Menurut Ibnu ‘Athoilah, ada
tiga golongan manusia dalam menghadapi nikmat Allah. Ketiga golongan itu yaitu
:
Adapun golongan yang pertama :
1.
ghofilun munhamikun fii ghoflatihi qawiyat daa-iratu hissihi wanthamasat
hadhratu qudsihi fanazharal ihsaanu minal makhluuqiina walam yasyhadhu min
rabbil’aalamiina immaa ‘itiqadan fatsirkuhu jaliyyun waimaa-istinaadan
fatsirkuhu khafiyyun.
Artinya : Orang yang lalai
kepada Allah dengan kelalaian yang sangat memuncak. Orang itu sangat kuat
indranya sehingga mata hatinya tidak bersinar. Maka dia selalu melihat kebaikan
(itu) datangnya dari makhluq, bukandari Alkah penguasa sekalin alam. Jika yang
demikian itu berupa I’tiqad, maka syiriknya jelas (berarti termasuk ke dalam
golongan orang musyrik). Tetapi kalau yang demikian itu adalah hanya sandaran
saja (artinya pemberian kebaikan itu adalah Allah), maka syiriknya termasuk
samar”.
Adapun golongan yang kedua :
2.
washahibu haqiiqatin ghaaba ‘anilkhalqi bisyuhuudil malikil haqqi wafaniya
‘anil asbaabi bisyuhuudi musabbabil asbaabi fahuwa ‘abdu muwajahu bilhaqiiqati
zhaahirun ‘alaihi sanahaa ghaira annahu ‘ariiqul anwaari mathmuusul atssari qad
ghalaba sukruhu ‘alaa shahwihi wajam’uhu ‘alaa farqihi wanaa-uhu ‘alaa
biqaa-ihi waghaibatuhu ‘alaa hudhuurihi.
Artinya : Orang-orang ahli
hakekat (orang khas) yaitu orang yang langsung melihat Allah (dengan
penglihatan mata hatinya) sehingga ia malupakan makhluq. Dia telah melenyapkan
sebab musabab karena telah melihat (Dzat) yang menentukan sebab (Allah). Dia
itu adalah hamba yang telah menghadap dihadapan Allah, yang ntelah berjalan
menuju (thoreqoh) hingga benar-benar dia telah mencapai puncaknya. Hanya saja
dia itu telah tenggelam dalam cahaya (tauhid) yang dapat menghapus mata hatinya
dari melihat makhluq. Hilangnya rasa keduniaan telah mengalahkan kegairahannya
kepada dunia. Pertemuannya dengan Allah telah mengalahkan perasaannya bercampur
dengan makhluq, dan hilangnya keadaan makhluq dari penglihatannya telah
mengalahkan perasaan hadirnya bersama makhluq”.
Dan golongan yang ketiga :
1. wa
akmalu minhu ‘abdun tsaribun faz daada shahwan waghaba faz daada hudhuuran
falaa jam’uhu yahjabuhu ‘an farqihi walaa farquhu yahjabuhu ‘an jam’ihi walaa
fanaa-uhu yashudduhu ‘an bawaa-ihi walaa baqaa-uhu yashudduhu ‘an fanaa-ihi
yu’thii kulla dziiqisthin qisthhu wayuufii kulla dzii haqqi haqqahu.
Artinya : Dan paling sempurna
dari padanya adalah hamba yang telah minum karunia Allah dalam cahaya
(tauhid)-Nya. Maka menjadi bertambahlah kesadarannya dan hilang penglihatan
kepada dunia. Maka tidaklah pertemuannya dengan Allah dapat menghalangi
penglihatannya kepada makhluq, dan tidak pula perasaannya yang tetap bercampur
dengan makhluq bisa menghalangi kelenyapan dirinya di dalam (Dzat) Allah. Dia
berikan kepada setiap yang punya bagian akan bagiannya dia penuhi kepada setiap
yang punya hak akan haknya”.
Dari ketiga golongan di atas (ke tigalah)
yang dapat derajat paling utama. Karena
golongan ini dapat menempatkan syukur dengan baik, baik pada Allah maupun
manusia.
*****
Bersambung ke no : 226
Tidak ada komentar:
Posting Komentar