Rahmat Mulyadi

Rahmat Mulyadi

Kamis, 18 April 2013

211. ALLAH MEMULYAKAN HAMBA-NYA DENGAN TIGA MACAM KEHORMATAN



Akramaka bikaramati tsalatsin ja’alaka dzakiran lahu walaulaa fadhalahu lam takun ahlaan lajarayani dzikrihi ‘alaika waja’alaka madzkuran bihi idzhaqqaqa nisbatahu ladaika waja’alaka madzkuran ‘indahu fatammama ni’amtahu ‘alaika.

Artinya : Allah memulyakan dengan tiga kehormatan (kemulyaan), yaitu Allah menjadikan engkau sebagai orang yang berdzikir kepada-Nya. Seandainya tidak ada anugrah-Nya, tidaklah engkau termasuk orang yang ahli (berdzikir) kepada-Nya. Dan Allah menjadikan engkau terkenal sebab dengan berdzikir itu, karena dia-lah yang menetapkan kekhususan-Nya. Maka dengan demikian sempurnalah nikmatnya yang melimpah kepadamu”.

Kehormatan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya itu ada (tiga) macam, yaitu  :
1.       dijadikan-Nya hamba-Nya sebagai orang yang ahli berdzikir (selalu ingat kepada Allah).
2.       Seorang hamba bisa terkenal namanya dikalangan manusia disebabkan karena dzikirnya.
Dengan dzikirnya, seseorang bisa terkenal dan namanya tercatat atau diabadikan dalam sejarah sebagai seorang Rasulullah, Nabiyullah, atau waliyullah.
Adapun contoh yang paling nyata dan tidak diragukan lagi kebenarannya mengenai ini adalah sebagaimana yang terjadi pada diri Muhammad S.A.W. dengan kehormatan yang dimilikinya itu sampai-sampai Nama beliau disejajarkan dengan Nama Allah sebagaimana yang terdapat dalam (dua kalimah syahadat), yaitu :
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya”.

Dalam hal ini tidak ada salahnya kalau kita ungkap sedikit mengenai keperibadian Rasulullah dengan tujuan agar kita semua lebih dapat mengenalnya sekaligus mencintainya (dalam arti mengikuti ajaran-ajarannya).

A. Kebesaran dan keagungan pribadi Nabi Muhammad
Semua ahli sejarah, baik dari kalangan muslim maupun dari kalangan non muslim, sama mengakui kebesaran dan keagungan peribadi Nabi Muhammad, dimana dengan keperibadiannya yang sangat mengagumkan itu beliau berhasil membawa agama Islam kepada kejayaan yang gilang gemilang.
Di dalam Al-Qur’an telah banyak sekali disebutkan mengenai kepribadian Nabi Muhammad yang besar dan agung itu. Di antaranya terdapat pada :
-          Surat Al-Qolam ayat 4, yang artinya :
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berkepribadian yang agung”.
-          Surat Al-Anbiyaa’ ayat 107, yang artinya :
“Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam”.
-          Surat Al-Ahzab ayat 45-46 yang artinya :
“Hai Nabi, sesungguhnya kami mengutusmu untuk menjadi saksi, dan pemabawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi”.
-          Surat Al-Ahzab ayat 21, yang artinya :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. 

Selain dijelaskan pada ayat-ayat di atas, pada sebuah riwayat juga diceritakan, bahwa ketika Siti Aisyah ditanya oleh para sahabat perihal kepribadian Rasulullah, ia (Siti Aisyah) menjawab :” Kepribadian Rasullah adalah Al-Qur’an”.

B.Kedatangan Nabi Muhammad sudah ditunggu sejak lama
Sejak tahun 2000 S.M. atau tepatnya 26 abad sebelum Nabi Muhammad dilahirkan. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang ketika itu sedang membangun Ka’bah  (di Mekah) beliau berdua berdo’a kepada Allah agar di tempat itu dilahirkan seorang Rasul yang akan menuntun umat dari jalan yang sesat menuju jalan yang benar.

Hal ini sebagaimana yang tersebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 129, yang artinya :
“ Wahai Tuhan kami, utuslah kepada mereka seorang Rasul di antara mereka, yang akan membacakan ayat-ayat-Mu kepada mereka dan akan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka serta akan membersihkan mereka (dari kelakuan-kelakuan yang keji), sesungguhnya Engkau Maha Perkasa dan Maha Bijaksana”.

Yang dimaksud Rasulllah oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail pada ayat di atas adalah Rasulullah Muhammad S.A.W. 
Kemudian (enam abad) sebelum Nabi Muhammad dilahirkan, Nabi Isa a.s. sudah mengabarkannya kepada kaumnya.

Hal ini sebagaimana yang tersebut dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shof ayat 6, yang artinya :
“ Dan (ingatlah) ketika Isa putra maryam berkata : Hai Bani Israil, sesungguhnya aku Rasul Allah kepadamu, serta membenarkan apa-apa yang sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul, yang akan datang kemudianku, namanya “Ahmad” (Muhammad). Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan, mereka berkata : Ini sihir yang nyata”.

C. Ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang Nabi Muhammad
Di dalam Al-Qur’an banyak sekali diterangkan mengenai Nabi Muhammad, yang di dalam Al-Qur’an itu disebutkan dengan kata-kata Muhammad, Ahmad, An-Nabi, Ar-Rasulullah, Rasulullahi, rasulullahu, dan sebagainya :
-     Kata-kata Muhammad sebanyak (3) ayat.
-     Kata-kata Ahmad sebanyak (1) ayat.
-     Kata-kata An-Nabi sebanyak (40) ayat.
-     Kata-kata Ar-Rasul sebanyak) (120 ayat.
_    Kata-kataRasuluhu dan Rasulalahu sebanyak (80) ayat.

A.     Cara yang dilakukan Allah dalam membina pribadi Nabi Muhammad
Cara-cara yang dilakukan tuhan dalam membina pribadi atau memberi petunjuk kepada Nabi Muhammad tentang apa yang seharusnya dilakukannya, bisa diketahui dari penelusuran terhadap asbabul nuzul (sebab-sebab turunnya) ayat-ayat Al-Qur’an.
Adapun pembinaan-pembinaan yang diberikan kepada Nabi Muhammad itu ada yang berupa petunjuk, pengenalan terhadap proses terjadinya alam dan keadaan-keadaannya, dan terkadang pula berupa peringatan-peringatan.
Seperti halnya sesudah beliau menerima (wahyu) yang (pertama) kali di gua Hora, (jabal nur), yakni yang berupa Surat (Al-Alaq). Beliau merasa kebingungan, tidak tahu apa yang harus dilakukan sehubungan dengan diterimanya wahyu tersebut. Hal ini menyebabkan tubuh beliau gemetar dan segera pulang ke rumah minta disellimuti istrinya.
Terhadap apa yang dihadapi Nabi Muhammad tersebut, Allah lalu memberinya petunjuk dengan menurunkan Surat (Al-Munzammil) ayat 1-5, yang artinya :
“Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad). Shalatlah pada malam hari, kecuali sedikit (dari padanya), yaitu seperuh malam atau kurangkanlah sedikit dari padanya. Atau lebih dari padanya dan bacalah (Qur’an) dengan berlahan-lahan (tentang huruf-hurufnya). Sesungguhnya kami akan menurunkan kepada engkau perkataan yang hebat (Qur’an)”.
Setelah itu dilanjutkan lagi dengan petunjuk selanjutnya berupa Surat (Al-Mundats-tsir) ayat 1-7, yang artinya :
“Hai orang yang berkumpul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan (kaummu). Dan Tuhanmu besarkanlah. Dan pakainmu bersihkanlah. Dan berhala (kejahatan) tinggalkanlah. Janganlah engkau memberikan (sesuatu), karena hendak meminta lebih banyak (dari padanya). Untuk (untuk menurut perintah) Tuhanmu sabarlah”.
Tentang darimana tugas berdakwah itu dilaksanakan dan bagaimana sikap yang harus diambil dalam menghadapi golongan yang ingkar, Allah memberinya petunjuk dengan menurunkan surat asy-Syu’aroo ayat 214-216, yang artinya :
“dan berilah peringatan (pertakut) karip-kerabatmu yang terdekat. Dan rendahkanlah sayapmu (berhina dirilah) terhadap orang yang mengikutimu di antara orang-orang mukmin. Jika mereka mendurhakai engkau, hendaklah katakana kepadanya :Aku berlepas diri dari apa yang kamu kerjakan”.

Pernah pula Rasulullah mengalami masa “Fitrotul wahyu”. Yakni tidak turunnya wahyu sampai beberapa tahun lamanya. Mengetahui hal ini kaum musyrikin lalu mengejek dan menghina beliau dengan mengatakan bahwa Muhammad telah ditinggalkan Tuhannya. Sedih dan risau juga hati beliau menghadapi hal ini. Beliau sangat takut kalau-kalau Tuhan benar-benar marah dan meninggalkannya.
Terhadap kesedihan dan ketakutan Nabi Muhammad itu, Allah lalu menghiburnya dengan menurunkan Surat Ad-Dhuhaa ayat 1-8, yang artinya ::
“demi waktu pagi. Demi malam, apabila telah sunyi. Tuhanmu tidaklah meninggalkan engkau (Ya Muhammad), dan tiada pula membenci (engkau). Sesungguhnya akhirat lebih baik bagi engkau dari pada dunia. Nanti tuhanmu akan memberi engkau, lalu engkau menjadi suka. Bukanlah engkau didapati-Nya seorang anak yatim. Lalu dilindungi-Nya?. Dan engkau lalu ditunjuki-Ny. Dan engkau didapati-Nya seorang miskin, lalu diberi-Nya kekayaan”.

Dengan turunnya surat tersebut hati Muhammad menjadi lega dan bergembira lagi seperti sediakala.
Juga dalam Surat Al-Hijr ayat 94-95, yang artinya :
“Maka sampaikanlah olehmu apa-apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu dan berpalinglah dari pada orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya kami cukupkan (pelihara) engkau dari orang-orang yang memperolok-olokkan engkau”.
Dan dalam rangka pembinaan mental, keberanian, semangat dan keteguhan hati, allah memberinya petunjuk dengan menurunkan Surat Al-Insyiroh ayat 1-8, yang artinya :
“Bukankah Kami (Allah) telah melapangkan dadamu, (ya Muhammad). Dan telah Kami ringankan bebanmu yang berat. Yang memberati punggungmu. Dan Kami tinggikan (mulyakan) namamu?. Sesungguhnya di samping kesukaran ada kemudahan. Apabila engkau telah selesai (mengerjakan suatu pekerjaan), maka bersusahpayahlah (mengerjakan yang lain). Dan kepada Tuhanmu, berharaplah”.

Kemudian untuk meringankan beban pikiran rasulullah yang senantiasa mendapat gangguan, ancaman dan tantangan dari kaum (kafir), maka Allah menceritakan kepadanya hal yang serupa yang juga dialami oleh para Rasul pendahulu-pendahulunya, dan menceritakan pula bagaimana kesudahan atau balasan bagi kaum yang durhaka itu.
Di antara Surat dan ayat yang diturunkan dalam hal ini adalah :
-      Surat Fathir ayat 26-26, yang artinya :
      “Jika mereka mendustakan engkau, maka sesungguhnya telah mendustakan pula orang-orang yang sebelum mereka. Telah datang kepada mereka Rasul-rasul dengan (membawa) keterangan, kitab-kitab dan kitab yang menerangi. Kemudian Aku siksa orang (kafir), maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat kemurkaan-Ku”.
-          Surat Hud ayat 120, yang artinya :
“ Masing-masing riwayat kami kisahkan kepadamu di antara perkabaran para Rasul, supaya Kami tentramkan katimu dengan dia, dan telah datang kepadamu kebenaran dan pengajaran-pengajaran serta peringatan bagi orang-orang yang beriman”.

Pernah pula pada suatu saat Nabi Muhammad melakukan kesalahan, yakni dalam peristiwa “Abdullah bin Umi Maktum”, dimana pada saat itu beliau sedang menerima tamu dari para pembesar Quraisy yang beliau harap-harapkan untuk masuk Islam. Kemudian pada saat yang bersamaan datang pula Abdullah bin Umi Kaktum, seorang muslim yang buta yang juga ingin bertemu dengan Rasulullah. Melihat kedatangan Abdullah bin Umi Maktum ini, mendadak air muka rasulullah berubah masam karena merasa malu terhadap para pembesar-pembesar Quraisy itu.
Terhadap kesalahannya ini, Allah lalu menegyurnya atau memberinya peringatan kepadanya dengan menurunkan Surat Abasa ayat 1-11, yang artinya :
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Karena datang kepadanya seorang buta. Tahukah engkau barangkali dia akan mencari kesucian. Atau akan menerima peringatan, maka bermanfaatlah baginya peringatan itu. Adapaun orang kaya itu. Maka engkau menghadapnya, padahal tidak berdosa engkau, jika ia tidak mensucikan hatinya, beriman. Adapun orang yang datang kepada engkau dengan bersegera. Sedang ia takut (kepada Allah). Maka engkau berpaling dari padanya. Sekali-kali jangan begitu, sesungguhnya ayat-ayat Allah jadi peringatan (pengajaran)”.

Begitu ketika Rasululluh menghadapi ajakan kaum kafir Quraisy untuk berdamai, di mana di dalam perdamaian itu disyaratkan agar antara kaum muslimin dan kaum kafir, bergiliran dalam menyembah Allah dan menyembah berhala-hala sesembahan orang kafir, maksudnya satu tahun berikutnya mereka bersama-sama menyembah berhala, begitu seterusnya.
Terhadap ajakan kaum kafir Quraisy yang kelihatannya baik itu Allah memberinya petunjuk, bagaimana harus mensikapi ajakan tersebut dengan menurunkan Surat Al-Kaafirun ayat 1-6, yang artinya :
“Katakanlah (Ya Muhammad) : Hai orang-orang yang nkafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak akan menyembah apa yang aku sembah. Aku tak pernah menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tak pernah menyembah apa yang aku sembah. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”.

Kemudian yang tak kalah pentingnya adalah peristiwa (Isro’Mi’rij) yang terjadi pada tanggal (27 rajab) tahun kedua belas dari kerasulan, di mana Rasulullah di panggil untuk menghadap kepada Allah untuk menerima perintah (shalat) sekaligus untuk memperhatikan atau menyaksikan kebesarannya dan keagungan Allah.hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al-qur’an Surat Al-Isro’ ayat 1, yang artinya :
“Maha suci Allah yang memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari, dari (Masjidil haram ke masjid yang amat jauh (Baitul makdis), yang telah kami berkati sekelilingnya, supaya kami perlihatkan kepadanya sebagian ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Kami. Sesungguhnya Allah Maha mendengar, lagi Maha melihat”.

Kemudian disambung lagi oleh Allah ketika rasulullah berada di (Sidrotul Muntaha) dengan Surat An-Najm ayat 18, yang artinya :
“Sesungguhnya dia (Muhammad) telah melihat beberapa ayat Allah (tanda kekuasaan-Nya) yang terbesar”.

Demikian itulah beberapa di antara sekian banyak cara-cara Allah untuk membina peribadi Muhammad sehingga menjadi seorang (tokoh) yang paling dikagumi dan paling diakui kehebatannya diseluruh dunia, baik ketika beliau masih hidup maupun hingga saat ini dan sampai kapanpun juga, baik oleh orang-orang (Islam). Sendiri maupun oleh orang di luar Islam.
Adapun kehormatan yang ketiga yang diberikan Allah kepada hamba-Nya adalah :
3. dijadikan-Nya hamba-Nya sebagai orang yang dikenal disisi-Nya.
Hal ini sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah dalam sebuah Hadits Qudsi berutkut ini, yang artinya :
“Aku selalu mengikuti persangkaan hamba-Ku, dan Aku selalu mendampingi (jika) ia selalu berdzikir. Jika ia selalu berdzikir kepada-Ku dalam hatinya, maka Aku ingt padanya dalam Dzat-Ku. Dan bila ia berdzikir kepada-Ku di muka umum, maka Aku akan mengingat dia di muka umum yang lebih baik dari pada golongannya. Dan bila ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Dan bila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari”

Juga dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 152, yang artinya :
“ Berdzikirlah (ingatlah) kamu kepada-Ku, niscaya Aku (Allah) akan mengingatmu”.

Dengan ketiga macam kemulyaan yang diberikan Allah ini, maka sempurnalah sudah kenikmatan yang diterima manusia. Tentu saja dalam hal ini apabila manusia dengan ihklas senantiasa (berdzikir) ingat….kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya, di mana saja kapan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar