingga ke liang lahat (mati)”.
“Carilah ilmu itu walaupun sampai ke negeri china”.
Mengingat akan pentingnya mencari ilmu ini sampai-sampai Allah memberikan tuntutan dalam Al-Qur’an, bahwa seandainya didalam suatu daerah tidak ada seorangpun  yang mampu mencari ilmu, hingga dikhawatirkan di kemudian hari tidak akan ada yang mampu memimpin mereka, maka hendakl;ah dipilih beberapa anak yang berbakat untuk disuruh melanjutkan mencari ilmu dengan dibiyayai oleh orang-orang sedaerahnya, tetapi dengan perjanjian bahwa kelak ia harus bersedia menjadi pemimpin bagi orang-orang sedaerah itu.
Hal ini sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an Surat At_taubah ayat 122, yang artinya :
“Tidak sepetutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (kemedan perang. mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu pengetahuan tentang (agama) dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.
Sebagai balasan dari orang yang menuntut ilmu , Rasulullah SAW, telah memberinya kabar gembaira sebagaimana yang tersebut dalam Hadits Riwayat Muslim berikut ini, yang artinya :
“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu pengetahuan.maka Allah akan memudahkan padanya jalan menuju syurga”.
Salah seorang dari penyair arab pernah mengatakan :
“Belajarlah kamu, karena tak ada seorangpun yang lahir dalam keadaan pandai. Tanpa ilmu, pastilah menjadi orang yang bodoh”.
Juga para ahli hikmah mengatakan :
“Ilmu itu lebih berharga dari pada harta. Karena ilmu itu menjaga kamu,
Sedang kamu harus menjaga harta’.
Terhadapa perbedaan antara ilmu dan harta  itu Ali bin Abi Tholib menjelaskan :
1.       Ilmu itu warisan para Nabi, sedangkan harta merupakan warisan Qorun, Syidad dan Fir’aun.
2.       Ilmu dapat menjaga pemiliknya, sedangkan harta malah harus dijaga.
3.       Orang yang berilmu banyak kawannya, sedangkan orang yang berharta banyak musuhnya.
4.       Jika diberikan kepada orang lain, maka ilmu itu akan bertambah, sedangkan harta akan berkurang.
5.       Biasanya orang yang berilmu itu mendapat sebutan Kariim (mulia), sedangkan orang yang berharta itu mendapat sebutan Bakhil (kikir).
6.       Harta selalu minta dijaga dari incaran para percuri, sedangkan ilmu tidak usah dijaga.
7.       Orang yang berharta kelak akan di hisab, sedang orang yang berilmu akan mendapatkan syafaat.
8.       Harta dapat rusak atau hilang, sedangkan ilmu tidak,  bahkan akan terus bertambah dan berkembang.
9.       Harta dapat mengeraskan (hati), sedangkan ilmu tidak.
10.   orang yang berharta terkadang mengaku dirinya sebagai (Tuhan), sedangkan orang yang berilmu mengaku sebagai (abdi) atau hamba. (hal ini wsebagaimana yang telah dilakukan oleh Fir’aun yang karena kekayaannya yang berlimpah ia lau mengaku dirinya sebagai Tuhan). Islam tidak membeda-bedakan antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan. Sebab kedua-duanya sama-sama penting dan sama-sama dapat menjadikan alat untuk (berma’rifat kepada Allah).
Hal ini sebagai Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat bAli-Imron ayat 190. yang artinya :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.

Yang dimaksud dengan tanda-tanda di atas adalah, bahwa dengan adanya bumi dan langit serta apa-apa yang ada dan terjadi diantara keduanya, seperti terjadinya (malam) dan (siang), bergulirnya matahari, bulan dan pelanet-pelanet lain dengan teratur dan sebagainya, adalah merupakan bukti-bukti akan adanya Yang menciptakan dan yang Mengaturnya, yang tidak ada lain adalah Allah. Dan semuanya itu hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang berakal (mempunyai ilmu).
Jadi bukan hanya ilmu agama saja yang bermanfaat. Tetapi ilmu pengetahuan juga demikian. Asal saja ia pergunakan dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang telah digariskan agama.
Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Mahdawi, bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dapat mengetahui hak-hak waktu, ilmu untuk menjernihkan hati, untuk membenci keduniaan, untuk mendekatkatkan kepada syurga, untuk menjauhi neraka, untuk mengingatkan rasa takut kepada Allah, untuk mengharapkan rahmat Allah, untuk mengetahui akibat-akibat dari menurutkan hawa nafsu, dan ilmu untuk membersihkan hati dari racun hawa nafsu.
Ilmu-ilmu yang tersebut di atas itulah yang dapat mendatangkan manfaat karena dapat memancarkan cahaya dari hati untuk melihat Allah dan menyingkirkan tabir yang menyelimutinya.
Beberapa keutamaan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang berilmu di antaranya adalah :
1.       Diangkat derajatnya.
2.       Dijamin rizqinya.
3.       Dimudahkan jalannya untuk memasuki syurga.
Dan hubungan dengan ilmu yang bermanfaat ini, Syeikh Ibnu Atho’ mengatakan :
“Ilmu itu jika menyertainya rasa takut (kepada Allah), maka itulah yang menggantungkan kamu. Dan jika tidak, maka celakalah bagimu”.

Didalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan, ada tiga macam (katagori) bagi orang-orang yang berilmu (orang alim).
Ketiga macam (katagori) tersebut adalah :
1.       Alim pada sisi Tuhan dan alim dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya. Maksudnya dia takut dan tunduk kepada Allah, tetapi mengetahui apa-papa yang diperintahkan kepadanya.
2.       Alim pada sisi Tuhan, tetapi tidak alim dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya. Maksudnya dia takut kepada Allah, tetapi mengetahui apa-apa yang diperintahkan kepadanya.
3.       Alim terhadap perintah-perintah Allah, tetapi tidak alim disisi-Nya. Maksudnya dia mengetahui apa-apa yang diperintahkan kepadanya, tetapi tidak takut dan tidak mau tunduk kepada-Nya.
Dan sebgai bahan renungan, berikut ini kami kutifkan kata-kata hikmah dari Sufyan Ats-Tsauri, yang artinya :
“Bahwasanya ilmu harus dicari dan dipelajari agar supaya dengan ilmu itu orang bisa takut dan mendekatkan diri kepada Allah. Dan bahwasanya ilmu lebih  diutamakan dari lainnya, sebab dengan ilmu itu orang bisa takut kepada Allah. Maka apabila orang itu menyeleweng dari maksud ini dan merusak niatnya, seperti halnya dia merasa dengan ilmu itu akan bisa mencapai cita-cita keduniaannya, seperti mendapatkan harta benda, pangkat dan lain-lain, maka batallah pahalanya dan rusaklah amalnya, serta rugilah ia dengan kerugian yang nyata”.
Perhatikan pula sabda Rasulullah SAW, berikut ini, yang sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh, yang artinya :
“barang siapa yang menuntut ilmu tidak mengharap dengan ilmu itu akan keridhoan Allah, berarti ia tidak menuntutnya kecuali untuk memperoleh (hajat keduniaan), lagi pula ia tidak akan mendapatkan bau syurga besok pada hari kiamat”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar