Al’ilmun-naafi’u
huwalladzii yanbasithu fiish-shadri syu’aa’uhu wayankatsifu bihi ‘anilqalbi
qanaa’uhu.
Artinya : Ilmu yang bermanfaat
yaitu ilmu yang memancarkan cahaya dalam dada dan dapat menyingkap tutup dari
hati”.
Setiap orang Isla, baik
laki-laki maupun perempuan semuanya wajib menurut ilmu, baik yang berkenan
dengan ilmu-ilmu agama maupun yang berkenan dengan ilmu pengetahuan umum.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5, yang artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya”.
Di dalam Surat Al-Alaq di atas
terkandung suatu pengertian, bahwa Allah memerintahkan agar dalam menuntut ilmu
itu haruslah diniatkan semata-mata untuk berbakti kepada-Nya, dan bukan
bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan atau mendapatkan kawan yang banyak, dan
sebagainya.
Selain itu juga ilmu yang
dimiliki seseorang itu bukanlah didapat karena kepandaian fikiran atau
kecerdasan otaknya, melainkan karena karunia Allah semata-mata.
Hal ini sebagaimana yang
tersebut dalam Al-qur’an Surat Al-Ahqor ayat 23,
yang artinya :
“Bahwasanya ilmu itu berasal
dari Allah”.
Dan terhadap orang-orang yang
berilmu itu Allah akan meninggikan derajatnya melebihi orang-orang lain.
Firman Allah dalam Al-qur’an Surat AlMujadalah ayat 11 yang artinya :
“Allah telah meninggikan
orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”.
Tentu saja yang dimaksud dengan
pada ayat di atas adalah orang-orang yang dengan ilmunya itu ia mengakui akan
kebesaran dan keagungan Allah sehingga merasa takut untuk melanggar
larangan-larangan Allah.
Menggapai hal ini, Syeikh Ibnu
Atho’ pernah mengatakan:
“Sebaik-baik ilmu adalah yang
dapat menyebabkan takut kepada Allah”.
Beberapa Hadits yang
memerintahkan untuk menuntut ilmu di antaranya adalah, yang artinya :
Carilah ilmu
pengetahuan itu semenjak kamu dalam buaian hingga ke liang lahat (mati)”.
“Carilah ilmu itu
walaupun sampai ke negeri china”.
Mengingat akan pentingnya mencari
ilmu ini sampai-sampai Allah memberikan tuntutan dalam Al-Qur’an, bahwa seandainya didalam suatu daerah tidak ada
seorangpun yang mampu mencari ilmu,
hingga dikhawatirkan di kemudian hari tidak akan ada yang mampu memimpin
mereka, maka hendakl;ah dipilih beberapa anak yang berbakat untuk disuruh
melanjutkan mencari ilmu dengan dibiyayai oleh orang-orang sedaerahnya, tetapi
dengan perjanjian bahwa kelak ia harus bersedia menjadi pemimpin bagi
orang-orang sedaerah itu.
Hal ini sebagaimana tersebut dalam
Al-Qur’an Surat At_taubah ayat 122, yang artinya :
“Tidak sepetutnya bagi
orang-orang mukmin itu pergi semuanya (kemedan perang. mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu
pengetahuan tentang (agama) dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.
Sebagai balasan dari orang yang
menuntut ilmu , Rasulullah SAW, telah memberinya kabar gembaira sebagaimana
yang tersebut dalam Hadits Riwayat Muslim berikut ini, yang artinya :
“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk
mencari ilmu pengetahuan.maka Allah akan memudahkan padanya jalan menuju
syurga”.
Salah seorang dari penyair arab
pernah mengatakan :
“Belajarlah
kamu, karena
tak ada seorangpun yang lahir dalam keadaan pandai. Tanpa ilmu, pastilah
menjadi orang yang bodoh”.
Juga para ahli hikmah
mengatakan :
“Ilmu
itu lebih berharga dari pada harta.
Karena ilmu itu menjaga kamu,
Sedang kamu harus menjaga
harta’.
Terhadapa perbedaan antara ilmu
dan harta itu Ali bin Abi Tholib
menjelaskan :
1.
Ilmu
itu warisan para Nabi, sedangkan harta merupakan warisan Qorun, Syidad dan
Fir’aun.
2.
Ilmu
dapat menjaga pemiliknya, sedangkan harta malah harus dijaga.
3.
Orang
yang berilmu banyak kawannya, sedangkan orang yang berharta banyak musuhnya.
4.
Jika
diberikan kepada orang lain, maka ilmu itu akan bertambah, sedangkan harta akan
berkurang.
5.
Biasanya
orang yang berilmu itu mendapat sebutan Kariim
(mulia), sedangkan orang yang berharta itu mendapat sebutan Bakhil (kikir).
6.
Harta
selalu minta dijaga dari incaran para percuri, sedangkan ilmu tidak usah
dijaga.
7.
Orang
yang berharta kelak akan di hisab, sedang orang yang berilmu akan mendapatkan
syafaat.
8.
Harta
dapat rusak atau hilang, sedangkan ilmu tidak,
bahkan akan terus bertambah dan berkembang.
9.
Harta
dapat mengeraskan (hati), sedangkan ilmu tidak.
10.
orang
yang berharta terkadang mengaku dirinya sebagai (Tuhan), sedangkan orang yang berilmu mengaku sebagai (abdi) atau hamba. (hal ini wsebagaimana yang telah dilakukan oleh Fir’aun yang karena
kekayaannya yang berlimpah ia lau mengaku dirinya sebagai Tuhan). Islam
tidak membeda-bedakan antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan. Sebab
kedua-duanya sama-sama penting dan sama-sama dapat menjadikan alat untuk (berma’rifat kepada Allah).
Hal ini sebagai Firman Allah
dalam Al-Qur’an Surat bAli-Imron ayat
190. yang artinya :
“Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal”.
Yang dimaksud dengan
tanda-tanda di atas adalah, bahwa dengan adanya bumi dan langit serta apa-apa
yang ada dan terjadi diantara keduanya, seperti terjadinya (malam) dan (siang),
bergulirnya matahari, bulan dan pelanet-pelanet lain dengan teratur dan
sebagainya, adalah merupakan bukti-bukti akan adanya Yang menciptakan dan yang
Mengaturnya, yang tidak ada lain adalah Allah. Dan semuanya itu hanya dapat
diketahui oleh orang-orang yang berakal (mempunyai ilmu).
Jadi bukan hanya ilmu agama
saja yang bermanfaat. Tetapi ilmu pengetahuan juga demikian. Asal saja ia
pergunakan dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang telah
digariskan agama.
Hal ini sebagaimana yang
dikatakan oleh Imam Mahdawi, bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dapat
mengetahui hak-hak waktu, ilmu untuk menjernihkan hati, untuk membenci
keduniaan, untuk mendekatkatkan kepada syurga, untuk menjauhi neraka, untuk
mengingatkan rasa takut kepada Allah, untuk mengharapkan rahmat Allah, untuk
mengetahui akibat-akibat dari menurutkan hawa nafsu, dan ilmu untuk
membersihkan hati dari racun hawa nafsu.
Ilmu-ilmu yang tersebut di atas
itulah yang dapat mendatangkan manfaat karena dapat memancarkan cahaya dari
hati untuk melihat Allah dan menyingkirkan tabir yang menyelimutinya.
Beberapa keutamaan yang
diberikan Allah kepada orang-orang yang berilmu di antaranya adalah :
1.
Diangkat derajatnya.
2.
Dijamin rizqinya.
3.
Dimudahkan jalannya untuk
memasuki syurga.
Dan hubungan dengan ilmu yang
bermanfaat ini, Syeikh Ibnu Atho’ mengatakan :
“Ilmu itu jika menyertainya
rasa takut (kepada Allah), maka itulah yang menggantungkan kamu. Dan jika
tidak, maka celakalah bagimu”.
Didalam tafsir Ibnu Katsir
disebutkan, ada tiga macam (katagori) bagi orang-orang yang berilmu (orang
alim).
Ketiga macam (katagori)
tersebut adalah :
1. Alim pada sisi Tuhan dan alim
dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya. Maksudnya dia takut dan tunduk kepada
Allah, tetapi mengetahui apa-papa yang diperintahkan kepadanya.
2. Alim pada sisi Tuhan, tetapi
tidak alim dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya. Maksudnya dia takut kepada
Allah, tetapi mengetahui apa-apa yang diperintahkan kepadanya.
3. Alim terhadap perintah-perintah
Allah, tetapi tidak alim disisi-Nya. Maksudnya dia mengetahui apa-apa yang
diperintahkan kepadanya, tetapi tidak takut dan tidak mau tunduk kepada-Nya.
Dan sebgai bahan renungan,
berikut ini kami kutifkan kata-kata hikmah dari Sufyan Ats-Tsauri, yang artinya
:
“Bahwasanya ilmu harus dicari
dan dipelajari agar supaya dengan ilmu itu orang bisa takut dan mendekatkan
diri kepada Allah. Dan bahwasanya ilmu lebih
diutamakan dari lainnya, sebab dengan ilmu itu orang bisa takut kepada
Allah. Maka apabila orang itu menyeleweng dari maksud ini dan merusak niatnya,
seperti halnya dia merasa dengan ilmu itu akan bisa mencapai cita-cita
keduniaannya, seperti mendapatkan harta benda, pangkat dan lain-lain, maka
batallah pahalanya dan rusaklah amalnya, serta rugilah ia dengan kerugian yang
nyata”.
Perhatikan pula sabda Rasulullah
SAW, berikut ini, yang sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh, yang
artinya :
“barang siapa yang menuntut
ilmu tidak mengharap dengan ilmu itu akan keridhoan Allah, berarti ia tidak
menuntutnya kecuali untuk memperoleh (hajat keduniaan), lagi pula ia tidak akan
mendapatkan bau syurga besok pada hari kiamat”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar