Man burikalahu fii’umrihi adraka fii yasiirin minazzamani min
minanillaahi ta’alaa maalaayakhulu tahta dara-I’ibarati walaatalhaquhul-isyaaratu.
Artinya
:barangsiapa yang diberi berkah oleh Allah dalam umurnya, maka dia akan
mendapatkan (memperoleh) dalam waktu yang ingkat dari beberapa karunia Allah
Ta’ala apa yang tidak bisa masuk dalam putaran kata-kata 9tidak dapat dihitung)
dan tidak bisa dikerjakan oleh isyarat (yakni tidak terhitung dan tidak
terbatas)”.
Apabila seseorang
mengingankan agar umurnya diberkai oleh Allah, maka ia harus senantiasa
memanfaatkan waktu-waktu yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya, yakni dengan
jalan beribadah dan mengabdi kepada-Nya tanpa ada sedikitpun waktu yang
terbuang denga percuma dan sia-sia.
Manakala hal yang
demikian ini sudah di jalankan dengan baik, maka sudah tidak menjadi soal lagi
baginya apakah umurnya itu panjang ataukah pendek sebab dalam umur yang relatip
pendek (singkat) pun dirinya sudah dapat mengumpulakan karunia Allah yang
sebanyak-banyaknya. Ibarat malam lailatul qadar, hanya dalam beribadah satu
malam saja seseorang sudah dapat memperoleh kebaikan yang lebih besar dari pada
ibadah selama seribu bulan.
Dalam kaitannya
dengan hal ini Rasulullah pernah bersabda, yang artinya :
“ Amal kebaikan itu
dapat menambah umur, bukan bertambah usianya, tetapi kebesaran hasil yang
diperoleh pada udia itu”.
Juga Abu Abbas
pernah mengatakan :
“Al-Hamdulillah
waktu-waktu kami ini semuanya berupa lailatul qadar. Yakni semua waktu-waktunya
di isi penuh dengan kelakuan dan amal yang berguna”.
Selanjutnya jika
karunia Allah sudah di dapatkan dengan sebanyak-banyaknya, dengan sendirinya penghidupan
yang baik (Hayatan Thoyyiban) yang meliputi kebutuhan hidup materiil dan
spiritual, baik semasa hidup di dunia maupun di akhirat akan tercapai pula.
Sebagaimana
diketahui, bahwa penghidupan yang baik itu bukanlah semata-mata ditentukan oleh
banyaknya materi yang berlimpah, oleh kedudukan yang tinggi atau oleh
kesenangan-kesenangan hidup lainnya,
tetapi lebih ditentukan oleh kekayaan jiwa atau spritualnya.
Dan sebagai pedoman
untuk mendapatkan penghidupan yang baik (Hayatan Thoyyiban, perhatikanlah
petunjuk dari Allah sebagaimana yang tercamtum dalam Al-Qur’an Surat
An-Nahl ayat 97, yang artinya ;
“ Barangsiapa, yang
mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki ataupun perempuan, sedang ia beriman,
niscaya kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik, dan kami balasi mereka
dengan pahala yang terlebih baik dari apa yang telah mereka amalkan”.
Lalu sekarang apa sebenarnya
hakekat dan pengertian dari penghidupan yang baik (Hayatan Thoyyiban) itu?
Menurut Imam Qurthubi dalam
tafsirnya “Al-Jaami’ah Ahkamil Qur’an”. Bahwa penghidupan yang baik (Hayatan
Thoyyiban) itu terdiri dari (5)
unsur, yaitu :
1. Rezqi yang diperoleh dengan cara
yang baik dan hala yang kemudian dibelanjakan pada jalan Allah.
2. Qona’ah (merasa puas dengan apa yang
dimilikinya).
3. Taufiq yang didapatnya sebagai
akibat dari ketaatannya dalam memenuhi ketentuan-ketentuan dan
petunjuk-petunjuk-Nya.
4. Sa’adah
atau
kebahagian yang didapat setelah terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan hidupnya,
terutama kebutuhan-kebutuhan spiritualnya
5. Jannah atau syurga yang merupakan
tempat tinggal yang penuh dengan rahmat dan karunia-Nya
Adapun untuk mencapai kelima
unsure di atas haruslah melalui (dua)
jalan terlebih dahulu, yaitu :
1.
Jalan amal sholeh.
Yakni berupa perbuatan-perbuatan yang
dapat mendatangkan kemanfaatan bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, dan bagi
umat manusia pada umumnya.
2. Jalan Iman
Yakni setiap amal sholeh yang
dilakukan hendaklah berdasarkan pada keimanan (kepercayaan) yang mutlak kepada
Allah. Jadi perbuatan baik yang dikerjakan tanpa didasari oleh iman, maka
perbuatan baiknya itu akan sia-sia belaka.
Adapun
pengertian iman yang dimaksud di sini adalah meliputi keyakinan, bahwa :
1. Allah senantiasa menyertai
hamba-Nya yang beramal sholeh.
2. allah akan memberi balasan yang
lebih baik dari apa yang kita kerjakan.
3. Allah pasti akan menghukum
siapa saja yang melanggar larangan-larangan-Nya.
4. Allah pasti akan meminta
pertanggung jawaban dari setiap tingkah laku dan perbuatan kita.
Demikianlah uraian mengenai
penghidupan yang baik 9Hayatan Thoyyiban) yang harus kita dapatkan selama umur
kita (selama hidup di dunia) dan sampai di akhirat kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar