Innama wasi’akal kaunu min
haitsu jismaa niyyatika walam yasa’ka min haitsu tsubuuti ruuha niyyatika.
Artinya :
Sesungguhnya alam dapat mencukupi kamu dari segi jasmanimu, dan dia tidak
mencukupimu dari segi ketetapan ruhanimu”.
Dilihat dari segi
biologis, manusia itu tersusun dari dua macam unsur. Kedua macam unsure
tersebut yaitu :
1.
Tubuh kasar
(jasmani).
Tubuh kasar ini
selalu bergantung kepada benda-benda alam untuk mencukupi
kebutuhan-kebutuhannya. Dengan tubuh ini manusia dapat bergerak dan merasakan
sesuatu.
2.
Roh halus (rokhani)
Unsur ini (roh
halus) selalu bergantung dan berhubungan langsung dengan penciptanya (Allah).
Karena itu untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, manusia diharuskan untuk
banyak mengingat kepada-Nya dan menyingkirkan penyakit-penyakit yang menyerang
dan meracuninya, yakni yang berupa (hawa nafsu). Dengan adanya (ruh)
ini manusia dapat berkehendak, mencintai, membenci, bahagia,
susah, senang dan sebagainya.
Menurut berbagai
penyelidikan yang dilakukan oleh para sarjana kimia, memang benar bahwa tubuh
manusia itu berasal dari tanah. Setelah diuraikan secara kimiawi, unsure-unsur
yang dapat dalam tanah itu sama dengan yang terdapat dalam tubuh manusia..
dalam tubuh manusia tersebut terdapat karbon yang cukup untuk membuat (9000) buah tangkai pena, paspor yang
cukup untuk membuat (2000) tangkai
korek api, serta zat-zat lain
seperti kapur, besi, garam, air, dan
sebagainya.
Adapun persoalan
mengenai (ruh), sampai saat ini dan
sampai kapanpun juga tak akan ada seorangpun yang dapat mengetahui hakekatnya.
Hal ini sebagaimana firman Allah yangntersebut dalam hakekatnya. Hal ini
sebagaimana firman Allah yang tersebut dalam Al-Qur’an surat
Al-Isro’ ayat 85, yang artinya :
“ Dan orang-orang itu
bertanya kepadamu tentang (ruh).
Katakanalah : Ruh itu sebagaian dari urusan Tuhanku : Kamu tidak diberi
pengetahuan melainkan sedikit”.
Sudah jelas, bahwa
Allah tidak memberi bekal (ilmu) kepada manusia untuk mempelajari hakekt dari
pada (ruh), kecuali hanya sedikit misalnya, manusia hanya dapat mengetahui,
bahwa karena (ruh) manusia dapat hidup, berfikir, merasa senang, sedih dan
sebagainya. Dannpapabila di tinggalkannya manusia bisa (mati) dan tidak ada
(geraknya) sedikitpun sebagaimana benda-benda mati lainnya.
Oleh sebab itu (ruh) juga, keberadaannya menjadi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan makhluq-makhluq lainnya, sehingga
segala sesuatu yang diciptakan Allah ini diperuntukkan kepadanya, sekaligus
juga manusia diserahi tugas oleh Allah sebagai Kholifah (pemimpin) dim muka bumi.
Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Hijr ayat 28-29, yang artinya :
“Dan ketika Tuhnmu
berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah (kering) dan tanah (hitam) yang telah berubah. Apabila Aku sempurnakan kejadiannya,
dan kutiupkan kedalamnya dari pada (Ruh-Ku),
lalu meniaraplah mereka (sujud)
kepada-Nya (Adam)”.
Sementara itu ada
seorang ulama yang mendifinisikan (ruh)
seperti berikut ini :
“Ruh adalah
merupakan (zat) yang memiliki sifat tersendiri
dan berbeda dengan benda-benda lain. Ia berupa (jisim nuraniyah) saebangsa (nur)
atau (cahaya), amat tinggi
kedudukannya dan hidup. Selain itu juga dapat berpisah dan meninggalkan tubuh
kasar dan dapat menjalar dalam rongga tubuh laksana mengalirnya air dalam
batang pohon yang hijau dan hidup. Ruh itu tidak dapat dipisah-pisahkan atau
dibagi menjadi beberapa bagian. Kepada tubuh ia memberikan kesan kehidupan dan
apa-apa yang hubungan dengan adanya kehidupan itu selama tubuh masih didiami
oleh (ruh) tersebut”.
Sebagaimana yang
telah diketahui bersama, bahwa alam itu terdiri dari dua macam, yaitu alam nyata
dan alam ghaib. Alam nyata yaitu
alam yang terdiri dari benda-benda, sehingga bisa ditangkap dengan panca indra,
bisa diselidiki dan dipelajari dengan mmenggunakan akal dan ilmu pengetahuan.
Sedangkan alam ghaib tidak terdiri dari benda-benda, sehingga tidak dapat
ditangkap dengan panca indra, dan tidak pula bisa diselidiki dan dip[elajari
dengan menggunakan alat apapun juga.
Karena itu betapapun
tinggi ilmu yang dimiliki oleh manusia dan betapapun canggih peralatan yang
digunakannya, tetaptidak akan mampu menguakkan sedikitpun rahasia dari alam
ghaib.
Hal ini sebagaimana
firman Allah dalam Al-qur’an surat Al-An’am ayat 59, yang
artinya :
“Pada sisi Allah-lah terletak kunci (rahasia)
perkara-perkara yang ghaib. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah”
Juga dalam Surat Al-Naml ayat 65, yang artinya :
“Katakanlah (Hai
Muhammad) : Tidak ada siapapun di langit dan di bumi yang dapat mengetahui perkara-perkara
yang (ghaib) selain Allah dan mereka
tidak tahu kapan mereka akan dibangkitkan”.
Begitu juga dengan
para Nabi dan Rasul atau bahkan Malaikat pun tidak ada yang mengetahui
rahasia-rahasia mengenai alam (ghaib),
kecuali sekedar yang diwahyukan Allah
kepada mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar